Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Senin, 23 Februari 2009

Menjadi hidup untuk menghidupkan

Dalam kehidupan dunia, kita berada di dua alam secara bergantian, yaitu alam kesadaran dan alam ketaksadaran. kedua alam itu adalah bukti Allah begitu menyayangi dan merahmati manusia sebagai hamba-Nya. Alam kesadaran diperlukan agar kita bisa saling terhubung: dengan diri sendiri (mikrokosmos), dengan sesama dan alam semesta (makrokosmos), dan dengan Tuhan (metakosmos) untuk selanjutnya kita menemukan tugas dan tanggung jawab serta resiko-resiko dalam kaitannya dengan mikrokosmos, makrokosmos, dan meta kosmos.

Dari kedua alam itu bagian terpenting dan utama bagi kita adalah alam kesadaran. sedangkan alam ketaksadaran menjadi semacam anugerah kesempatan menghindari sementara tugas dan tanggung jawab serta resiko-resiko kehidupan.

Mungkin anda merasa njelimet dengan paparan diatas? Alhamdulillah, itu berarti anda masih berada dialam kesadaran. Sekarang cobalah anda memasuki alam ketaksadaran anda....mulai kendurkan urat syaraf anda...rileks...terus rileks...masuk-keluarkan nafas dengan teratur....sambil pejamkan mata anda secara perlahan-lahan....istirahatkan otak anda, heningkan pikiran...sunyikan pendengaran. Dan...inilah alam ketaksadaran. Disinilah nafsu-nafsu keseharian anda muncul berhamburan dalam bentuk abstraksi dan simbol-simbol. Ya, kita menyebutnya : mimpi. Inilah yang saya maksud dengan penghindaran sementara dari tugas dan tanggung jawab serta resiko-resiko kehidupan. Anda tidak dikenakan tuntutan apapun meski anda melakukan perzinahan persis pada saat azan subuh berkumandang, karena anda melakukannya di alam ketaksadaran, yaitu tidur dan bermimpi.

Sekarang marilah kita memasuki alam kesadaran. terserah, secara perlahan-lahan tau tiba-tiba. Yang perlu anda ingat adalah ketika memasuki alam kesadaran, anda diajarkan membaca sebuah kalimat: Alhamdulillahil ladzi ahyaanaa bkda maa amatama wa ilaihin nusyur, segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kita setelah Dia matikan kita dan kepada-Nya kita akan kembali. Kalimat yang begitu anda kenal. Saking kenalnya mungkin ada yang menganggapnya sepele, hanya sebuah etika sunnah yang apabila dikerjakan berpahala dan tidak mengapa bila diabaikan.

Bagi saya, kalimat itu adalah mantra! sebagai pembuka kesadaran dari ketaksadaran, pembuka kehidupan dari kematian. Perhatikan, apakah Rosulullah saw secara percuma mengajarkan sunnah? wamaa yantiqu anil hawa in huwa illa wahyu yuuha, Rosulullah saw tidak sekedar bicara melainkan itu adalah wahyu dari Tuhan dan apa yang datang dari Tuhan tidak akan sia-sia. Rabbanaa maa khlaqta hadza bathila!

Sebagai mantra, kalimat itu tidak sekedar dibaca sudah itu selesai. Bacalah, tetapi jangan biarkan kalimat itu menguap. segera hirup kembali! kirimkan ia ke syaraf-syaraf otak untuk dicerna kemudian biarkan sari patinya hadir dan mengalir melalui aliran darah menyebar ke sendi-sendi tubuh. Dan rasakan.....mantra itu benar-benar membuat kita bergerak dari kematian menuju kehidupan, dari ketaksadaran menuju kesadaran. Kini kita telah benar-benar hidup untuk selanjutnya menghidupkan hal-hal yang telah mati, dan membangkitkan kesadaran dari kubangan ketaksadaran.

Anda tentu bertanya, bagaimana proses itu terjadi?
Begini,

Pada awal kesadaran (saya lebih suka menyebutnya awal kehidupan) Rosulullah saw mengajarkan bahwa pertama sekali yang harus diingat adalah Allah. Tetapi bukan untuk mengajukan persoalan/permintaan, tetapi untuk menyampaikan pujian. Jadi, mengingat Allah untuk memuji, bukan untuk mengeluh. Kita melakukan itu berulang-ulang disetiap awal kehidupan (baca: bangun tidur) untuk apa? latihan! agar dikehidupan ketiga nanti, yaitu pada hari berbangkit, kita sponta mengingat Allah dalam keadaan memuji, bersyukur, bukan mengeluh, karena segala macam keluhan tidak diterima pada saat itu.

Alhamdulillah, Ya allah segala puji bagi-Mu, segala ucapan terima kasih dan penghargaan adalah milikmu dan hanya untukmu. Siapakah aku? aku hanyalah hamba yang terpuruk dalam ketakberdayaan dan kebodohan. Jadi, jika ada keberhasilan, itu karena kehendak Engkau semata. Duhai...Engkaulah ya Allah yang telah menghidupkan aku setelah mati, memperoleh kesadaran setelah ketaksadaran, berpengetahuan setelah kejahilan. lalu bagaimanakah aku harus menggunakan kehidupan, kesadaran dan pengetahuan itu ya Allah? bagaimanakah nanti aku harus bertanggung jawab ketika kembali kepada-Mu?

Memuji atas anugerah kehidupan, kesadaran, dan berpengetahuan dengan segenap jiwa raga. Jiwa meyakini dan raga mengakui lalu keduanya berbuat. Anugerah itu tidak diberikan sia-sia dan hanya untuk dinikmati sendiri. Tuhan memilih kita untuk mewujudkan anugerah-anugerah-Nya agar menjadi rahmat bagi semesta alam. Kita dihidupkan untuk menghidupkan, disadarkan untuk menyadarkan, diberi pengetahuan untuk diajarkan.

Dengan demikian, kita menjadi sibuk sepanjang hari, tidak ada sedikit waktupun terbuang percuma karena kita akan kembali kepada-Nya, bertanggung jawab dihadapan-Nya.

Laqad khalaqnal insaana fi kabad, sungguh manusia itu diciptakan dalam kondisi yang terus berjuang dengan susah payah. Sampai akhirnya Tuhan menurunkan rahmat-Nya, lalu kita memasuki alam ketaksadaran. Bukan karena kita menginginkannya, tetapi karena Dia menghendaki melalui sendi-sendi jiwa dan raga yang dilelahkan. Memasuki alam ketaksadaran bukan karena nafsu ingin menghindari tugas dan tanggung jawab kehidupan, tetapi karena rahmat-Nya.

Lalu, kita berujar lirih, bismika allahumma ahya wa amut....Sepanjang hari ini, aku telah bersamamu ya Allah, dan dengan cara-Mu pula aku menjalani kesadaran akan hidup sampai akhirnya Engkau mematikan aku.

Di penghujung hari kehidupan, timbullah kesadaran bahwa hidup dan mati adalah milik Allah semata, oleh karenanya harus dijalani bersama-Nya dan dengan cara-cara-Nya. Dengan kesadaran itu kita mengakhiri kehidupan kita dengan kebaikan, khusnul khotimah, Sekali lagi, ini adalah latihan, seperti kita mengawali kehidupan dengan kebaikan, maka kehidupan harus diakhiri pula dengan kebaikan.

lantas apa yang kita peroleh, dengarlah: wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan penuh ridho dan diridhoi. Bergabunglah bersama hamba-hamba-Ku yang sholeh dan tetaplah kalian berada dalam kenikmatan surga-Ku.

Kemudian, kita pun tertidur dalam kematian yang indah, menenagkan dan damai....

1 komentar: