Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Senin, 13 Februari 2012

MERAYAKAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW, BERGEMBIRA DENGAN RAHMATNYA?


Berbagai tulisan dan ceramah maulid Nabi Muhammad saw menjelaskan bahwa salah satu alasan mengapa kita merayakan maulid adalah Allah memerintahkan kita agar bergembira dengan rahmat-Nya sebagaimana firman Allah, yang artinya: “Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (QS. Yunus [10] ayat 58). Rahmat Allah yang terbesar adalah Nabi Muhammad saw. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’ [21] ayat 107)

Dasar pelaksanaan maulid yang disandarkan pada dua ayat di atas memberikan pandangan, sebagaimana yang terjadi dalam pelaksanaan maulid pada umumnya, bahwa perayaan maulid adalah  ungkapan kegembiraan dengan kelahiran Nabi Muhammad saw, dengan harapan mendapatkan manfaat ukhrowi. Jika Abu Lahab saja mendapatkan keringanan siksa karena telah bergembira dengan kelahiran Muhammad bin Abdillah, apalagi kita sebagai umatnya? Demikian pesan yang sering disampaikan oleh para penceramah maulid Nabi Muhammad saw.

Barangkali perlu kita tinjau kembali luapan kegembiraan kita, benarkah kita diperintahkan bergembira dengan kehadiran sosok Nabi Muhammad saw sebagai Rahmatan lil alamin? Ataukah kita diperintahkan bergembira dengan apa yang menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai Rahmatan lil alamin? Benarkah rahmat yang dimaksud dalam QS.10:58 adalah  sosok Nabi Muhammad saw sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. 21:107 ? ataukah rahmat yang dimaksud itu adalah Al-Qur’an sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat sebelumnya, yaitu QS. 10:57, yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”  Tentu saja rahmat yang dimaksud adalah Al-Qur’an sebagaimana ditegaskan  “Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Qur'an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”  (QS. Al-A’raaf [7] ayat 52). Maka dengan adanya Al-Qur’an itu hendaknya kita bergembira. Petunjuk di dalamnya akan mengantarkan kita memasuki kehidupan yang penuh rahmat.

Tanpa Al-Qur’an, Muhammad adalah manusia biasa. “Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi [18] ayat 110). “Katakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)? (QS. Al-An’aam [6] ayat 50). Dengan Al-Qur’an itulah Muhammad diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh manusia. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’ [21] ayat 107).

Islam melarang adanya kultus individu, walau kepada Nabi Muhammad saw sekalipun. Beliau hanyalah utusan Allah yang mengajak seluruh manusia kembali kepada Allah. Bagi yang ingin menuju Allah, maka ikutilah pelajaran dan petunjuk yang disampaikan Nabi Muhammad saw. “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali-‘Imraan [3] ayat 31).

Muhammad Rasulullah saw datang sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Namun tidak seluruh manusia mau menerima rahmat yang dibawanya. Sebagai umat yang bergembira dengan kedatangannya tentu bergembira pula dengan rahmat yang dibawanya. Dari ayat-ayat yang telah diuraikan dalam tulisan ini, kita memahami bahwa rahmat yang dibawanya adalah Al-Qur’an. Dengan cara mengajarkan Al-Qur’an itulah Muhammad Rasulullah saw menebar rahmat kepada seluruh manusia.
“Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (QS. Al-An’aam [6] ayat 155). “Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-A’raaf [7] ayat 204).

Muhammad Rasulullah saw datang sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Untuk itu, beliau telah terahmati terlebih dahulu dengan menerima Al-Qur’an. Beliau menjadi rahmat karena beliau adalah Al-Qur’an yang berjalan. ketika 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha ditanya tentang akhlak dan sifat Nabi Muhammad saw, maka beliau menjawab : "Akhlak Rasulullah saw  itu adalah Al-Qur'an" (HR. Muslim). Akhlaq Rasulullah saw yang merupakan hasil dari internalisasi Al-Qur’an  sungguh dipuji Allah dalam Al-Qur’an.  “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”  (QS. Al-Qalam [68] ayat 4).   


Maka, marilah kita bergembira dengan adanya Al-Qur’an. Dan sebagai  orang yang selalu setia dan sibuk dengan perayaan maulid Nabi Muhammad saw setiap tahun, marilah kita periksa sikap dan perhatian kita terhadap Al-Qur’an. Jangan sampai kita sibuk merayakan kelahiran sang pembawa rahmat tapi malah jauh dari rahmat itu sendiri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar