Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Sabtu, 21 Mei 2011

KEMAMPUAN TEKNIS PEMBACA AL QURAN: WAWASAN AYAT


Penguasaan bahasa Al Quran saja tidak mencukupi bagimu untuk memahami ajaran-ajaran Al Quran. Engkau juga harus memiliki wawasan ayat Al Quran yang lengkap. Membaca Al Quran berarti meniti pemahaman dari satu ayat kepada ayat lainnya. Ayat yang satu menunjuk kepada ayat lainnya. Ayat yang satu menjelaskan ayat lainnya. Tidak cukup bagimu hanya berpedoman satu ayat saja dan mengabaikan ayat lainnya. Al Quran diturunkan dalam satu paket lengkap: petunjuk, dan pejelasannya. Bukan penjelasan sederhana, tetapi penjelasan yang paling baik.

"Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya." (QS. Al Furqaan (25) ayat 33)

Sebagai gambaran, betapa bagusnya penuturan Al Quran, sejarah mencatat, bahwa An Nadhar bin Al Harits pernah berupaya menandingi Al Quran dalam menuturkan berita-berita tentang umat masa lalu. Dalam upaya itu, An Nadhar pergi ke Hirah. Di sana dia mempelajari kisah para raja Persi, perkataan Rustum dan Asfandiyar. Jika Muhammad Rasulullah SAW mengadakan suatu pertemuan untuk mengingatkan kepada Allah dan menyampaikan peringatan tentang siksa-Nya, maka An Nadhar menguntit di belakang beliau, lalu berkata, “Demi Allah, penuturan Muhammad tidak sebagus apa yang kututurkan.” Lalu dia berkisah tentang raja-raja Persi, Rustum, dan Asfandiyar. Setelah itu dia berkata, “Dengan modal apa penuturan Muhammad bisa lebih baik daripada penuturanku?”

Ayat berikut ini lebih menjelaskan, betapa ayat-ayat Al Quran telah disajikan secara rinci agar dapat dipahami oleh siapapun yang mau membacanya, tetapi dengan syarat, seorang pembaca Al Quran harus telah menguasai ayat-ayat secara lengkap sehingga ia mampu mengambil satu kesimpulan.

"Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)". (QS. Fushshilat [41] ayat 1-5)

Dapat engkau pahami dari ayat tersebut di atas, bahwa untuk dapat mendengarkan/membaca ajaran Al Quran, engkau harus menguasai bahasa Arab sebagai bahasa Al Quran, dan engkau juga harus menguasai wawasan ayat secara lengkap.

Mengenai ayat tersebut di atas, sejarah mencatat begini:
Ibnu Ishaq menuturkan, aku diberitahu Yazid bin Ziyad, dari Muhammad bin Ka’b Al Qurazhi, dia berkata, “Suatu hari Uthbah bin Rabi’ah yang termasuk pemuka Quraisy, berada di tengah-tengah sekumpulan orang-orang Quraisy. Sementara pada waktu yangsama Muhammad Rasulullah saw sedang duduk di Masjidil Haram, sendirian. Utbah berkata, “Wahai orang-orang Quraisy, bagaimana jika kuhampiri Muhammad, berembug dengannya dan kutawari satu dua hal, siapa tahu dia mau menerima sebagian di antaranya, lalu kita berikan kepadanya apa yang dia maui dan dia tidak mengganggu kita lagi?”

Hal ini terjadi setalah Hamzah masuk Islam dan mereka melihat pengikut Muhammad Rasulullah saw semakin lama semakin banyak.

“Bagus itu wahai Abul Walid. Hampirilah dan ajaklah ia berembug,” kata mereka.

Maka Utbah menghampiri beliau dan duduk di hadapan beliau, lalu berkata, “Wahai anak saudaraku, engkau termasuk golongan kami. Dari segi keluarga dan keturunan, aku juga tahu kedudukanmu. Engkau telah membawa satu urusan yang besar kepada kaummu, yang dengan urusan itu engkau memecah belah persatuan mereka, membodohkan harapan-harapan mereka, mencela sesembahan dan agama mereka dan mengingkari siapapun yang termasuk golongan leluhur mereka. Sekarang dengarkanlah, aku akan menawarkan beberapa hal kepadamu dan engkau bisa memeriksanya, siapa tahu engkau mau menerima sebagian di anataranya.”

Beliau bersabda: “Katakanlah wahai Abul Walid, biar kudengarkan.”

“Wahai anak saudaraku, jika engkau menginginkan harta kekayaan sebagai pengganti dari apa yang engkau bawa ini, maka kami siap menghimpun harta kami untuk diserahkan kepadamu, sehingga engkau menjadi orang yang paling kaya di antara kami. Jika engkau menginginkan kedudukan, maka kami akan mengangkatmu sebagai pemimpin kami, dan kami tidak akan menyisakannya bagi orang selain dirimu. Jika engkau menginginkan kerajaan, maka kami akan mengangkatmu sebagai raja kami. Jika engkau tertimpa penyakit yang tidak bisa engkau obati sendiri, maka kami carikan obat bagimu dan kami juga siap mengeluarkan biaya hingga engkau sembuh. Terlalu mudah bagi pelayan kami mencari seseorang yang bisa mengobati.”

Tatkala Utbah selesai bicara dan Rasulullah saw mendengarkannya, maka beliau bertanya, “Apakah engkau sudah selesai bicara wahai Abul Walid?”
“Ya,” jawab Utbah uang juga biasa dipanggil Abul Walid.
“Sekarang ganti dengarkan ucapanku!”
“Akan kulakukan.”

Beliau bersabda, “Bismillahirrahmanirrahim… “lalu beliau membaca QS. Fushshilat ayat 1-5

"Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)". (QS. Fushshilat [41] ayat 1-5)

Beliau terus membaca. Dengan bertumpu kepada kedua tangannya yang diletakkan di belakang punggungnya. Utbah mendengarkan dan menyimak bacaan beliau, hingga sampai ayat sajdah, lalu beliau sujud. Kemudian beliau bersabda, “Wahai Abul Walid, engkau telah mendengarkan apa yang baru saja engkau dengarkan. Setelah itu terserah padamu.”

Utbah bangkit lalu menghampiri rekan-rekannya, yang saling berbisik, “Kami berani sumpah demi Allah, raut muka Abul Walid berbeda dengan raut mukanya saat perginya tadi.”

“Apa yang tadi terjadi denganmu wahai Abul Walid?” tanya mereka setelah dia bergabung dengan mereka.
“Tadi aku mendengarkann suatu perkataan, yang demi Allah tidak pernah kudengarkan yang seperti itu sama sekali. Demi Allah, itu bukan syair, bukan ucapan sihir dan tenung. Wahai semua Quraisy, turutilah aku dan serahkanlah masalah ini kepadaku. Biarkanlah orang ini dengan urusannya dan hindarilah dia. Demi Allah, perkataannya yang kudengarkan tadi benar-benar menjadi berita besar. Jika bangsa Arab mau menerimanya, maka dengan kehadirannya kalian tidak membutuhkan bangsa lain. Jika dia dapat menguasai bangsa Arab, maka kerajaannya akan menjadi kerajaan kalian pula dan kemuliaannya menjadi kemuliaan kalian. Jadilah kalian orang yang paling berbahagia karenanya.”

“Demi Allah, dengan lidahnya dia telah menyihirmu wahai Abul Walid.” Kata mereka.
“Ini pendapatku tentang dirinya. Terserahlah apa pendapat kalian,” katanya.

Selanjutnya sejarah juga mencatat, bahwa apa yang disampaikan tentang berita besar yang dibawa oleh Muhammad Rasulullah saw kelak akan terbukti, dan memang sejarah sempat mencatat bukti-buktinya. Yang perlu engkau ketahui dari catatan di atas adalah, Utbah bin Rabi’ah tidak mempunyai hambatan bahasa dalam memahami teks Al Quran yang dibacakan oleh Muhammad Rasulullah saw, begitu juga dengan masyarakat Mekah pada saat itu. Hanya saja ada penghambat lain, yaitu faktor mentalitas seperti yang telah dibahas sebelum ini.

1 komentar:

  1. naise inpoh gan.. kunjungi juga http://irfan.biorkoff.tk

    mari bersama2 belajar ilmu Allah SWT...

    BalasHapus