Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Kamis, 26 Februari 2009

PERMOHONAN CINTA

ENGKAU berkata:
Cintailah AKU maka AKU mencintaimu

Duhai...
Bagaimana aku mencintai-MU tanpa cinta-MU?
Bolehkah, jika cinta-MU lebih dulu datang
Untuk menghidupkan cintaku?
Untuk mengajarkan bagaimana mencintai-MU?
Untuk menjaga cintaku pada-MU?
Bolehkah, jika aku yang berkata:
Cintailah aku maka aku mencintai-MU?

Duhai...
Hati ini telah bergetar rindu pada-MU
Apakah telah terkabul permohonan cintaku?

Senin, 23 Februari 2009

Menjadi hidup untuk menghidupkan

Dalam kehidupan dunia, kita berada di dua alam secara bergantian, yaitu alam kesadaran dan alam ketaksadaran. kedua alam itu adalah bukti Allah begitu menyayangi dan merahmati manusia sebagai hamba-Nya. Alam kesadaran diperlukan agar kita bisa saling terhubung: dengan diri sendiri (mikrokosmos), dengan sesama dan alam semesta (makrokosmos), dan dengan Tuhan (metakosmos) untuk selanjutnya kita menemukan tugas dan tanggung jawab serta resiko-resiko dalam kaitannya dengan mikrokosmos, makrokosmos, dan meta kosmos.

Dari kedua alam itu bagian terpenting dan utama bagi kita adalah alam kesadaran. sedangkan alam ketaksadaran menjadi semacam anugerah kesempatan menghindari sementara tugas dan tanggung jawab serta resiko-resiko kehidupan.

Mungkin anda merasa njelimet dengan paparan diatas? Alhamdulillah, itu berarti anda masih berada dialam kesadaran. Sekarang cobalah anda memasuki alam ketaksadaran anda....mulai kendurkan urat syaraf anda...rileks...terus rileks...masuk-keluarkan nafas dengan teratur....sambil pejamkan mata anda secara perlahan-lahan....istirahatkan otak anda, heningkan pikiran...sunyikan pendengaran. Dan...inilah alam ketaksadaran. Disinilah nafsu-nafsu keseharian anda muncul berhamburan dalam bentuk abstraksi dan simbol-simbol. Ya, kita menyebutnya : mimpi. Inilah yang saya maksud dengan penghindaran sementara dari tugas dan tanggung jawab serta resiko-resiko kehidupan. Anda tidak dikenakan tuntutan apapun meski anda melakukan perzinahan persis pada saat azan subuh berkumandang, karena anda melakukannya di alam ketaksadaran, yaitu tidur dan bermimpi.

Sekarang marilah kita memasuki alam kesadaran. terserah, secara perlahan-lahan tau tiba-tiba. Yang perlu anda ingat adalah ketika memasuki alam kesadaran, anda diajarkan membaca sebuah kalimat: Alhamdulillahil ladzi ahyaanaa bkda maa amatama wa ilaihin nusyur, segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kita setelah Dia matikan kita dan kepada-Nya kita akan kembali. Kalimat yang begitu anda kenal. Saking kenalnya mungkin ada yang menganggapnya sepele, hanya sebuah etika sunnah yang apabila dikerjakan berpahala dan tidak mengapa bila diabaikan.

Bagi saya, kalimat itu adalah mantra! sebagai pembuka kesadaran dari ketaksadaran, pembuka kehidupan dari kematian. Perhatikan, apakah Rosulullah saw secara percuma mengajarkan sunnah? wamaa yantiqu anil hawa in huwa illa wahyu yuuha, Rosulullah saw tidak sekedar bicara melainkan itu adalah wahyu dari Tuhan dan apa yang datang dari Tuhan tidak akan sia-sia. Rabbanaa maa khlaqta hadza bathila!

Sebagai mantra, kalimat itu tidak sekedar dibaca sudah itu selesai. Bacalah, tetapi jangan biarkan kalimat itu menguap. segera hirup kembali! kirimkan ia ke syaraf-syaraf otak untuk dicerna kemudian biarkan sari patinya hadir dan mengalir melalui aliran darah menyebar ke sendi-sendi tubuh. Dan rasakan.....mantra itu benar-benar membuat kita bergerak dari kematian menuju kehidupan, dari ketaksadaran menuju kesadaran. Kini kita telah benar-benar hidup untuk selanjutnya menghidupkan hal-hal yang telah mati, dan membangkitkan kesadaran dari kubangan ketaksadaran.

Anda tentu bertanya, bagaimana proses itu terjadi?
Begini,

Pada awal kesadaran (saya lebih suka menyebutnya awal kehidupan) Rosulullah saw mengajarkan bahwa pertama sekali yang harus diingat adalah Allah. Tetapi bukan untuk mengajukan persoalan/permintaan, tetapi untuk menyampaikan pujian. Jadi, mengingat Allah untuk memuji, bukan untuk mengeluh. Kita melakukan itu berulang-ulang disetiap awal kehidupan (baca: bangun tidur) untuk apa? latihan! agar dikehidupan ketiga nanti, yaitu pada hari berbangkit, kita sponta mengingat Allah dalam keadaan memuji, bersyukur, bukan mengeluh, karena segala macam keluhan tidak diterima pada saat itu.

Alhamdulillah, Ya allah segala puji bagi-Mu, segala ucapan terima kasih dan penghargaan adalah milikmu dan hanya untukmu. Siapakah aku? aku hanyalah hamba yang terpuruk dalam ketakberdayaan dan kebodohan. Jadi, jika ada keberhasilan, itu karena kehendak Engkau semata. Duhai...Engkaulah ya Allah yang telah menghidupkan aku setelah mati, memperoleh kesadaran setelah ketaksadaran, berpengetahuan setelah kejahilan. lalu bagaimanakah aku harus menggunakan kehidupan, kesadaran dan pengetahuan itu ya Allah? bagaimanakah nanti aku harus bertanggung jawab ketika kembali kepada-Mu?

Memuji atas anugerah kehidupan, kesadaran, dan berpengetahuan dengan segenap jiwa raga. Jiwa meyakini dan raga mengakui lalu keduanya berbuat. Anugerah itu tidak diberikan sia-sia dan hanya untuk dinikmati sendiri. Tuhan memilih kita untuk mewujudkan anugerah-anugerah-Nya agar menjadi rahmat bagi semesta alam. Kita dihidupkan untuk menghidupkan, disadarkan untuk menyadarkan, diberi pengetahuan untuk diajarkan.

Dengan demikian, kita menjadi sibuk sepanjang hari, tidak ada sedikit waktupun terbuang percuma karena kita akan kembali kepada-Nya, bertanggung jawab dihadapan-Nya.

Laqad khalaqnal insaana fi kabad, sungguh manusia itu diciptakan dalam kondisi yang terus berjuang dengan susah payah. Sampai akhirnya Tuhan menurunkan rahmat-Nya, lalu kita memasuki alam ketaksadaran. Bukan karena kita menginginkannya, tetapi karena Dia menghendaki melalui sendi-sendi jiwa dan raga yang dilelahkan. Memasuki alam ketaksadaran bukan karena nafsu ingin menghindari tugas dan tanggung jawab kehidupan, tetapi karena rahmat-Nya.

Lalu, kita berujar lirih, bismika allahumma ahya wa amut....Sepanjang hari ini, aku telah bersamamu ya Allah, dan dengan cara-Mu pula aku menjalani kesadaran akan hidup sampai akhirnya Engkau mematikan aku.

Di penghujung hari kehidupan, timbullah kesadaran bahwa hidup dan mati adalah milik Allah semata, oleh karenanya harus dijalani bersama-Nya dan dengan cara-cara-Nya. Dengan kesadaran itu kita mengakhiri kehidupan kita dengan kebaikan, khusnul khotimah, Sekali lagi, ini adalah latihan, seperti kita mengawali kehidupan dengan kebaikan, maka kehidupan harus diakhiri pula dengan kebaikan.

lantas apa yang kita peroleh, dengarlah: wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan penuh ridho dan diridhoi. Bergabunglah bersama hamba-hamba-Ku yang sholeh dan tetaplah kalian berada dalam kenikmatan surga-Ku.

Kemudian, kita pun tertidur dalam kematian yang indah, menenagkan dan damai....

Jumat, 20 Februari 2009

Berguru Kepada Allah Atau Kepada Syetan?

Seorang teman bertanya: "Apakah benar, jika kita tidak berguru maka syetan datang menjadi guru?" Teman saya itu agak sedikit traumatik dengan kelompok pengajian dan dia selalu enggan bila diajak bergabung. Dia khawatirkembali lagi terjebak dan tersesat dalam sebuah kelompok/organisasi pengajian seperti yang pernah dialaminya. Dia bertanya demikian, karena tetap igin berada di jalan kebenaran tetapi apakah harus dibawah bimbingan seorang guru? Bolehkah jika kita belajar sendiri, dari membaca, mendengar, melihat, dan merenung?

Saya bilang, kita adalah yang terpilih. Tuhan dengan sengaja memilih kita menjadi wakil-Nya. Dia tempatkan di bumi untuk mewujudkan kehendak-kehendak-Nya. Lantas, siapakah yang berhak mengajarkan kita: jalan yang mesti dilalui, pola pikir yag mesti disusun, kata yang mesti dirangkai. Siapakah? bukan siapa-siapa kecuali Dia sendiri!

Dia adalah sang guru yang mengajarkan apa yang tidak kita ketahui, yang memilihkan apa-apa yang mesti dipelajari. Ilmu-Nya begitu meliputi, kebijaksanaan-Nya menopang kelebihan dan kekurangan, kasih sayang-Nya begitu menentramkan. Dia menyelisik kedalam relung-relung hati, mengetahui betikan-betikan hati, menggenggamnya dengan segenap rahmat dan hidayah.

Temanku, kemanakah engkau hendak mencari guru seperti itu?

Dialam rahim, Dia telah membaiat kita, "Apakah Aku Tuhanmu?" dan kita menyambutnya, "Benar, kami telah menyaksikan bahwa Engkaulah Tuhanku." Selanjutnya, Dia mengawasi dan memberikan pengajaran sepanjang waktu.

Sebagai guru, Dia bijaksana memilihkan materi pelajaran untuk setiap murid-Nya, tentu sesuai kapasitas yang dimiliki masing-masing urid. Dia mengetahui setiap murid-Nya berbeda satu sama lainnya, maka materi pelajaran yang diberikan berbeda-beda. Dia pun bijaksana memilih bagaimana menyampaikan pengajaran-Nya. Perhatikan: Dia memilih kita, memberikan tugas dan mengajarkan bagaimana melaksanakan tugas itu. Subhanallah, maha suci Allah yang telah menjadikan alam semesta ini sebagai media pengajaran-Nya. Untuk siapa? Untuk kita! di anatara media-media itu ada yang diam membisu menyimpan hikmah dan ada pula yang bertutur kata. para Rosul, para wali, dan orang-orang yang kita sebut guru hanyalah media pengajaran-Nya yang berkata-kata. Lalu mengapa kita harus takjub kepada media? Takjublah kepada siapa yang menggerakkan media itu, subhanallah, maha suci Allah!

Ya Allah, begitu banyak kesalahan hamba hingga hati ini menghitam tak mampu menangkap pengajaran-Mu
Astaghfirullah al-azhim..............
Ya Allah, hamba datang mengharap-harap maaf-Mu
Ya Alah, sesungguhnya tidak ada yang dapat membimbing hamba kecuali Engkau, maha suci Engkau sesungguhnya hama telah menganiaya diri hamba sendiri.

Sebagai murid, kita hanya perlu diam, duduk bersimpuh, menundukkan kepala, mengheningkan hati dari hruk pikuk dunia, biarkan air mata itu jatuh berderai.

Ya Allah, Engkaulah Rabb yang memelihara, membimbing dan mengajariku
tidak ada pemelihara, pembimbing dan pengajar kecuali Engkau......
sementara hamba ini adalah hamba-Mu yang telah Engkau ciptakan dan tetap berada dalam genggaman-Mu...
Ya Rabb inilah aku dengan segala ketakberdayaanku...
aku datang memohon perlindungan-Mu dari kebodohanku sendiri.........
Ya Rabb, sungguh begitu banyak kasih sayang dan rahmat-Mu tercurah untukku, sementara syukur dan baktiku kepada-Mu begitu tiada berarti....
Ya Rabb ampuni segala kesalahanku karena hanya Engkaulah yang maha mengampuni.

Temanku, engkau telah bertanya, maka dengarkanlah jawaban-Nya:

"Siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang maha pemurah, Kami adakan baginya syaitan maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat pentunjuk."
(QS. Az-Zukhruf, 43:36-37)

Selasa, 17 Februari 2009

Istriku sayang, aku ingin menikah lagi...

Istriku sayang, yuk kita menikah lagi. Bukan, bukan bulan madu, tetapi menikah, menjadi pengantin, duduk bersanding sambil menikmati nasihat-nasihat pernikahan.

Ah, pasti engkau menganggap ajakanku ini mengada-ada. Memang, biasanya setelah sekian lama orang menikah, mereka mengajak pasangannya berbulan madu, menyegarkan kembali suasana pernikahan. Sedangkan aku? aku benar-benar ingin mengajakmu menikah lagi, bukan hanya sekedar berbulan madu.

Pada saat berbulan madu, kita hanya sekedar menyegarkan jiwa ddari sensasi raga yang teralami. Pada saat itu jiwa kita tersenyum, takjub akan kebesaran ilahi. Subhanallah, Maha Suci Allah yang telah meniptakan raga-raga ini begitu sempurna. Engkau ddiciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Aku pun demikian. Juga raga-raga yang lain. Apakah yang dihasilkan oleh kesempurnaan ketika ia berpadu satu di atas kesempurnaan? sempurna yang menyempurnakan!

Istriku sayang, perhatikanlah, sampai kapan raga-raga ini memberikan sensasi ilahi yag begitu menyadarkan akan realitas penyatuan? Bukankah raga-raga ini tercipta dari debu dan setiap debu akan kembali menjadi debu? karena itulah, aku mengajakmu menikah lagi, duduk bersanding menjadi pengatin, menikmati nasihat-nasihat pernikahan.

Sungguh, nasihat-nasihat itu begitu menggetarkan, membuat jantung berdetak-detak lebih dari biasanya. Perasaan hati begitu menggelora, meluapkan kebahagiaan yang tak terbendung. Airmata pun menetes tak kuasa menanggung rahmat Allah yang begitu deras tercurah. Duhai...awal hari ini saja Engkau bahagiakan kami sedemikian rupa, apalagi nanti.

Istriku sayang, aku mengajakmu kembali menikah bukan karena pernikahan kita ini telah sepi dari getar-getar suka cita. Tidak, istriku. Pernikahan kita ini adalah rasa syukur di atas kesyukuran. Hanya saja aku ingin mengajakmu mersakan kembali getar-getar ilahi yang merasuk dalam jiwa pada awal hari dimana nikmat kita disempurnakan. Coba perhatikan khutbah nikah ini,

Ananda! bila kelak biduk rumah tangga bertubrukan dengan benteng karang kehidupan, bila impian remaja telah berganti menjadi kenyataan yang pahit, bila bukit-bukit harapan diguncang gempa cobaan, segenap keluarga ingin melihat Ananda teguh disamping suami. Istri atau suami akan tetap tersenyum walaupun langit makin mendung. Pada saat seperti itu, tidak ada yang paling menyejukkan suami selain melihat pemandangan yang mengharukan. Ia bangun imalam hari. Didapatinya Ananda tidak disampingnya. Kemudian, ia dengar suara wanita bersujud, suaranya gemetar. ia sedang memohon agar Allah menganugerahkan pertolongan bagi suaminya. Pada saat seperti itu, suami Ananda akan menegakkan tangan ke langit, bersamaan dengan tetesan air matanya. Ia berdoa; ya Allah, karuniakan kepada kami istri dan keturunan yang menentramkan hati kami dan jadikanlah kami penghulu orang-orang takwa.


Istriku sayang, indah bukan. yuk kita berterima kasih kepada Prof. Suyanto yang telah menyampaikannya, dan kepada bapak Ahmad Syafii Maarif yang telah menuliskannya di Resonansi Republika, selasa, 17/02/09.

Untuk Sindy: teruslah mencari

Sindy, menangislah. Insya Allah, air mata akan menjadi saksi pada hari dimana semua amal perbuatan diperhitungkan oleh Hakim Yang Maha Agung, Maha Bijaksana dan Maha Adil. Semua amal perbuatan, baik atau buruk, akan mendapatkan balasannya. Pada hari itu kita tidak bisa mengelak. Mulut terkunci untuk berdalih, lidah yang tak bertulang terpaku tak bisa terucap. Saat itu kita hanya bisa diam, mendengarkan saksi-saksi dan menanti keputusan.

Bersyukurlah, air mata itu pernah tertumpah ataupun hanya sekedar menetes. Air mata itu akan berkata: "Ya Rabb..hamba adalah saksi bagi kerinduannya kepada-Mu. Hamba adalah saksi bagi kelelahan-Nya meneju kepada-Mu.

Sindy yang baik, biarkan air mata itu jatuh membasahi hatimu, hati saya, dan hati orang-orang yang ikut merasakan. Hati ini bagaikan cermin yang terus menatapi kehidupan. Dan kehidupan apakah yang tak pernah sepi dari debu-debu? Debu-debu itu terus berhembus berusaha melekatkan kotoran-kotorannya. Jangan Ya Rabb..jangan sampai debu itu terus hinggap hingga menutupi cermin ini, lalu bagaimana kami bisa menatap kepada-Mu. Duhai..jadikanlah air mata itu sebagai tanda Engkau membersihkan hati kami.

Ingatlah Sindy, pada saat terlahir ke dunia engkau menangis karena kehilangan dunia yang serba mencukupi mesti tanpa meminta dan mencari. Di dunia itu, engkau hanya perlu diam lalu engkau menerima semua kebutuhan. Sedangkan di dunia ini, engkau merasa harus berjuang, meminta dan mencari. Lalu, kadang engkau mendapatkan dan kadang pula tidak. Oleh karenanya engkau menangis, kehilangan.

Jadi, menangislah Sindy, seperti bayi yang telah kehilangan dunia tempat ia berkata: "benar, Engkaulah Tuhanku." Kemudian kehidupannya benar-benar tercukupi.

Dan menangislah karena telah memasuki dunia fatamorgana, dunia yang tampak tidak seprti kelihatannya, dunia seolah-olah. Subhanallah, maha suci Tuhan yang telah menjadikan yang tidak tampak menjadi tampak dan yang benar-benar nyata menjadi tidak tampak.

Kamis, 12 Februari 2009

Selamat Datang Cinta

Bulan Februari adalah bulan yang paling pas buat belajar tentang cinta. Bukan karena bulan lainnya kurang pas, hanya di bulan inilah orang sedang bergairah berbicara tentang cinta. kata orang bijak, saat yang paling tepat untuk belajar mengajar adalah saat dimana keinginan belajar itu sedang tumbuh, saat materi belajar menjadi sesuatu yang dibutuhkan dan menyenangkan.

Yuk, kita pelajari cinta yang benar, dengan cara yang benar pula, agar kita bisa menyalurkannya dengan benar pula.

Apa itu cinta? ah, terlalu banyak definisi. bagi setiap orang cinta mempunyai definisi dan makna yang berbeda. Kita tinggalkan definisi, istilah, pengertiaan atau apapun yang semisalnya. Apa yang anda inginkan, mengetahui atau mendapatkan?

Bagi saya, cinta itu sesuatu yang harus didapatkan, dialami. Dan pengalaman tidak perlu bahasa. ia hanya perlu dirasakan. jadi diamlah, dan rasakan apakah cinta itu menyapa kita. jika ya, maka hidup kita pun akan penuh dengan senyum bahagia. tapi jika tidak, bagaimanakah hidup yang tanpa senyum? semuanya menjadi serba salah.

Apakah seorang ibu mengajarkan cinta kepada anaknya dengan bertutur kata? Ibu saya tidak pernah berkata: "anakku, cinta adalah....." tapi beliau memberikan pengalaman. Bukankah pengalaman adalah guru yang paling baik?

Cinta seperti apakah yang seharusnya kita alami?

Kita tidak bisa memilih. sekali lagi, kita hanya bisa merasakan. bila hati merasa damai, bahagia, tidak menyimpan ketakutan atau kecemasan, dan ingin sekali kita ungkapkan suasana hati itu kepada orang lain agar orang lain pun turut menjadi bahagia, maka saat itulah kita telah mengalami cinta yang benar.

selamat datang cinta
peluklah aku kedalam kedamaianmu
biarkan aku tenggelam dalam samudera kasih sayangmu
biarkan seluruh aku ini hanya terisi olehmu
hingga yang keluar dariku hanyalah engkau, cinta.

Selasa, 10 Februari 2009

Undangan Menulis: a journey to zero

Buku ini bercerita tentang sebuah petualangan Wong Gede. Namanya saja Wong Gede, pastilah ia berasal dari keluarga The Have. Jakarta dengan segala bingkai kehidupan glamournya pantas menjadi bingkai kehidupannya. Namun, di tengahkehidupannya yang serba ada, ia berada di titik kejenuhan. Ia telah berada di puncak kemewahan tapi yang diperolehnya kehampaan. Hawa dingin terus berhembus dari kekosongan dirinya, membuatnya menggigil, mengkerut dan rapuh.

" Setelah semua ini, apa lagi?" teriaknya cemas. Tidak ada yang menjawab. Malah semuanya ikut berteriak, menggemakan ulang kecemasannya.

Di tengah keberadaan yang melimpah Wong Gede merasakan kekurangan. Pada saat yang sama, ia melihat Wong cilik merasakan kecukupan di tengah kekurangan. Apakah yang ada pada mereka yang tidak ia miliki?

Begitulah, Wong Gede berjalan dari keberadaan menuju ketiadaan. Bukan ketiadaan yang hampa, tetapi ketiadaan yang memuaskan.

Cerita Wong Gede adalah alur yang di buat untuk menampilkan sisi spiritualitas dari kehidupan masyarakat yang membatasi diri dari hal-hal yang sesungguhnya diperbolehkan. Justru, keterbatasan itulah yang membuat kehidupan mereka tetap eksis di pusaran kedamaian.

Dalam bentuk Bookmagz (paduan antara buku dan majalah), buku ini bertutur melalui esay foto, laporan perjalanan, wawancara, artikel-artikel pendukung. Dilengkapi pula dengan direktori yang memuat peta wisata berikut pernak-perniknya seperti agen perjalanan, penginapan, sentra-sentra kerajinan, dll. semua itu ditampilkan untuk menjadikan buku ini sebagai pedoman lengkap yang dapat digunakan pembaca untuk menapak-tilasi perualangan Wong Gede dari keberadaan yang hampa menuju kepada ketiadaan yang memuaskan.

Obyek sekaligus juga subyek penulisan buku ini adalah masyarakat Baduy di Lebak-Banten dan semua pihak yang bersinggungan dengan mereka, mulai dati pihak pemerintahan, tokoh masyarakat, pengusaha sampai siapa saja yang menaruh minat terhadap kehidupan masyarakat Baduy. Anda pun diundang untuk terlibat dalam penyusunan buku ini.