Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Rabu, 01 Februari 2012

DOA MUSTAJAB: DOA PENDUKUNG AKSI KEBAIKAN


Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah [2] ayat 186)

Ayat di atas memberi pesan kepada kita bahwa aktifitas doa terkait dengan aktifitas dakwah. Sedangkan dakwah berkaitan dengan aksi kebaikan. Itu juga berarti  seorang pendoa adalah seorang pendukung sekaligus juga pelaku aksi kebaikan. Maka, doa-doa yang dipanjatkan hendaknya selaras dengan upaya mewujudkan aksi-aksi kebaikan yang sedang dilakukan.

Dalam ayat itu sangat jelas sekali pesan Allah, bahwa Allah akan mebantu aksi kebaikan sang pelaku aksi (Dai = pendoa = pendakwah) jika ia mengajak Allah dalam aksinya. Mengajak Allah dalam aksi berarti keseluruhan aksi harus dilakukan sesuai dengan kehendak Allah yang harus disikapi dengan sikap iman, yaitu sami’na wa atha’na. Semuanya itu diperlukan agar keseluruhan aksi kebaikan tetap berada dalam jalur kebenaran.

Dengan pemahaman doa seperti itu, ruang doa kita sebagai seorang muslim menjadi tidak terbatas. Tidak hanya di masjid, tetapi juga di tengah-tengah masyarakat dengan segala problema kehidupannya. Bahkan kita berharap dapat terus beraksi sampai ajal menjemput kehidupan, khusnul khatimah,  seperti yang kita panjatkan dalam doa:

 “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang senantiasa beraksi menebar kebaikan.” (QS. Ali Imran [3] ayat 193).

Maka, teruslah berdoa dalam aksi kebaikan. Jangan bilang tidak mungkin. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita sertakan Allah dalam aksi. Al-Quran mencatat, bahwa Sulaiman as pernah berdoa:  "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi". (QS. Shaad [38] ayat 35). 

Doa yang diucapkannya adalah doa yang spesifik dan tidak tanggung-tanggung. Sebuah anugerah duniawi yang tak diperoleh seorangpun  setelahnya. Dan dikabulkan. Ada apa? Rahasianya: apa yang diminta oleh Sulaiman as adalah untuk mendukung aksi kebaikannya, yaitu dakwah Islam. Bukan untuk kesenangan pribadi. Bahkan, jika anugerah itu sampai melenakannya dari aksi dakwah, maka beliau tidak segan-segan memusnahkannya.

(ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore. Maka ia berkata: "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan". "Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku". Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu. (QS. Shaad [38] ayat 31-33).

Al-Quran juga mencatat terkabulnya doa Zakaria as, padahal menurut hitungan manusiawi tidak mungkin terjadi,

Di sanalah Zakaria mendo`a kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do`a". Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh." Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isterikupun seorang yang mandul?" Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya". Berkata Zakaria: "Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari". (QS. Ali Imraan [3] ayat 38-41)

Tentu saja kita dengan mudah memahami bahwa apa yang diminta adalah untuk mendukung dan melanjutkan aksi kebaikannya, yaitu dakwah Islam.

Nah, marilah kita periksa, apakah yang telah kita serukan kepada Allah dalam doa harian kita? Untuk apakah? Mengapa doa yang kita panjatkan harus terkabulkan? Apakah benar kita membutuhkan apa yang kita minta dalam doa? Apakah yang membuat Allah menepati janji-Nya, yaitu: ”Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku.”

Dan Sesungguhnya telah tetap janji kami kepada hamba-hamba kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan.Dan sesungguhnya tentara kami. Itulah yang pasti menang”. (QS. As-Shffaat [37] ayat 171-173).

Nah marilah kita terus berdoa, sementara kita tetap berada di barisan orang-orang yang mendapatkan pertolongan Allah. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar