Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Kamis, 17 September 2009

Sebelum Ramadhan Berakhir...

Sebentar lagi, Madrasah Ramadhan akan selesai. para murid bersiap-siap meninggalkan gerbang Madrasah. Di antara mereka ada yang bersorak kegirangan, merasa telah sukses melewati masa pembinaan Ramadhan, dan merasa pantas menjadi orang bertaqwa. Dan ada juga yang bergetar sedih dan cemas: berhasilkah ia meraih gelar taqwa? lalu bagaimana selanjutnya ia menapaki hari-hari setelah Ramadhan?

Bagaimana dengan kita? tentu kita ingin keluar dari Madrasah Ramadhan sebagai orang bertaqwa. Mengapa harus bertaqwa? dan untuk apa? Pertanyaan penting yang harus kita jawab mumpung kita belum keluar dari Ramadhan. Dengan menjawab pertanyaan itu kita akan memutuskan, apakah kita akan keluar dari Ramadhan ini sebagai orang bertaqwa atau bukan? dan selanjutnya mau apa?

Semua yang diciptakan Tuhan pasti punya tujuan (QS. 3:191) termasuk juga perintah bertaqwa. untuk apa?
Begini,
Bulan Ramadhan, melalui perintah puasa dan membaca Alqur'an (QS. 2:185), bertujuan membina seorang muslim yang beriman untuk mencapai derajat taqwa (QS. 2:183). Maka, pada hari pertama Ramadhan, kita dihadapkan pada pesan Alqur'an bahwa Allah adalah Sang Pemelihara alam semesta (QS. 1:2). Dapatkah kita merasakan bahwa perintah berpuasa dan membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan adalah cara Allah mendidik kita ikut memelihara kehidupan alam semesta? Puasa mengajarkan pengendalian diri sedangkan membaca Alqur'an adalah upaya mendapatkan petunjuk bagaimana memelihara kehidupan alam semesta ini. Kita terus membaca dan mendapati petunjuk-petunjuk itu.

Petunjuk pertama yang kita dapati adalah Allah menjadikan ibadah dan doa hambanya sebagai sarana pemeliharaan kehidupan alam semesta. Oleh karena itu, beribadah dan berdoalah dalam rangka pemeliharaan alam semesta. Maka, kita beribadah dan berdoa sebagai bagian dari sebuah masyarakat meskipun kadang kita melakukannya seorang diri. Kita berkata: iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin (QS. 1:5).

Duhai Tuhan pemelihara alam semesta...
bukan aku saja yang beribadah dan berdoa kepada-Mu
tetapi kami semua
maka bimbinglah kami semua kepada jalan-Mu yang lurus

Jalan lurus itu harus dilalui bersama-sama. Di jalan yang lurus itu, tidak ada seorangpun yang terasing ataupun mengasingkan diri dari yang lainnya. Keterasingan bisa disebabkan oleh ambisi materialitas seperti yang telah dilakukan oleh kaum Nabi Musa yang dimurkai (akan kita dapati kisah itu nanti disurah Albaqarah). Keterasingan juga bisa disebabkan oleh ambisi spiritualitas seperti yang dilakukan oleh kaum Nabi Isa yang tersesat (akan kita dapati kisah itu nanti di surah Ali Imran). Jalan lurus itu hanya akan ditemukan jika kita tetap beribadah dan berdoa sebagai satu kesatuan sosial, meskipun kadang dilakukan secara individual.

Oleh karena ibadah dan doa yang kita panjatkan itu adalah dalam rangka memelihara kehidupan alam semesta, maka kita membaca ayat-ayat selanjutnya sebagai petunjuk sistematis, mantap dan tidak meragukan untuk memelihara kehidupan alam semesta.

Nah, disinilah fungsi ketaqwaan itu. Kita membaca: dzaalikal kitaabu laa raiba fiihi hudal lil muttaqiin (QS. 2:2). Menjadi orang bertaqwa adalah menjadi orang yang dapat membaca Alqur'an sebagai petunjuk memelihara kehidupan alam semesta.

Setelah mengetahui untuk apa menjadi orang bertaqwa, kini kita akan memutuskan apakah kita benar-benar akan keluar dari Madrasah Ramadhan ini sebagai orang bertaqwa? jika kita menjawab: ya! maka kita dihadapkan pada tugas besar, yaitu memelihara kehidupan alam semesta, dimulai dari memelihara kehidupan kita sendiri, kehidupan masyarakat sampai kehidupan sosial yang lebih luas lagi.

nah, siapkah kita menjadi orang yang bertaqwa?

Selasa, 15 September 2009

Ied Mubaarok: (Bukan) Hari Kemenangan

Saudaraku...
Setelah malam al-Qadr, yaitu malam penetapanmu sebagai pengemban amanat ilahi, setelah sepanjang Ramadhan engkau di bina sebagai murid-Nya, maka segera persiapkan dirimu, segera selesaikan bacaanmu, karena engkau akan menyambut hari pertama perjuanganmu sebagai pengemban amanah ilahi. Bukan! hari itu bukan hari kemenangan! tetapi hari pertama engkau berjuang sebagai manusia baru. Lupakan masa lalumu. Sudahi penyesalanmu. Karena kini engkau adalah manusia baru. Dengan semangat baru itu engkau harus memulai hari-harimu yang baru, yang boleh jadi lebih berat darai pada hari-harimu sebelumnya, karena kini engkau membawa kesadaran baru, yaitu kesadaran hidup sebagai kelompok orang-orang bertaqwa.

Saudaraku...
Bukankah di awal Ramadhan engkau telah menerima proposal pendidikan yang disodorkan Allah kepadamu? (QS. 2:183) lalu dihari pertama Ramadhan engkau langsung dihadapkan pada pilihan: di manakah posisimu diantara ketiga kelompok manusia ini: kelompok orang bertaqwa, kelompok orang munafik, atau kelompok orang kafir? (QS. 2:1-16) Duhai... engkau telah membuat pilihan untuk bergabung bersama orang-orang bertaqwa. Dan pada malam itu, yaitu pada malam Al-Qadr, engkau telah berdiri sepanjang malam untuk menerima penetapanmu sebagai pengemban amanah Al-Qur'an. Engkau telah melihat bagaimana para malaikat dan malaikat Jibril mengatur segala urusan sehingga kesejahteraan meliputi seluruh malam sampai terbit fajar. Dan selanjutnya kini giliran engkau menyebarkan kesejahteraan itu kepada masyarakat sekitarmu.

Saudaraku...
Lihatlah air matamu telah mengembang, kesedihan dan ketakutan tengah merasuki jiwamu. Engkau tidak rela berpisah dengan Ramadhan. Engkau begitu gentar menghadapi hari-hari setelah ramadhan. Ya, engkau meragu. Apakah pembinaan Ramadhan dapat engkau terapkan disebelas bulan berikutnya? Apakah engkau siap keluar sebagai lulusan terbaik Madrasah Ramadhan kali ini?

Saudaraku...
Dalam duka citamu ini, akankah engkau sambut hari itu sebagai hari kemenangan? sanggupkah engkau berjalan dengan gagah bagai pahlawan dari pertempuran besar menuju meja hidangan? Sementara dirimu masih diliputi keraguan, akankah diri ini mampu menyampaikan pesan-pesan Qur'ani yang telah ia baca sampai tamat berkali-kali? ataukah diri inilah termasuk orang yang dikeluhkan oleh Rosulullah, ketika ia berkata kepada Tuhannya: ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur'an diabaikan (QS. 25:30). Apakah diri ini mampu menyibak malam kegelisahan atas kebodohan dan kemiskinan dan menggantinya dengan fajar kebahagiaan dan ketenangan?

Saudaraku...
Pada hari itu, yang mereka kira sebagai hari kemenangan, engkau akan melihat banyak orang di sekitarmu mulai tumbang berjatuhan, tetapi engkau harus tetap berdiri! Bukankah engkau sendiri yang penuh semangat memasuki Madarasah Ramadhan? Bukankah engkau sendiri yang bersungguh-sungguh membaca kitab petunjuk kehidupan disepanjang siang dan malam Ramadhan? Bukankah engkau sendiri yang rela tercekat haus dan lapar di sepanjang siang dan menjadi lelah di sepanjang malam Ramadhan? Bukankah engkau sendiri yang rela lama menanti malam Al-Qadr? Bukankah kini engkau telah menerima pilihanmu sendiri untuk bergabung bersama orang-orang bertaqwa? Oleh karena itu tetaplah berdiri dan teruslah berdiri meski banyak orang berjatuhan terkalahkan oleh pembalasan nafsunya sendiri.

Saudaraku...
Jika kita bertemu pada hari itu, akan aku genggam tanganmu dan kuucapkan kepadamu: Ied Mubaarok, selamat atasmu yang telah kembali kepada fitrah dirimu sendiri! Semoga Allah menerima pilihan-pilihan yang telah kita buat sejak awal sampai akhir Ramadhan ini. Dan semoga, Dia Yang Maha Rahman dan Rahim terus meneguhkan langkah-langkah kita sebagai manusia bertaqwa sampai ke hadapan Ramadhan berikutnya, amin.

Salam,


Minggu, 13 September 2009

Lailatul Qadr: Malam Pelantikan Para Khalifah

Sedang apakah kita di sepuluh malam terakhir Ramadhan? Menyambut lailatul Qadr, yaitu sebuah malam yang bernilai lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai fajar (QS. 97:3-5). Apakah yang engkau harapkah di malam itu? Dan juga pada Ramadhan di tahun-tahun lalu? Dan jika engkau berumur panjang, engkaupun akan menantinya sepanjang pada Ramadhan berikutnya. Apakah yang engkau harapkan di malam Al-Qadr itu?

Kita yang sepanjang sepuluh malam terakhir telah berdiri menantikan malam Al-Qadr akan selalu menampilkan kepuasan dan kebahagiaan di akhir Ramadhan, karena yakin, barangkali di salah satu malam itu, ibadah kita sepanjang malam telah di hitung dan dinilai lebih dari seribu bulan.

Apakah untuk itu para malaikat dan malaikat Jibril diturunkan? Bukankah mereka turun untuk mengatur segala urusan, tidak sekedar hitung-menghitung ibadah? Mereka mengatur segala urusan. Apa sajakah? dengan apa dan bagaimana, sehingga malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar? Pertanyaan penting yang juga harus kita jawab adalah: apakah yang membuat malam itu begitu mulia hingga bernilai lebih dari seribu bulan? Dan mengapa malam itu dinamakan Al-Qadr?

Para ulama sepakat bahwa ada sesuatu yang diturunkan pada malam itu, yaitu Al-Qur'an (QS. 97:1). Kabar turunnya Al-Qur'an di malam Al-Qadr disampaikan diawal surah agar menjadi fokus perhatian, bahwa Al-Qur'an itulah yang seharusnya engkau perhatikan, bukan ambisi memburu pahala seribu bulan. Al-Qur'an itu yang menjadikan malam Al-Qadr bernilai lebih dari seribu bulan. Dengan Al-Qur'an itu para malaikat dan malaikat Jibril turun mengatur segala urusan. Dengan Al-Qur'an itu, malam (yang merupakan simbol ketakutan, keresahan, dan puncak segala permasalahan) diliputi kesejahteraan sampai terbit fajar (yang merupakan simbol terbitnya harapan baru dan berakhirnya segala permasalahan).

Saudaraku...
Bukankah Al-Qur'an itu sudah ada ditangan kita? Al-Qur'an itu kita baca dengan penuh keyakinan sampai tamat, lalu kita ulangi bacaan sampai tamat berkali-kali, untuk apa? sudahkan kita mengatur segala urusan dengan Al-Qur'an? sudahkah mereka, masyarakat yang mendengar bacaan kita sepanjang malam, menjadi yakin bahwa subuh itu sudah dekat, fajar itu akan segera terbit, yang berarti segala ketakutan, keresahan dan segala permasalahan akan segera lenyap?

Saudaraku...
Teruslah berdiri menantikan malam Al-Qadr, karena pada malam itu, engkau akan ditetapkan, dilantik, dan diserahi tugas mengatur segala urusan dengan Al-Qur'an. Inilah Al-Qur'an, pedoman hidupmu, wahai orang yang bertaqwa. Bukankah sepanjang Ramadhan ini engkau telah berlatih taqwa? Maka inilah petunjuk hidupmu yang akan engkau gunakan untuk mengatur segala urusan, baik urusan dirimu sendiri maupun urusan masyarakat sekitarmu!

Sabtu, 12 September 2009

Bersama Al-Qur'an, Kita Bangun Khilafah Kemanusiaan

Beberapa hari lalu, seorang teman bertanya: kemanakah ruh dakwah grup ini? Dan baru saya jawab sekarang: membangun khilafah kemanusiaan. Itulah yang selama ini kita pikirkan, kita wacanakan, dan akhirnya membuat kita bergerak mewujudkan ide-ide itu mulai dari lingkungan kita sendiri. Seorang teman yang lain berkomentar: tulisan-tulisan ini penuh mimpi. Sampai sekarang saya belum menjawabnya. Saya hanya membayangkan apakah yang dikatakan oleh mereka kepada Nabi Nuh as ketika ia menanam pepohonan selama 100 tahun di padang sahara, bahkan untuk tujuan yang tidak rasional: membangun bahtera besar di gurun tandus!

Ide Khilafah kemanusiaan ini bukan mimpi atau wacana kosong belaka, tetapi nyata sebagai amanah ilahi yang harus diwujudkan. Ia adalah potensi terpendam setiap orang yang harus dibangkitkan. Ia adalah berlian mulia yang harus diangkat dari lumpur lalu dibersihkan agar kilaunya menyebar ke sekeliling. Ide itu dapat diwujudkan tanpa pandangan curiga, sikap pesimis, bahkan merusak tatanan yang sudah mapan terbangun, apalagi sampai mengundang perdebatan berdarah-darah. Karena ide itu merupakan fitrah penciptaan kita sebagai manusia (QS. 2:30 )

Setelah sekian wacana kita kembangkan, mulai dari: memasuki permainan, menemukan identitas diri, memenuhi amanat penciptaan, menjadi hamba dan khalifah sekaligus, mencari pasangan jiwa untuk mewujudkan khilafah, perilaku dzikir dan doa sebagai keterpautan terus-menerus antara Kholiq dan Makhluq yang harus mewujud pada akhlaq, sampai akhirnya kita berupaya meneladani jejak-jejak kerosulan sepenuh hati, (silahkan telusuri kembali tulisan-tulisan di http://sutris.blogspot.com) bukankan semua rangkaian itu menjadi tanda bahwa gagasan-gagasan tentang khilafah kemanusiaan terus bergerak dari wacana menuju aksi nyata?

Duhai…
Perjalanan grup ini terus bergulir bagaikan bola salju
Sementara ya Rabb.. kemampuan dan ilmu kami begitu sedikit

Dan inilah kita, saat dengan bangga berkata: saksikanlah, sesungguhnya kami ini adalah kaum muslim! Kebanggaan itulah yang terus mendorong kita mewujudkan khilafah kemanusiaan pada setiap diri.
Ada banyak orang yang bertanya: mengapa MENJADI MUSLIM apa adanya? Bahkan ternyata ada apa-apanya? Saudaraku, jangan melihat diri sebagai muslim biasa-biasa saja. Apa adanya kita adalah luar biasa sempurna sejak awal penciptaan. Bersama Sang Pemelihara alam semesta, kita pelihara kesempurnaan luar biasa itu agar tidak menyusut menjadi kehinaan (QS. 95:4-6)

Maka, menjadi muslim apa adanya adalah menjadi umat pertengahan antara pemenuhan fungsi jasmani dan pemenuhan fungsi rohani. Bukankah kita selalu berdoa agar tidak menjadi golongan Al-Maghdhuub (berlebihan atas materialitas) dan juga tidak menjadi golongan Adh-Dhoollin (berlebihan atas spiritualitas). Itulah doa menjadi muslim apa adanya yang terus kita panjatkan minimal 17 kali sehari semalam. Dan Allah telah menjawab doa itu: inilah Al-Qur’an yang akan menjelaskan dan mengantarkanmu kepada keinginan yang engkau minta setiap hari, maka bacalah Al-Qur’an itu sebagai petunjuk!

