Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah [2] ayat 186)
Ayat di atas memberi pesan kepada kita bahwa aktifitas doa
terkait dengan aktifitas dakwah. Sedangkan dakwah berkaitan dengan aksi
kebaikan. Itu juga berarti seorang
pendoa adalah seorang pendukung sekaligus juga pelaku aksi kebaikan. Maka, doa-doa
yang dipanjatkan hendaknya selaras dengan upaya mewujudkan aksi-aksi kebaikan
yang sedang dilakukan.
Dalam ayat itu sangat jelas sekali pesan Allah, bahwa Allah
akan mebantu aksi kebaikan sang pelaku aksi (Dai = pendoa = pendakwah) jika ia
mengajak Allah dalam aksinya. Mengajak Allah dalam aksi berarti keseluruhan
aksi harus dilakukan sesuai dengan kehendak Allah yang harus disikapi dengan
sikap iman, yaitu sami’na wa atha’na. Semuanya itu diperlukan agar keseluruhan
aksi kebaikan tetap berada dalam jalur kebenaran.
Dengan pemahaman doa seperti itu, ruang doa kita sebagai seorang
muslim menjadi tidak terbatas. Tidak hanya di masjid, tetapi juga di
tengah-tengah masyarakat dengan segala problema kehidupannya. Bahkan kita
berharap dapat terus beraksi sampai ajal menjemput kehidupan, khusnul
khatimah, seperti yang kita panjatkan dalam
doa:
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar
(seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu): "Berimanlah kamu kepada
Tuhan-mu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami
dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan
wafatkanlah kami beserta orang-orang yang senantiasa beraksi menebar kebaikan.”
(QS. Ali Imran
[3] ayat 193).
Maka, teruslah berdoa dalam aksi kebaikan. Jangan bilang
tidak mungkin. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita sertakan Allah dalam
aksi. Al-Quran mencatat, bahwa Sulaiman as pernah berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku
dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun
sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi". (QS.
Shaad [38] ayat 35).
Doa yang diucapkannya adalah doa yang spesifik dan tidak
tanggung-tanggung. Sebuah anugerah duniawi yang tak diperoleh seorangpun setelahnya. Dan dikabulkan. Ada apa? Rahasianya:
apa yang diminta oleh Sulaiman as adalah untuk mendukung aksi kebaikannya, yaitu
dakwah Islam. Bukan untuk kesenangan pribadi. Bahkan, jika anugerah itu sampai
melenakannya dari aksi dakwah, maka beliau tidak segan-segan memusnahkannya.
(ingatlah) ketika dipertunjukkan
kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada
waktu sore. Maka ia berkata: "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan
terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai
kuda itu hilang dari pandangan". "Bawalah semua kuda itu kembali
kepadaku". Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu. (QS. Shaad [38] ayat 31-33).
Al-Quran juga mencatat terkabulnya doa Zakaria as, padahal
menurut hitungan manusiawi tidak mungkin terjadi,
Di sanalah Zakaria mendo`a kepada
Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang
anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do`a". Kemudian
Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat
di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan
kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari
Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk
keturunan orang-orang saleh." Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana
aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isterikupun seorang yang
mandul?" Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang
dikehendaki-Nya". Berkata Zakaria: "Berilah aku suatu tanda (bahwa
isteriku telah mengandung)". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu
tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan
isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu
petang dan pagi hari". (QS.
Ali Imraan [3] ayat 38-41)
Tentu saja kita dengan mudah memahami bahwa apa yang diminta
adalah untuk mendukung dan melanjutkan aksi kebaikannya, yaitu dakwah Islam.
Nah, marilah kita periksa, apakah yang telah kita serukan
kepada Allah dalam doa harian kita? Untuk apakah? Mengapa doa yang kita
panjatkan harus terkabulkan? Apakah benar kita membutuhkan apa yang kita minta
dalam doa? Apakah yang membuat Allah menepati janji-Nya, yaitu: ”Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku.”
“Dan Sesungguhnya telah tetap janji kami kepada hamba-hamba kami yang
menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat
pertolongan.Dan sesungguhnya tentara kami. Itulah yang pasti menang”. (QS. As-Shffaat [37] ayat 171-173).
Nah marilah kita terus berdoa, sementara
kita tetap berada di barisan orang-orang yang mendapatkan pertolongan Allah.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar