Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Minggu, 31 Mei 2009

MENJADI ROSUL (2)

MEMBACA AYAT

Sebagai saksi, seorang muslim harus dapat membuktikan kesaksiannya, jika tidak, ia akan disebut sebagai orang yang mengaku-aku saja, sebagai seorang pendusta yang akhirnya akan menyesatkan dirinya dan orang lain.

Kesaksian yang telah ia ikrarkan adalah: Asyhadu alla ilaaha illah wa asyhadu anna muhammad rosulullah. Bukti dari kesaksiannya yang pertama dapat dilihat dari kata dan perbuatannya sebagai seorang manusia ketuhanan, dalam makna: manusia yang meneladani sifat-sifat dan perbuatan Tuhan. Melaluinya orang akan mengenal siapa Tuhan yang menjadi tujuan pengabdiannya. Ia tidak berkata, berteori atau berdebat banyak tentang Tuhan, tetapi ia menunjukkan eksistensi Tuhan melalui tingkah laku hariannya. Tentang manusia ketuhanan ini telah saya bahas dalam tulisan-tulisan sebelumnya yang bertemakan BERSAMA PASANGAN JIWA...

Sedangkan bukti kesaksiannya yang kedua dapat dilihat dari kata dan perbuatannya sebagai manusia kerosulan, dalam makna: manusia yang meneladani sikap dan pandangan hidup Rosulullah. Seperti ia membuktikan keberadaan Tuhan, seperti itu pula ia membuktikan keberadaan Rosulullah kepada orang-orang disekitarnya. Jadi ia tidak sekedar berkata, dengan membaca shalawat, Rosulullah hadir di tengah-tengah kita, tetapi ia harus juga bisa membuktikan bagaimana kehadiran Rosulullah itu.

Pembentukan manusia ketuhanan dan manusia kerosulan yang kemudian terpadu secara utuh menjadi modal dasar pembangunan masyarakat muslim atau masyarakat madani. Ada yang berkata bahwa menyelesaikan problema-problema kemasyarakatan tidak cukup hanya dengan membacakan ayat-ayat karena bangunan masyarakat berdiri di atas ragam tradisi dan kepercayaan. Dalam konteks global, seorang muslim tidak bisa membangun masyarakatnya sendiri terpisah dari masyarakat yang lain. Ia harus terbuka dan berbaur bersama masyarakat bangsa, masyarakat dunia yang multi dimensi. Maka, ayat tidak bisa dibacakan kepada mereka yang memiliki tradisi iman yang berbeda. Pembangunan msyarakat muslim menjadi tidak relevan lagi pada saat ini dimana anggota-anggota masyarakat dari berbagai tradisi dan kepercayaan telah berbaur menjadi satu. Jadi, negara Islam adalah sebuah ilusi, demikian kesimpulan beberapa peneliti baru-baru ini yang dituangkan kedalam buku ILUSI NEGARA ISLAM.

Barangkali, pendapat seperti itu ada benarnya meski tidak seluruhnya. Dan tidak seharusnya membuat seorang muslim menjadi gerah dan senewen. Memang, seorang muslim seharusnya hanya membacakan ayat kepada sesama muslim sendiri, karena di luar itu, ayat hanya menjadi bahan olok-olokan saja.

Apapun yang disuarakan oleh banyak orang, dengan pesimis, tentang pembangunan masyarakat muslim, seorang muslim harus tetap percaya bahwa sejarah pernah mencatat tentang seorang Muhammad bin Abdillah yang telah berhasil membangun masyarakat muslim dengan sukses besar yang sampai saat ini belum tertandingi oleh siapapun. Seorang muslim harus percaya bahwa sukses besar itu dimulai dari membacakan ayat demi ayat.

Sebagai seorang Rosulullah, Muhammad bin Abdillah pertama sekali membaca ayat untuk dirinya sendiri (QS. 96:1). Pembacaan ayat itu begitu berpengaruh pada jiwanya, seperti ada sesuatu kekuatan yang maha dahsyat yang merasuki jiwanya. Setelah itu, ia berjalan seperti orang yang sedang ketakutan. Kecemasan tentang sesuatu telah melanda dirinya. Ia berbaring dengan tubuh menggigil hebat. Ia tertidur dengan raut muka yang tampak berat. Pembacaan ayat selanjutnya semakin membuat hidupnya menjadi tidak baik-baik saja. Hari-hari berikutnya adalah hari-hari yang menuntut pengorbanan dirinya, hartanya, dan seluruh waktunya. Setelah hari ini tidak ada lagi waktu istirahat, begitu ia berkata kepada keluarganya. Lalu ia bergegas membacakan ayat-ayat kepada masyarakatnya (QS. 74:1-7).

Begitulah seorang Rosulullah, dan begitu pula seharusnya seorang yang melakoni peran Rosulullah. Salah satu tugas seorang Rosulullah adalah membaca ayat demi ayat (QS. 2:151), untuk siapa? untuk dirinya, keluarganya, sanak kerabat, para sahabat, dan masyarakat sekitarnya. Sebuah ayat dibaca sebagai sebuah tanda yang menunjukkan kepada sesuatu yang harus diikuti. Sebuah ayat adalah sebuah petunjuk yang baru berfungsi jika dijadikan sebagai pedoman. Dengan membaca ayat, seorang muslim sibuk membangun kehidupan pribadinya dan masyarakatnya. Setelah membaca ayat, ia tidak lagi mempersoalkan apakah ayat-ayat yang ia baca berguna atau tidak bagi orang mati. Yang ia persoalkan adalah bagaimana menjadikan ayat-ayat yang ia baca bermakna dan berguna bagi kehidupan dan kemanusiaan, di sini dan saat ini.

Duhai... engkau yang begitu mencintai Rosulullah, menjadikannya idola dan teladan kehidupan, dapatkah engkau merasakan apa yang Rosulullah rasakan ketika ia membaca QS. 74:1-7? Apakah engkau juga bergegas seperti bergegasnya Rosulullah dan berkata: Tidak ada lagi waktu tidur dan istirahat...

Duhai... engkaukah itu yang masih saja terus berselimut? Engkaukah itu yang masih saja tetap diam dalam kenyamanan dan merasa baik-baik saja?

Bangunlah! temui keluargamu, sanak kerabat, para sahabat, dan masyarakat terdekatmu, lalu sampaikan firman Tuhanmu!

Ah, engkau merasa cemas dan takut mereka mengolok-olok dirimu, menistamu, dan menjauhimuj. Bertakbirlah: Allahu Akbar! niscaya kebesaran Tuhanmu menyelimuti dirimu.

Dan... di manakah pasangan jiwamu? Temui dan ajak bicaralah ia, agar ia menjadi sahabat yang mendukung perjuanganmu, agar ia menjadi orang tua yang menghapus duka lara dan kesedihanmu, agar ia menjadi kekasih yang menyegarkan jiwa-ragamu. Bersamanya, engkau mensucikan jiwa-raga dan menjauhi perbuatan-perbuatan dosa.

Persiapkanlah jiwa-ragamu karena sesungguhnya tugas kerosulan ini teramat berat dan begitu melelahkan bagimu, oleh karena itu bersabarlah, dan hanya kepada Tuhanmu saja engkau berharap. Tidak lama lagi engkau akan berhadap-hadapan dengan orang-orang kafir. Tahukah engkau siapakah orang-orang kafir itu? Ah, barangkali mereka itu adalah keluargamu sendiri, atau sanak kerabat, atau para sahabat, atau masyarakat yang selama ini bergaul dekat denganmu. Engkau tidak akan dapat mengenali siapa sesungguhnya orangt-orang kafir itu sebelum engkau benar-benar menjadi Muhammad Rosulullah. Sadarkah engkau? Ayat-ayat itu yang dulu pernah turun kepada Muhammad bin Abdilllah dan mengantarkannya kepada tugas kerosulan, kini ditujukan kepadamu! maka bangunlah! jadilah Muhammad Rosulullah! dan katakan kepada keluargamu: "waktu tidur dan istirahat sudah tidak ada lagi, ayat ini membawa perintah supaya aku memberi peringatan kepada umat, mengajak mereka dan supaya mereka beribadat hanya kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar