Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Sabtu, 07 Mei 2011

MENTALITAS PEMBACA ALQURAN


Banyak orang membaca Al Quran, tetapi hanya sedikit sekali yang bersikap hidup menurut ajaran Al Quran. Hal itu dikarenakan, mereka membaca Al Quran tidak dengan benar. Apakah mereka salah mengucapkan huruf? Apakah mereka tidak menerapkan hukum tajwid ketika membaca Al Quran? Tidak! Sesungguhnya kebanyakan mereka fasih sekali membaca Al Quran, tetapi masih terbata-bata dalam pengamalannya. Lantas, seperti apakah cara membaca Al Quran yang benar sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Ar Rahman yang mengajarkanmu Al Quran?

"Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al Baqarah [2] ayat 121)

Nah, bagaimanakah engkau dapat bersikap iman kepada ajaran Al Quran ataupun bersikap kufur kepadanya jika engkau tidak memahami apa yang engkau baca? Maka untuk dapat menentukan sikap iman atau kufur kepada Al Quran, engkau harus membacanya dengan benar, yaitu dengan mengetahui arti setiap huruf Al Quran yang engkau baca.

Pertanyaan selanjutnya, apakah setelah engkau mampu membacanya dengan benar, lantas engkau dapat langsung menyatakan sikap iman kepada ajaran Al Quran begitu saja? Tidak! Sesungguhnya, musuh-musuh Muhammad Rasulullah sangat memahami bahasa Arab yang digunakan sebagai bahasa Al Quran, tetapi mereka tetap menolak ajaran Al Quran. Kalau begitu, apakah yang menghalangi mereka memahami pesan-pesan Al Quran? Jawaban singkatnya, mereka membaca Al Quran dengan mentalitas orang-orang musyrik!

"Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui, sesungguhnya Al Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam." (QS. Al Waaqiah [56] ayat 75-80)

Tidakkah engkau perhatikan ayat tersebut, bahwa Allah telah bersumpah dengan sumpah yang besar. Itu berarti, perkara yang akan disampaikan-Nya bukanlah perkara sederhana. Ini adalah perkara besar, serius, dan sangat menentukan arah perjalanan kehidupan semesta, bahwa Al Quran yang engkau baca itu adalah bacaan yang sangat mulia dan terpelihara. Bahwa Al Quran itu tidak akan tersentuh kecuali oleh orang-orang yang telah disucikan. Itu berarti jika engkau tidak termasuk orang-orang yang disucikan, maka Al Quran tidak akan berpengaruh/bermanfaat apa-apa bagimu.

Tentu engkau bertanya, siapakah orang-orang yang telah disucikan? Disucikan oleh siapa? Di sucikan dari apa? Dengan kata lain engkau bertanya, siapakah orang-orang yang masih terselubungi oleh kotoran/najis? Bagaimanakah membersihkan kotoran/najis itu?

Pertanyaan itu sangat wajar diajukan oleh orang-orang yang sedang belajar Al Quran. Oleh karena engkau belum disucikan atau belum terbebas dari najis, engkau tidak akan dapat menyentuh makna Al Quran meskipun engkau telah lelah bolak-balik membaca Al Quran, dan sudah begitu banyak guru Al Quran yang telah engkau datangi, dan sudah begitu panjang waktu yang telah engkau habiskan.


"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. At Taubah [9] ayat 28)

Dari ayat di atas dapat engkau pahami, bahwa najis yang membuatmu tidak tersucikan adalah sikap hidup musyrik. Maka pantaslah jika orang-orang Arab pada masa permulaan Muhammad Rasulullah tidak mampu beriman kepada ajaran Al Quran, dikarenakan sikap hidup musyrik masih menyelimuti mereka. Salah satu sikap hidup musyrik adalah, engkau takut menjadi miskin, oleh karenanya boleh jadi engkau akan melakukan kerusakan ekonomi: mengambil hak milik orang lain secara ilegal, melakukan kerusakan sosial: menahan kedermawanan karena takut kekurangan harta, dan melakukan kerusakan moral: praktek korupsi, suap, dan pelacuran jasmani ataupun pelacuran intelektual demi mendapatkan harta. Dalam kondisi kemusyrikan itu, bagaimana engkau dapat terbimbing oleh ajaran Al Quran untuk menata kehidupan dan kemanusiaan. Al Quran bermaksud memperbaiki kehidupan, sedangkan engkau dengan sikap hidup musyrik malah merusak kehidupan.

Sikap hidup musyrik lainnya adalah, engkau merusak lingkungan hidup daratan dan lautan, sementara Al Quran hendak membimbingmu menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)". (QS. Ar Ruum [30] ayat 41-42)

Sikap hidup musyrik lainnya adalah engkau hidup berpecah belah dalam berbagai macam golongan dan kelompok, masing-masing golongan/kelompok saling berbangga diri, sementara Al Quran hendak mengajarkanmu hidup persatuan.

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (QS. Ar Ruum [30] ayat 30-32)

Begitulah sikap hidup yang dipentaskan oleh orang-orang musyrik, maka bagaimanakah mereka dapat memahami makna Al Quran untuk kemudian di amalkan? Satu-satunya cara agar engkau hidup serasi dengan Al Quran adalah engkau lepaskan sikap hidup musyrik selepas-lepasnya.

Dengan membebaskan diri dari sikap hidup musyrik, engkau menjadi hamba yang tunduk patuh kepada Allah selaku Pembimbing kehidupan semesta. Selanjutnya akan terlihat dengan jelas, bahwa Allah dengan ajaran-Nya sedang menyucikanmu jiwa-raga.

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur." (QS. Al Maaidah [5] ayat 6)

Jadi pahamilah olehmu, bahwa ritual peribadatan yang engkau jalankan adalah simbol pembebasan dari sikap hidup musyrik dalam upaya penyucian dirimu, jiwa dan raga, agar engkau siap menerima keseluruhan syariat Allah yang diajarkan dalam Al Quran. Hingga pada akhirnya, engkau menikmati kesempurnaan Dienul Islam, yaitu terintegrasinya konsep hidup berdasarkan Al Quran dengan perilaku hidup yang engkau pentaskan dalam keseharian.

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al maaidah [5] ayat 3)

Sampai di sini, apa yang telah engkau pahami? Bahwa engkau harus belajar Al Quran dengan sikap mental yang lepas dari kemusyrikan. Jika engkau masih larut dalam sistem kehidupan musyrik, maka proses belajar Al Quran menjadi sia-sia.

"Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (QS. Al An’aam [6] ayat 88)

"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. 066. Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan." (QS. Az Zumar [39] ayat 65-67)

Sikap mental lainnya yang harus engkau miliki sebagai seorang pembelajar Al Quran adalah: bergembira dan bersemangat dengan Al Quran! Itu berarti tidak ada tekanan atau keterpaksaan dalam proses pembelajaran Al Quran.

"Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali". (QS. Ar Ra’du [13] ayat 36)

Hal pokok yang harus engkau pahami adalah tidak ada paksaan dalam menjalankan ajaran Allah. Hanya saja, ketika engkau telah memutuskan untuk menjadikan Al Quran sebagai pedoman kehidupan, engkau harus ikuti setiap petunjuknya. Tidak ada paksaan dalam proses pengambilan keputusan, namun ketika keputusan itu telah dibuat, engkau harus menerima konsekuensi logisnya.

"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al Baqarah [2] ayat 256)

Jadi, apakah engkau telah benar-benar memutuskan untuk belajar Al Quran demi memperbaiki kehidupan? Maka relakan hatimu, ikuti petunjuk demi petunjuk, dan bergembiralah! Dengan begitu, wawasan dan penghayatanmu terhadap Al Quran akan bertambah setahap demi setahap. Dan selanjutnya, sikap mental yang diminta darimu, sebagaimana yang pernah diminta dari Rasulullah, adalah: ketaatan setelah memahami.

"Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami ta`at". (Mereka berdo`a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (QS. Al Baqarah [2] ayat 285)

Belajar Al Quran bukan hanya soal menambah wawasan ayat, tetapi juga kemauan mengikuti ajaran Al Quran. Belajar Al Quran bukan soal berapa kali engkau khatam membaca Al Quran, ataupun berapa banyak ayat Al Quran yang engkau hapal, tetapi bagaimanakah kondisi kehidupanmu setelah engkau belajar Al Quran. Belajar Al Quran adalah engkau mau mengetahui apa yang dikatakan oleh Al Quran, setelah itu engkau mau mengikutinya.

"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. Al Maaidah [5] ayat 50)

Apakah setelah belajar Al Quran engkau tetap saja tidak mau memperbaiki kondisi kehidupanmu?

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. Al Jaatsiyah [45] ayat 23)

2 komentar:

  1. assalamu'alaikum...syukran atas peringatannya
    izin copas yah

    jazakumullahu Khairan Katsir

    BalasHapus
  2. waalaikum salam, boleh semoga bermanfaat...

    BalasHapus