Oleh karenanya, perjalanan grup ini sampai pada gerakan yang dimulai dari memasyarakatkan bahasa Al-Qur’an agar mereka dapat membaca Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk kehidupan dan kemanusiaan.

Saudaraku,
Membangun khilafah kemanusiaan hanya dapat dilakukan melalui jalur pendidikan secara sistematis. Untuk itu saya mengajak: ayo dukung bahasa al-Qur’an jadi pelajaran di sekolah-sekolah Indonesia! Atau kita akan berkubang saja dalam wacana tanpa aksi nyata?

Untuk mendukung bahasa Al-Qur’an jadi pelajaran di sekolah-sekolah Indonesia, silahkan klik: http://sutris.blogspot.com dan berdoalah agar kelak di tahun 2015 kita mendapatkan lulusan SMP/SMA/sederajat sudah menguasai kosa kata dan tata bahasa Al-Qur’an, dan lihat apa yang akan terjadi pada umat ini nanti.

Salam.

Wasiat Hitam (3)

Iblis tidak peduli dengan semua motivasi itu. Dia tidak pernah memikirkan berapa jumlah pengikutnya. Yang penting baginya adalah berjuang terus, menjalani sisi yang sudah menjadi takdir hidupnya. Dia sangat menyadari, bahwa apabila Allah memberi petunjuk kepada hamba-Nya maka tidak ada yang akan mampu menyesatkannya, dan apabila Allah menyesatkan hamba-Nya maka tidak ada yang mampu menunjukinya. Jadi yang terpenting baginya adalah terus berkarya. Masalah hasil sudah ada yang menentukan. Konon, Iblis adalah sesepuh para malaikat sebelum menjadi biang kesesatan. Karena itu, dia paham betul soal kekuasan Allah.

Oleh karena itu, dia mengingatkan kepada para pengikutnya : “ Wahai para pengikutku, apabila kalian telah mengikuti jalanku ini, maka berlaku setialah (pada kesesatan ini), sambil terus berjuang untuk (kesesatan) orang-orang yang kamu kenal atau tidak kamu kenal. Ketahuilah aku telah berjanji demi kemuliaan Tuhanku, bahwa aku akan menyesatkan semua hamba-hamba-Nya itu, dan memenuhi neraka dengan mereka itu, hingga api neraka semakin bertambah-tambah kobarannya, seperti perapian yang tak sepi dari pasokan kayu bakar. Manusia dan batu adalah kayu bakar api neraka, maka aku akan terus mengumpulkan mereka sampai akhir zaman.”

“Hidup ini bagaikan sebuah permainan yang sangat serius dan berat, hingga tak ada penontonnya, karena semuanya adalah pemain. Hitam melawan putih. Putih menghajar hitam. Hitam dan putih terus bergumul sepanjang waktu. Dimana matahari bersinar, disitulah awan hitam menutupinya. Kadang cahaya membuyarkan gumpalan awan hitam itu ke tempat lain, dan kadang pula membuatnya menangis bercucuran air mata penyesalan hingga biru langit kembali terang. Air mata itu ada yang berhasil memecah benih-benih. Lalu benih-benih itu menghasilkan dedaunan dan buah-buahan, tetapi ada juga yang kembali menjadi gumpalan-gumpalan awan hitam, berusaha menutupi cahaya matahari. Begitulah permainan ini terus berlangsung, sampai matahari bosan dengan takdir peredarannya.”

“Bermainlah kamu wahai pecinta kegelapan, dengan permainan yang sungguh-sungguh. Ini adalah peperangan yang nyata. Kita adalah musuh mereka. Mereka pun musuh kita, karena surga dan neraka tidak akan pernah bersatu. Namun kita harus pandai berpura-pura, hingga mereka menyangka yang putih adalah hitam dan yang hitam adalah putih. Hingga mereka tak kenal lagi mana dan mana putih. Berusahalah menjadikan mereka belang-belang, kadang-kadang hitam dan kadang-kadang putih. Sisipkanlah secara halus, rasa kebanggaan ke dalam dada mereka, bahwa hanya merekalah yang putih, sedangkan yang lainnya adalah hitam, hingga mereka merendahkan orang-orang yang mereka rasa hitam, atau bahkan memeranginya. Masukkan ke dalam dada mereka secara perlahan-lahan, rasa masa bodoh terhadap saudaranya, hingga yang putih merasa nyaman dalam putihnya, dan mereka pun akan berpendapat: biarlah hitam putih menjadi urusan individu, tidak boleh saling mengganggu.

Salam,
Ayo dukung bahasa Al-Qur’an jadi pelajaran di sekolah-sekolah Indonesia, silahkan klik: http://sutris.blogspot.com dan berdoalah agar kelak di tahun 2015 kita menemukan lulusan SMP/SMA/sederajat sudah menguasai kosa kata dan tata bahasa Al-Qur’an, dan lihat apa yang akan terjadi pada umat ini nanti.

Wasiat Hitam (2)

Kata demi kata keluar bertebaran dari antara gigi-gigi iblis. Kata-kata itu membentuk gumpalan awan hitam pekat yang kemudian menyebar meliputi para hadirin. Gumpalan-gumpalan awan hitam pekat itu meresap ke dalam setiap pori-pori, menyerap semua kesadaran yang ada, menyelubungi segumpal daging dalam dada mereka hingga tak ada satu celah pun yang bisa ditembusi oleh setitik cahaya. Awan-awan itu terlihat seperti sebuah kepastian akan janji-janji kebahagiaan, jauh dari kemiskinan dan kesenangan abadi.

Ribuan hadirin terpukau khusuk dalam kegelapan, hingga tidak ada satu kekuatan pun yang mampu mengangkatnya kepada jalan terang, kecuali Allah yang menguasai gelap dan terang. Apabila sedikit saja cahaya terang masuk menyeruak kedalam kerumunan hitam itu, mereka menyingkir berhamburan kesana-kemari.

Tidak ada yang tahu pasti, berapa jumlah titik-titik hitam itu. Di antara mereka ada yang terang-terangan memperkuat barisan di belakang iblis. Ada juga yang malu-malu. Ada yang pura-pura berlagak tidak mengerti mengapa dia ada dalam barisan tersebut. Ada juga yang keluar masuk barisan, karena mereka menganggap bahwa hidup ini harus ada hitam putihnya. Ada juga yang hanya sekedar ingin tahu saja, biar tambah wawasan katanya.

Iblis tidak peduli dengan semua motivasi itu. Dia tidak pernah memikirkan berapa jumlah pengikutnya. Yang penting baginya adalah berjuang terus, menjalani sisi yang sudah menjadi takdir hidupnya. Dia sangat menyadari, bahwa apabila Allah memberi petunjuk kepada hamba-Nya maka tidak ada yang akan mampu menyesatkannya, dan apabila Allah menyesatkan hamba-Nya maka tidak ada yang mampu menunjukinya. Jadi yang terpenting baginya adalah terus berkarya. Masalah hasil sudah ada yang menentukan.

Jumat, 11 September 2009

Di Manakah Para Ahli Surah Al-Baqarah?

Pada suatu pertempuran yang sangat sengit, Rosulullah saw menyeru-nyeru: “di manakah ahli-ahli surah Al-Baqarah?” lalu para sahabat berdatangan menyambut seruan tersebut. Di saat yang begitu genting, kehadiran para ahli surah Al-Baqarah sangat dibutuhkan, karena merekalah yang akan memenangi pertempuran demi pertempuran antara kebaikan vs kejahatan, antara ketauhidan vs kemusyrikan. Merekalah yang akan menyelesaikan masalah demi masalah, antara kehidupan dan kemanusiaan.

Maka, pada saat seperti ini, saat aksi-aksi kekerasan atas nama agama kembali dimunculkan, saat lingkungan kehidupan sudah semakin rusak, saat garis pembatas moral sudah semakin melebar, saat jurang kemiskinan dan kebodohan sudah semakin menganga lebar, kita pun terus mencar-cari: di manakah para ahli surah Al-Baqarah?

Siapakah para ahli surah Al-Baqarah? Apakah keistimewaan surah Al-Baqarah, sehingga para pembacanya sangat dibutuhkan untuk menuntaskan semua problema kehidupan dan kemanusiaan?

Ah, surah Al-Baqarah itu sudah jauh kita lampaui, dan pada sepuluh hari terakhir Ramadhan ini tentunya kita sudah memasuki sepuluh juz terakhir Al-Qur’an. Apakah semangat para ahli surah Al-Baqarah sebagaimana yang pernah ditampilkan oleh para sahabat Rosulullah saw telah merasuki jiwa-jiwa kita?

Mendengar seruan Rosulullah saw, membuat saya kembali membuka halaman awal Al-Qur’an untuk membaca ulang surah Al-Baqarah dengan bantuan beberapa referensi. Dan Subhanallah... mulai ayat pertama sampai ayat terakhir, kita dituntun secara sistematis untuk menjadi Khalifah: Sang Penanggung Jawab Bumi!

Duhai...
Egkaukah itu
yang bertanya: “jika semuanya menjadi Khalifah, siapa yang menjadi rakyatnya?”
Tidakkah engkau perhatikan,
Bahwa surah ini juga dihadapkan kepadamu?

Duhai...
Engkaukah itu
Para aktifis dakwah?
Para pejuang akhlak bangsa?
Para perindu Khilafah Islamiyyah?
Bacalah surah ini, surah Al-Baqarah!
Agar engkau mewujud menjadi sang Khalifah: Sang Penanggung Jawab Bumi!

Salam,
Mohon sebarkan pesan berikut ini:

Ayo, jadikan Rp 15.000,- Anda bermakna untuk mewujudkan masyarakat Qur’ani di Kab. Lebak-Banten

Menyumbangkan Rp 15.000,- berarti memberi satu buah buku TAQWA kepada satu pelajar di Kab. Lebak-Banten

Buku TAQWA terdiri dari 6 jilid yang berisi pelajaran kosa kata dan tata bahasa Al-Qur’an 30 juz.

Sumbangkan Rp 15.000,- Anda ke:
Bank : MUAMALAT
Capem: Slipi
Norek : 9140081699
An : Sutrisno

Setelah Anda transfer, kirim SMS konfirmasi ke 021 327 500 62 atau 081 382 477 313
Ketik: nama anda_tgl transfer_jumlah donasi_Taqwa1
Kirim ke 021 327 500 62 atau 081 382 477 313

Sambutlah keprihatinan Rosulullah saw, ketika ia berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an itu sesuatu yang diabaikan.” (QS.Al-Furqan: 30).

Apakah kita yang dimaksud oleh keprihatinan Rosulullah itu?

Hanya dengan Rp 15.000,- Anda dapat membantu menciptakan lulusan SMP/SMA/sederajat yang menguasai kosa kata dan tata bahasa Al-Qur’an 30 Juz!

Ayo sebar TAQWA ke setiap sekolah di Kab. Lebak Prov. Banten, dan selanjutnya TAQWA akan menyebar ke kota Anda!

Sumbangkan dana TAQWA Anda ke:
Bank : MUAMALAT
Capem: Slipi
Norek : 9140081699
An : Sutrisno

Setelah Anda transfer, kirim SMS konfirmasi ke 021 327 500 62 atau 081 382 477 313
Ketik: nama anda_tgl transfer_jumlah donasi_Taqwa1
Kirim ke 021 327 500 62 atau 081 382 477 313

Bersama kita bangun INDONESIA BERTAQWA
INDONESIA BERsama Tuntunan Al-Qur’an Wujudkan Amanat ilahi

Wasiat Hitam (1)

Di kalangan makhluk-makhluk hitam, nama Iblis tercatat dalam deretan nomor wahid. Namanya terkenang sepanjang sejarah peradaban tipu-menipu dan budaya kesombongan, dari awal zaman sampai akhir zaman kelak.

Sepanjang waktu, dia tak kenal lelah keluar masuk rimba belantara hitam-putih kehidupan, berusaha segigih-gigihnya menumbangkan pohon-pohon kebaikan. Dia sadar bahwa pohon-pohon itu akarnya menghujam sampai ke dasar bumi dan pucuk-pucuknya menjulang tinggi menyentuh langit, makanya dia berjuang dengan segigih-gigihnya. Dia ingin menumbangkan pohon-pohon itu, kemudian menggantinya dengan alang-ilalang kemunafikan, beringin kemusyrikan. Dan kalaupun sulit untuk ditumbangkan, dia akan menumbuhkan pada pohon-pohon itu benalu-benalu dari berbagai jenis, seperti: hasad, hasud, iri, dengki, ujub, dan sombong.

Iblis dan Nabi sama-sama mendapat SK dari Allah. Iblis mendapat Surat Kejahatan dan Nabi mendapat Surat Kebaikan. Kedua SK itu berlaku hingga akhir zaman. Keduanya berjalan beriringan bagaikan dua tepian sungai, berhadap-hadapan tetapi saling berseberangan. Kedua tepian itu berlomba-lomba menarik apa yang ada di antara keduanya. Terus berlangsung seperti itu, berawal dari sumber yag sama menuju tujuan yang sama pula. Satu tepi menuju surga Allah dan tepi satunya lagi ke neraka Allah. Karena memang keduanya milik Allah dan kembali kepada Allah.

Dengan berbekal surat kejahatan, Iblis naik turun gunung menjelajah desa-desa, menyisir kota-kota, dan mengunjungi negeri-negeri demi menghimpun bala tentara yang sudah menjadi haknya, Untuk menanamkan loyalitas dan semangat juang demi kesesatan dunia, Iblis berdiri di hadapan ribuan pengikutnya, berpidato memberi wejangan.

Katanya : “Wahai hamba-hamba (kesesatan yang dilaknat) Allah, pada hari ini, aku teguhkan kalian semua menjadi pengikut-pengikutku. Karena itu, kalian harus berbangga hati sudah bergabung bersamaku. Akulah makhluk Allah yang paling baik daripada makhluk-makhluk Allah lainnya. Jamaah ini adalah jamaah yang paling baik dari semua jamaah yang ada. Jadi kalian pun harus merasa menjadi yang paling baik daripada lainnya. Kalian harus senantiasa berkata seperti aku berkata : Aku lebih baik daripadanya. Dan kalian tidak boleh ragu-ragu dalam mengikutiku, karena rasa ragulah yang telah mencerai-beraikan umat manusia.”

“Mulai hari ini, kalian tidak usah berkecil hati. Meskipun kalian berasal dari bangsa yang berbeda-beda, kalian tidak usah membeda-bedakan derajat dan kedudukan di antara kalian. Dari bangsa jin ataupun dari bangsa manusia, semuanya sama saja. Hanya panggilan kalian saja yang berbeda-beda. Kalian yang dari bangsa jin disebut setan, dan kalian yang berasal dari bangsa manusia disebut thogut. Namun demikian, kalian tidak usah memikirkan gelar-gelar itu, karena yakinlah bahwa kalian semua adalah sama, yaitu sama-sama makhluk Allah (yang sesat). Dan Dia telah menyediakan satu tempat untuk kita semua, agar kita semua nanti bisa tetap bersama seperti saat ini, (yaitu neraka).”

bersambung....