Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Sabtu, 11 Juni 2011

SYARAT UTAMA PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK ALQURAN

Komponen utama dalam proses pembelajaran Al Quran adalah adanya pendidik dan peserta didik. Kata Nabi, خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ, Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Quran (peserta didik) dan mengajarkannya (pendidik) (HR. Bukhari) Tentu saja jika keduanya melalui proses pembelajaran Al Quran seperti kehendak ilahi yang telah disampaikan oleh RasulNya.

Pertama sekali yang perlu diperhatikan oleh pendidik dan peserta didik Al Quran adalah bahwa Allah telah bersumpah dengan sumpah yang sangat besar, sesungguhnya Al Quran itu adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara, tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam. Maka apakah Al Qur'an itu akan dianggap remeh? (QS. Al Waqiah [56] ayat 75-81). Oleh karenanya, hanya orang yang telah ber-Islamlah yang tidak akan meremehkan Al Quran. Maka, pendidik dan peserta didik Al Quran hendaklah orang yang telah menjadi muslim. Proses pembelajaran Al Quran hanya akan menyentuh ranah kognitif jika dialami oleh non muslim. Ranah psikomotorik dan afektifnya akan terabaikan. Al Quran akan menjadi tidak fungsional untuk menata kehidupan semesta jika dipelajari atau diajarkan oleh non muslim.

Bukankah pada umumnya mereka yang terlibat dalam proses pembelajaran Al Quran adalah umat Islam? Benar. Tapi Islam kepada apa? kepada siapa? Islam bermakna tunduk-patuh. Nah, perlu dipertegas dulu, mereka tunduk-patuh kepada apa? kepada siapa? Karena boleh jadi, Islamnya/tunduk-patuhnya kepada materi atau populeraritas. Banyak contoh yang bisa diajukan, diantaranya: mengajarkan Al Quran dengan menentukan/meminta upah. Nah, guru Al Quran yang Islamnya tertuju kepada materi tidak akan berhasil mengajarkan Al Quran, bahkan terlarang untuk belajar kepadanya. Allah memerintahkan agar kita mengikuti ajaran orang yang tiada minta upah. Dalam pengertian terbaliknya, Allah melarang kita mengikuti para dai/ustad yang meminta upah dakwah. (QS. Yaasin [36] ayat 21)

Lantas, pendidik-peserta didik Al Quran harus ber-Islam seperti apa? Nah, terkait dengan kabar Al Quran bahwa hanya orang yang disucikan yang dapat memahami Al Quran (QS. Al Waaqiah [56] ayat 79) dan dapat kita pahami bahwa kesucian tersebut bukanlah semata-mata kesucian fisik, tetapi lebih pada kesucian jiwa, yaitu bersih dari segala bentuk najis kemusyrikan (QS. At Taubah [9] ayat 28). Maka, marilah kita belajar kepada Ibrahim, seorang yang telah dinyatakan oleh Allah bebas dari kemusyrikan (QS. Al Baqarah [2] ayat 135)


Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". (QS. Al Baqarah [2] ayat 130-131). Jadi, Ibrahim dengan tegas menyatakan bahwa ia telah ber-Islam kepada Tuhan semesta alam, bukan ber-Islam kepada selain-Nya. Begitulah hendaknya, pendidik dan peserta didik Al Quran mengikuti jejak Ibrahim dalam ber-Islam (QS. Al Baqarah [2] ayat 135) agar Al Quran dapat dipelajari sebagai kitab petunjuk kehidupan. Perhatikan keterkaitan antara Al Baqarah ayat 137 dan Al Baqarah ayat 2.

Selain ber-Islam, proses pembelajaran Al Quran yang benar melibatkan sikap iman (QS. Al Baqarah [2] ayat 121) sebagaimana iman yang ditunjukkan oleh generasi saleh terdahulu (QS. Al Baqarah [2] ayat 137) yaitu sikap sami'na (mau tahu) dan atha'na (mau ikuti) terhadap apa yang disampaikan Al Quran (QS. Al Baqarah [2] ayat 285). Dalam sejarah keimanan, kita melihat adanya keteladanan. Pendidik Al Quran hendaknya juga menjadi teladan bagi peserta didiknya, sebagaimana Muhammad Rasulullah saw menjadi teladan bagi para sahabat yang menjadi peserta didiknya (QS. Al Ahzab [33] ayat 21).

Dalam sikap sami'na (mau tahu), peserta didik Al Quran selalu bersemangat mempelajari Al Quran dengan disiplin, baik dengan cara belajar mandiri (QS. Al Muzammil [73] ayat 1-6) ataupun menimba ilmu Al Quran kepada gurunya selaku orang yg lebih dulu belajar Alquran (QS. An Nahl [16] ayat 43 dan Yunus [10] ayat 94-95). Sedangkan sang guru berkewajiban menjelaskan sejelas-jelasnya (QS. Al Ankabut [29] ayat 18). Ajaran Al Quran harus dijelaskan apa adanya, tidak boleh ada yang ditutupi demi kepentingan apapun (QS. Al Baqarah [2] ayat 159-160). Selanjutnya, sikap sami’na (mau tahu) harus diikuti dengan sikap atha’na (mau ikuti) (QS. Al Araaf [7] ayat 2-3)

Penting diperhatikan, bahwa sikap sami’na dan atha’na harus diterapkan dengan sabar.

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.” (QS. Al Qiyaamah [75] ayat 16-17)

“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).” (QS. Al Furqaan [25] ayat 32)

“Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qur'an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Qur'an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.” (QS. Thaahaa [20] ayat 113)

“Bahkan yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu.” (QS. Yunus [10] ayat 39)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur'an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka.” (QS. Al Insaan [76] ayat 23-24)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar