Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Selasa, 07 Februari 2012

MARI KITA PERINGATI MAULID NABI MUHAMMAD SAW SETIAP HARI SENIN, BUKAN BULAN ATAU TAHUN, BAGAIMANA?


Abû Qatâdah al-Anshârî meriwayatkan bahwa Nabi saw. pernah ditanya mengenai puasa di hari Senin. Beliau kemudian menjawab, “Hari itu adalah hari saya dilahirkan dan hari saya menerima wahyu. Aha, itu berarti hari ulang tahun boleh diperingati. Tentu saja bukan dengan cara dirayakan atau dipestakan. Nabi tidak mencontohkan begitu. Yang Nabi lakukan hanyalah mengenang sejarah: hari kelahiran dan hari penerimaan wahyu, dengan cara berpuasa.

Mengenang hari kelahiran adalah sebuah pertanyaan tentang eksistensi, untuk apa saya ada? Apa yang sudah saya lakukan sampai hari ini? Apa yang akan saya lakukan pada hari-hari ke depan? Nabi sendiri mengkaitkan antara kenangan terhadap hari kelahiran dan  kenangan saat menerima wahyu. Sebuah upaya untuk mengingatkan diri pada misi kehidupan yang diemban, bahwa ia dilahirkan bukan sebagai manusia biasa, tetapi sebagai manusia yang menerima wahyu yang harus disampaikan kepada seluruh manusia. Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (QS. Al-Anbiyaa’ [21] ayat 107). Dari kata arsalnaaka ‘Kami mengutus kamu’ kita memahami bahwa Nabi mengemban sebuah Risalah yang harus disampaikan kepada seluruh manusia agar kehidupan semesta alam ini menjadi kehidupan yang dirahmati Allah. Sebuah misi yang teramat berat, karena itu Nabi berasa perlu memperingatinya setiap hari senin, bukan bulan atau tahun.

Lalu, mengapa kita, yang mengaku cinta kepada Nabi, hanya memperingati hari kelahirannya setiap tahun saja. Kenapa tidak setiap hari senin seperti yang Nabi lakukan? Jadi, ada baiknya kita memperingati maulid Nabi Muhammad saw setiap hari senin secara berkelanjutan. Hari itu kita kenang tidak sebatas hari kelahiran Nabi Muhammad saw aja, tetapi juga hari penerimaan wahyu. Rangkaian kegiatannya bisa diisi dengan: puasa sunnah, buka puasa bersama sambil melantunkan shalawat, mengkaji wahyu ilahi, dan mempelajari sejarah kehidupan Nabi.

Dengan begitu, barangkali kita tidak perlu lagi larut dalam perdebatan merebut klaim sah atau tidak sahnya peringatan maulid Nabi Muhammad saw. Yang kita lakukan, sebagaimana Nabi sendiri lakukan, adalah mengenang hari kelahiran seorang Nabi terakhir pengemban risalah Islam. Kenangan yang dilakukan dalam kerangka evaluasi dan edukasi untuk memperbaiki hari ini dan menata hari esok. Sudah sejauh mana Risalah Islam tersebar sebagai rahmat dalam kehidupan seluruh manusia? Atau jangan-jangan, kita sendiri belum termasuk ke dalam kelompok manusia yang mendapatkan rahmat? Apakah ada persyaratan yang harus kita penuhi agar kita sukses menjadi manusia penuh rahmat , dan oleh karenanya kita mampu menebar rahmat dalam kehidupan sesama?

1 komentar:

  1. "Dari Abi Qotadah al-Anshori RA sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rasulullah SAW menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku". (H.R. Muslim, Abud Dawud, Tirmidzi, Nasa'I, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Syaibah dan Baghawi).

    BalasHapus