Kebanyakan
orang merasa perlu membaca mantra untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Bahkan Alquran juga dibaca sebagai mantra. Paham atau tidak, ayat Alquran yang
dibaca sebagai mantra dianggap akan berkhasiat bagi pembaca atau pendengarnya.
Yang lain boleh begitu tapi engkau jangan. Alquran adalah pedoman kehidupan. Maka
bacalah Alquran agar engkau dapat memahami bagaimana menata kehidupan dan
kemanusiaan, terutama kehidupan dan kemanusiaanmu sendiri.
Cobalah ingat, bagaimana ketika Muhammad Rasulullah saw
pertama kali mendapat lima ayat Alquran. Dikiranya ia telah menjadi Kahin (tukang
tenung yang suka merapal mantra). Tetapi
sungguh bukan. Seseorang yang berhati mulia, berakhlak terpuji, dan berjiwa
sosial tinggi, tidaklah mungkin menjadi Kahin, yang berharap dengan
rapalan mantranya, bim salabim! Situasi sulit menjadi mudah dalam
sekejap. Sebelum lima ayat itu, beliau hanya bisa merenung dan galau dengan
kondisi sekitar. Mau beraksi tapi apa
konsepnya? Bagaimana caranya? Mustahil hanya dengan merapal mantra apalagi
untaian syair. Maka, lima ayat itu dan ayat-ayat Alquran berikutnya turun
menjadi pedoman aksi baginya. Bukan mantra apalagi untaian syair.
Konsep
kehidupan yang pernah diterapkan oleh Muhammad Rasulullah saw kini ada dalam
genggaman kita. Yang perlu kita lakukan adalah: buka, baca, pahami, lalu
terapkan. Sebuah ajaran hanya berguna jika diterapkan. Memang kita kecewa
dengan kebanyakan para ulama saat ini. Semakin hari, kapasitas mereka sebagai
pewaris tugas kerasulan semakin berkurang saja. Upaya membangun masyarakat
Islami hanya slogan yang dianggap profitable. Biarlah, mereka boleh saja begitu
tapi engkau jangan.
Saat engkau kecil, konsep kehidupan yang pertama kali Ayah-Bunda
ajarkan kepadamu adalah Alfatihah. Alhamdulillah sudah engkau hapal. Saat itu
engkau tidak paham ya tidak mengapa. Kan masih kecil, masih PAUD, jarang masuk
pula. Tapi nanti saat engkau dewasa,
engkau harus memahami apa yang engkau baca. Pemahaman itulah yang menjadi
landasan langkah dan sandaran kehidupanmu. Bacaan Alfatihah yang engkau ulang
setiap saat adalah pondasi konsep kehidupan. Engkau baca berulang-ulang, setiap
hari, agar terinternalisasi dalam dirimu. Mengalir dalam peredaran darah,
menggerakkan sendi-sendi kehidupan. Inilah konsep fundamental yang harus engkau
pegang kuat-kuat:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. 1:1)
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, (QS. 1:2)
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. 1:3)
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Yang menguasai hari pembalasan. (QS. 1:4)
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (QS. 1:5)
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (QS. 1:6)
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nimat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS. 1:7)
Sudah itu, abaikan saja konsep yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar