Teman: “Anak lu kan cewek,
kenapa dikasih nama cowok coy?” Aku: “Iya sih.. tapi bukankah nama Rahman
mengandung kualitas Tuhan yang sangat feminim, yaitu penyayang? Lagian kan,
nama depan dan tengahnya terdengar feminim juga, jadi kalau dirangkai: Kiara
Aqluna Rahman.”
Itu komentar seorang teman
ketika tahu nama lengkap Kiara. Seirama dengan nama Aura. Jangan kalian
mengira, dengan memberi nama Rahman
Rahim di ujung nama kalian, Ayah lebih menginginkan anak lelaki daripada anak
perempuan. Tidak. Memang anak lelaki tidaklah sama dengan anak perempuan. Pada
umumnya anak lelaki lebih diinginkan daripada anak perempuan. Anak lelaki
dianggap lebih berperan daripada anak perempuan. Lelaki akan menjadi pemimpin
bagi perempuan. Tapi sungguh, anak lelaki atau perempuan sama saja bagi ayah.
Barangkali inilah amanat Allah yang menurut-Nya dapat ayah tunaikan, sesuai
dengan batas kemampuan ayah. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan tanggung
jawab kepada seorang hamba di luar batas kemampuannya.
Sebenarnya, perempuan juga
mempunyai peran yang tidak kalah penting dari lelaki. Jika ada seorang lelaki
yang menjadi pemimpin hebat, tentu ia telah diasuh oleh perempuan hebat pula.
Cobalah ingat secuil sejarah bangsa ini, siapakah yang telah “mengasuh”
Soekarno Sang Proklamator? Seorang
perempuan bernama Ingrid. Jadi tidak masalah ayah mendapatkan kalian berdua
sebagai perempuan. Lagipula secara khusus, Alquran telah memberikan garis besar
pendidikan anak, malah secara eksplisit di ayat itu disebutkan anak perempuan.
Begini,
(ingatlah), ketika istri Imran
berkata: “ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang
dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka
terimalah (nazar ini) dariku. Sungguh Engkaulah Yang Maha mendengar, Maha
Mengetahui.” Maka ketika melahirkannya, dia berkata: “Ya Tuhanku, aku telah
melahirkan anak perempuan.” Padahal Allah lebih tahu apa yang dia lahirkan. Dan
anak laki-laki tidak sama dengan anak perempuan. “Dan aku memberinya nama
Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari (gangguan)
setan yang terkutuk. Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik
dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk
menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia
berkata, “wahai Maryam! Darimana ini engkau peroleh?” dia (maryam) menjawab,
“itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia
kehendaki tanpa perhitungan. (QS. Ali Imran [3] ayat 35-37).
Kisah keluarga Imran, terutama
kisah bagaimana mereka mendidik Maryam, merupakan petunjuk bagaimana ayah harus
mendidik kalian berdua. Maryam dididik oleh Zakaria. Sedangkan Zakaria adalah
seorang Nabi, maka sudah tentu Maryam dididik di bawah bimbingan wahyu Ilahi.
Maka seperti itu pula kalian berdua akan dididik, di bawah bimbingan Alquran. Ayah
berharap, pendidikan Qurani akan mewujudkan Rahman Rahim dalam setiap aktifitas
kehidupan kalian. Nama Rahman Rahim mewujud menjadi sifat. Nama mewujud menjadi
perilaku.
Jadi, ayah tidak sekedar
menyelipkan nama Rahman Rahim di ujung nama kalian. Nama adalah doa, dan ayah
berkewajiban mewujudkan doa itu, tentu dengan pertolongan Allah. Bukankah
berdoa kepada Allah berarti mengajak Allah untuk mewujudkan apa yang kita minta
dalam doa itu?
Ayah terobsesi dengan ide
kasih sayang yang memenuhi kehidupan. Jadi, siapapun yang terlahir dari rahim
Bunda, entah lelaki ataupun perempuan, namanya harus berkaitan dengan ide kasih
sayang. Begitulah nama kalian. Yang pertama: Aura Aqluna Rahim. Yang kedua:
Kiara Aqluna Rahman. Aqluna berarti: ikatan kita. Sedangkan Rahman Rahim adalah
nama-Nya. Dengan nama itu, ayah selalu ingin berbisik kepada kalian, saat
memanggil kalian, ataupun saat kalian menuliskan nama kalian sendiri: Aura... Kiara... ikatan
diantara kita adalah ALLAH ARRAHMAN ARRAHIM maka tetaplah engkau menyayangi kami
sebagaimana kami tetap menyayangimu dan berdoalah selalu semoga ALLAH ARRAHMAN
ARRAHIM senantiasa merahmati hidup kami sebagaimana
kami merawat hidupmu diwaktu kecil. Dan karena pancaran kasih sayang ALLAH
ARRAHMAN ARRAHIM itulah maka tidaklah pernah harta,
pangkat dan jabatan memisahkan kita, dan biarlah segala sesuatu yang berada
diatas debu tetaplah menjadi debu.
Begitu banyak peran kehidupan.
Ayah tidak tahu peran apakah yang cocok buat kalian. Ayah tidak bisa pilihkan
satu peran apapun untuk kalian. Ayah hanya bisa berharap, semoga selalu ada
semangat kasih sayang dalam peran apapun yang kalian mainkan. Allah telah
memulai skenario kehidupan ini dengan nama Rahman-Rahim-Nya. Karena itu pula,
ayah titipkan nama itu kepada kalian, agar kalian memulai kehidupan kalian
dengan nama Rahman-Rahim-Nya pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar