Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Sabtu, 04 Juni 2011

PROSES PEMBELAJARAN ALQURAN

Sebagai Pembimbing kehidupan semesta, Allah menetapkan suatu etika penghambaan, bahwa seorang hamba tidak boleh mendahului Rabbnya dalam hal apapun. Seorang hamba harus tunduk-pasrah-menyerah di bawah bimbingan Rabbnya.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al Hujarat [49] ayat 1)

Begitu pula ketika kita hendak mempelajari sebuah kitab suci, yang di dalamnya terdapat ajaran kehidupan, maka kita harus mengikuti proses pembelajaran yang ditetapkan oleh-Nya. Dialah yang telah menurunkan Al Quran, Dia pula yang akan menjaganya (QS. Al Hijr [15] ayat 9) Oleh karenanya, Dia pula yang akan mengajarkannya (QS. Ar Rahman [55] ayat 2). Jadi, biarkan Sang Pencipta dan Pembimbing kehidupan yang mengajarkan bagaimana belajar Al Quran.

"Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa `Ajam, sedang Al Qur'an adalah dalam bahasa Arab yang terang." (QS. An Nahl [16] ayat 103)

Cukuplah bagi seorang muslim mengikuti bimbingan-Nya. Jika kita mengikuti bimbingan dari selain-Nya, meski bimbingan itu diikuti oleh kebanyakan orang, maka kita akan menemui kegagalan dalam proses belajar, bahkan hasil pembelajaran itu akan merugikan dan merusak kehidupan, tidak saja kehidupan kita sendiri tetapi juga kehidupan masyarakat sekitar.

"Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur'an, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah-robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al An’aam [6] ayat 116-117)

Proses pembelajaran Al Quran yang efektif harus merujuk kembali kepada tujuan belajar Al Quran, seperti yang tersebut dalam QS. Asy Syu’araa’ [26] ayat 192-195 dan Al Maidah [5] ayat 16, yaitu agar kita dapat berpartisipasi dalam menata dan membimbing kehidupan semesta, maka sudah sepantasnya kita membiarkan Allah yang menjadi Pembimbing dalam upaya kita memahami bagaimana kehidupan semesta ini harus ditata sesuai dengan kehendak Penciptanya.

"Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah)." (QS. Al Qalam [68] ayat 7-8)

Sebagai suatu komponen proses pembelajaran, tujuan pembelajaran menduduki posisi penting diantara komponen-komponen lainnya. Dapat dikatakan bahwa seluruh komponen dari seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan yang tidak relevan dengan tujuan tersebut dianggap menyimpang, tidak fungsional, bahkan salah, sehingga harus dicegah terjadinya.

Sehubungan dengan fungsi tujuan yang sangat penting itu, maka suatu keharusan bagi mereka yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran Alquran (pendidik-peserta didik) untuk memahaminya. Kekurangpahaman terhadap tujuan pembelajaran dapat mengakibatkan kesalahpahaman di dalam melaksanakan proses pembelajaran. Gejala demikian oleh Langeveld disebut salah teoritis (Umar Tirtarahardja dan La Sula, 37 : 2000).

Proses pembelajaran melibatkan banyak hal, yaitu :

1) Subjek yang dibimbing (peserta didik).
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebut demikian oleh karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus menerus guna memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya

2) Orang yang membimbing (pendidik).
Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan yaitu orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, pelatihan, dan masyarakat/organisasi.

3) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antar peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan memanifulasikan isi, metode serta alat-alat pendidikan. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).

4) tujuan pendidikan itu bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik.

5) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).
Materi yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan.

6) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).
Alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.

7) Tempat peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).
Lingkungan pendidikan biasa disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar