Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Kamis, 28 Mei 2009

MENJADI ROSUL (1)

Saudaraku....
Engkaukah itu yang merindukan kehadiran Rosulullah saw? Engkau selalu mengatakan: "Alangkah khusuknya kita beribadah, jika Rosul berada di tengah-tengah kita. Bersamanya, kita mereguk dari satu sumber mata air saja, kita tidak lagi perlu meributkan mata air manakah yang paling jernih.

Saudaraku...
Tidakkah engkau dengar Allah berfirman: "Sesungguhnya telah ada pada diri Rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak berdzikir kepada Allah" (QS. 33:21). Tidakkah engkau dapati bahwa ayat itu ditujukan kepada kita? untuk apa?

Setiap muslim meyakini bahwa ayat-ayat Alqur'an yang ia baca berfungsi sebagai petunjuk (QS. 2:2) yang ia gunakan untuk memelihara dirinya dari rasa takut dan sedih (QS. 2:38). Ketakutan itu berhubungan dengan sesuatu yang akan terjadi, sedangkan kesedihan itu berhubungan dengan sesuatu yang telah berlalu. Dengan membaca ayat-ayat Alqur'an, seorang muslim menjadi makhluk kekinian, di sini dan saat ini. Ayat-ayat Alqur'an dibacanya untuk menghadapi persoalan saat ini. Ia tidak terbuai oleh dongeng-dongeng masa lalu. Ayat-ayat yang menceritakan kisah masa lalu dijadikannya petunjuk untuk mengatasi persoalannya saat ini.

Ketika seorang muslim membaca QS. 33:21, ia mendapatkan petunjuk bahwa persoalan kehidupan umat Islam hanya bisa terselesaikan jika ia menjadi Rosulullah, menjadi utusan Allah yang membacakan ayat-ayat-Nya, mensucikan jiwa-raga, mengajarkan Alkitab dan Alhikmah, dan mengajarkan apa yang belum diketahui (QS. 2:151) untuk meyelesaikan persoalan kehidupan dan kemanusiaan.

Menjadi Rosulullah? Bukankah pintu kenabian sudah tertutup? Ya! Allah sendiri yang menyebut Muhammad bin Abdullah sebagai khataman nabiyyin (QS. 33:40) dan salah satu makna khatam adalah penutup (QS. 2:7). Ditambah lagi dengan pernyataan Rosulullah saw bahwa tidak ada lagi nabi yang akan datang setelahnya. Jadi, kita tidak akan lagi mendapati seorang nabi baru pun setelah Nabi Muhammad saw.

Lalu, mengapa dikatakan bahwa seorang muslim seharusnya menjadi Rosulullah? tidak cukupkah ia menjadi pewaris Rosulullah? Ah, engkau pasti akan bertanya begitu.

Sekarang ini, memang banyak orang yang mengaku-aku sebagai pewaris Rosulullah, dan mereka senang dipanggil begitu. Tetapi apakah kita benar-benar melihat mereka sebagai pewaris Rosulullah? Siapakah diantara mereka yang mewarisi kerja keras dengan keringat sendiri, tanpa perlu meminta atau menunggu pemberian dari umatnya? Siapakah diantara mereka yang mewarisi guratan-guratan bekas tikar di wajahnya yang telah membuat sahabatnya menangis? Siapakah diantara mereka yang gemar bergaul dan menolong orang miskin? Siapakah diantara mereka yang gemar menyatukan hati-hati yang terpecah-belah? Duhai.... mereka yang dianggap pewaris Rosulullah hanya senang mewarisi keadaan-keadaan Rosulullah saw yang disepakati oleh hawa nafsu mereka saja (QS. 2:87). Apakah hanya dengan berpakaian ala Rosulullah, menikahi beberapa wanita, makan dengan tiga jari, memanjangkan jenggot dan sifat manusiawi lainnya pantas disebut sebagai pewaris Rosulullah saw?

Menjadi Rosulullah adalah upaya sungguh-sungguh menapaki jejak-jejak kehidupan Muhammad bin Abdullah sebagai Rosulullah. Dengan begitu, kita sungguh-sungguh menjadikannya teladan kehidupan. Kita bersungguh-sungguh memainkan perannya sebagai Rosulullah yang membaca wahyu kemudian menyampaikannya (QS. 4:163, 6:165, 11:37, 12:109, 16:2, 16:43, 21:7, 21:45, 34:6, 42:52, 53:4, 69:40) bukan sebagai manusia biasa (QS. 14:11) yang memanjangkan jenggot, berpakaian sesuai dengan tradisi lingkungannya, makan dengan tiga jari, berpoligami dll. Sungguh, kita tidak akan mampu memerankan sosok Muhammad saw sebagai selayaknya manusia. Tetapi kita mampu dan memang harus memerankannya sebagai seorang Rosulullah yang membacakan wahyu. Oleh karena itu, Allah berkata: laqod kaana lakum fi rosulillahi uswatun hasanah... kepada siapakah ayat itu dibacakan kalau bukan kepada manusia? sesungguhnya, semua yang ada di langit dan di bumi adalah Rosulullah: utusan Allah yang menyampaikan kehendak-kehendak-Nya, tetapi siapakah yang dapat membaca ayat itu selain manusia?

Berperan sebagai Rosulullah memaksa kita untuk menjadi Rosulullah itu sendiri tanpa perlu mengakui bahwa kita adalah Rosulullah. Contohnya begini: Saya ingat, betapa orang sangat membenci HM Damsik seperti mereka membenci Datuk Maringgih (tokoh jahat dalam roman Siti Nurbaya) mengapa? karena HM Damsik benar-benar berperan sebagai Datuk Maringgih sampai orang mengira bahwa ia adalah benar-benar Datuk Maringgih, meskipun ia berani bersumpah bahwa ia adalah HM Damsik bukan Datuk Maringgih. Itu hanyalah sekedar peran yang ia mainkan. Cerita akan menjadi lain bila ia gagal menjiwai peran sang tokoh. Meskipun ia bersumpah dan mengaku-aku sebagai Datuk Maringgih, tetap saja orang tidak percaya, karena mereka tidak melihat sosok Datuk Maringgih pada dirinya. Begitulah, Acting is Doing something but not pretending, jawab Deemaz Priyo Pradono ketika saya bertanya tentang seni peran.

Duhai...
Engkaukah itu yang telah bersaksi bahwa Muhammad adalah Rosulullah? Dimanakah telah engkau buktikan kehadiran Muhammad Rosulullah saw? atau engkaukah yang malah telah menguburkan sosok Muhammad Rosulullah dalam dongeng-dongeng sebelum tidur?

Duhai...
Engkaukah itu yang mengaku sebagai umat Muhammad Rosulullah saw? Begitu cintanya engkau kepadanya hingga berteriak adu keras: "Jadikan Muhammad sebagai teladan kehidupan! tetapi mengapa kehadiranmu tidak membuktikan keberadaannya? malah engkau menjadikannya sebagai tokoh impian di negeri awang-awang yang sulit diwujudkan kembali, atau seorang tokoh yang sarat dengan cerita mistik, lantas engkau kultuskan ia sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani mengkultuskan orang-orang shaleh di antara mereka.

Saudaraku...
Biarkan dirimu menjadi Rosulullah sehingga kami dapat merasakan kehadirannya ketika kami bersamamu. Mereka berkata: "Berdirilah! sambutlah kedatangan Rosulullah! kami pun akan berdiri menyambut kedatanganmu, karena kami melihat sosok Rosulullah ada pada dirimu. Kami mendengar dan mentaati ucapanmu karena ucapanmu adalah ucapan Rosulullah. Kami mengikuti perbuatanmu karena perbuatanmu adalah perbuatan Rosulullah. Ketika kami memegang tanganmu, bukan tanganmu yang kami pegang tetapi tangan Rosulullah. Ketika kami berjuang bersamamu, bukan untuk kepentinganmu, tetapi untuk kepentingan Rosulullah.

Duhai engkau ya Rosulullah... teruslah hadir bersama kami karena kami begitu membutuhkanmu...Salamun 'alaika ya Rosulullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar