Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Kamis, 07 Mei 2009

MEMBACA SYAHADAT: Menghormati Syiar-Syiar Agama (3)

Ketika kita berkata, "aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, " tiba-tiba semua tempat menjadi tempat perjumpaan kita dengan Allah. Kemana saja kita menghadapkan wajah kita, di sana kita akan selalu menatap wajah Allah (QS. 2:115). Tetapi hanya dengan mengatakan itu saja tidak cukup membuat kita menjadi muslim. Kita mesti melengkapinya dengan perkataan, "aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah."

Bagi seorang muslim, setelah hati tunduk pasrah kepada Allah, giliran selanjutnya adalah ketundukan raga mengikuti jejak nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah. Cermin ketundukan batin adalah ketundukan lahir, yaitu melaksanakan sholat, puasa, zakat dan haji.

Dengan batinnya, seorang muslim dapat naik ke atas langit hidup dalam kedamaian bersama para malaikat, mengabdi secara tulus murni kepada Allah. Pada saat yang sama, dengan lahirnya ia tetap tinggal di bumi dalam perjuangan mengentaskan kelaparan dan kemiskinan bersama-sama manusia lainnya. Kondisi itulah yang menjadikan manusia lebih unggul daripada malaikat. "Sujudlah kamu kepada Adam! perintah Allah kepada para malaikat, maka mereka pun sujud." (QS. 2:34).

Syiar-syiar agama Allah dibuat sedemikian rupa dengan segala syarat dan rukunnya untuk memenuhi kebutuhan lahir-batin manusia akan penyerahan diri secara total kepada Allah. Di antara syiar-syiar agama Allah yang paling utama adalah sholat. Ibnu Mas'ud pernah bertanya kepada Nabi, "amalan apakah yang paling utama?" beliau menjawab, "sholat sesuai dengan waktunya.' (mutafaq 'alaih).

Sholat bagaikan tiang agama, maka seorang muslim memperkuat agamanya dengan senantiasa mendirikan sholat. Agamanya adalah penyerahan diri lahir-batin kepada Allah semata. Ia melakukan sholat semata-mata ingin terus berhubungan dengan Allah. Baginya, sholat adalah simbol kepasrahan. Nabi saw bersabda, "beda antara muslim dan musyrik atau kafir adalah meninggalkan sholat." (Muslim).

Orang yang beriman kepada Allah adalah orang yang semua bilik di hatinya terpenuhi oleh keyakinan kepada Allah. Tidak sedikit pun hatinya sepi dari keterkaitan dengan Allah. Namun pada sifat dasarnya, hati suka berubah-ubah. Kadang begini, kadang begitu. Keyakinan itu tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan diletakkan dan disemaikan oleh Allah. Karena itu nabi saw sering berdoa, "wahai Dia yang membuat hati berubah-ubah, tetapkan hatiku pada agama-Mu." Salah seorang istrinya bertanya tentang hal itu dan beliau menjawab, "wahai Ummu Salamah, tidak ada putera Adam yang hatinya tidak berada di anatara dua jari Allah. Siapa pun yang Dia inginkan, dibuat-Nya berjalan lurus dan siapapun yang Dia inginkan, dibuat-Nya berbelok." (Tirmidzi).

Nah, Allah ingin membuat hati seorang muslim tetap berada di jalan kepasrahan kepada-Nya. Maka, sholat menjadi sarana sekaligus tujuan untuk itu. "Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang yang beriman." (Qs.4:103).

Sholat menjadi sarana pembinaan bagi manusia agar tetap menjadi muslim yang apa adanya, yaitu orang yang tunduk pasrah lahir-batin kepada Allah. Ajaran kepasrahan itu dimulai ketika Allah menyapa, "hayya 'alashsholah, dirikanlah sholat!" kita menjawabnya dengan ucapan, "laa haula walaa quwwata illa billah, tiada daya upaya dan juga tiada kekuatan kecuali bersama Allah." Kemudian kita sucikan anggota tubuh dengan airsuci dan menyucikan lalu berkata: "aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah." kita ulangi lagi kesaksian yang menjadi awal kepasrahan kita kepada Tuhan.

Saat berdiri tegak dan menghadap arah yang ditetapkan Allah, kedua tangan kita terangkat, dan kita berkata: "Allahu Akbar, Allah maha besar." Saat itu yang ada hanyalah kebesaran Allah. Selain-Nya tertutupi oleh kebesaran-Nya. Sholat mengajarkan kepasrahan yang memberikan rasa aman dan kepuasan diri. Ketika kebesaran Allah ditampakkan maka tak ada lagi kebutuhan-kebutuhan yang menimbulkan rasa cemas, tidak ada lagi kecenderungan-kecenderungan yang melahirkan ambisi bahkan egoisme yang membinasakan atau ketakutan-ketakutan yang membelenggu. Semua hal itu lenyap tersingkirkan oleh kebesaran Allah. Dan, apakah masih ada yang lain selain Allah?

Setelah itu, perkataan yang disunnahkan nabi adalah, "saya hadapkan diriku kepada Engkau ya Allah yang telah menjadikan langit dan bumi. Benar-benar aku mengarah kepada kebenaran dan menyerahkan diri, tunduk dan patuh, dan sekali-kali aku bukan termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah semata, pemelihara alam ini, tak ada sekutu bagi-Nya. Demikianlah aku diperintahkan Allah dan aku adalah salah seorang dari orang-orang yang pertama menyerahkan diri jiwa-raga untuk Allah." (Muslim). Perkataan itu adalah sebuah pengakuan bahwa kita tunduk, patuh dan menyerahkan diri secara utuh lahir-batin kepada Allah semata.

Dalam kepasrahan total, tidak ada lagi aku, baik dalam rasa, pikir, kata ataupun cara-cara bertingkah laku. Kita tunduk dan pasrah kepada apa mau-Nya dan bagaimana cara-Nya. Maka sholat membiasakan kita dengan isi dan makna Al-Fatihah. Mengenai pembacaan Al-Fatihah dalam sholat, Abu Hurairoh ra menyampaikan kabar dari nabi, "siapa yang melakukan sholat tanpa membaca ummul kitab (Al-fatihah), maka sholatnya tidak sah." (Ahmad). Menurut kabar dari Ubadah bin Shamit, nabi berkata, "tidaklah sah seseorang yang sholat tanpa membaca Al-Fatihah." (Jamaah). Maka, melalui sholat, Al-Fatihah membina pribadi muslim.

Ketika kita berkata,, "bismillahirrahmanirrahim." maka saat itulah kita mengakui bahwa kita melakukan segala sesuatu atas nama Allah. Karena itu, tujuan dan cara-cara adalah tujuan dan cara-cara Allah. Setelah bismillah tidak ada lagi aku dalam setiap tujuan dan cara-cara, yang ada hanyalah tujuan dan cara-cara-Nya semata. Cara-cara-Nya yang pertama kali Dia kenalkan adalah arrahman arrahim, yaitu cara-cara yang penuh kasih sayang. Maka setiap gerak laku dan perkataan muslim haruslah selalu berada di atas landasan kasih sayang. Setelah itu, alhamdulillahi rabbil 'alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

Jika cara-cara yang digunakan adalah cara-cara Allah, maka ucapan terima kasih pun hanya ditujukan kepada Allah. "Dan Dialah Allah, Tidak ada Tuhan melainkan Dia. bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat." setelah alhamdulillah, tidak ada lagi aku dalam pujian ataupun ucapan terima kasih, mengapa aku yang harus dipuji padahal aku hanyalah melaksanakan kehendak-Nya?

Seluruh rangkaian gerak sholat dan perkataan-perkataan yang diucapkan di dalamnya adalah proses penempaan batin untuk senantiasa terkait denganAllah dalam ketundukan dan kepasrahan. Sholat merupakan ruang pribadi di mana seseorang menikmati perjumpaannya dengan Allah, tetapi sholat juga merupakan ruang publik di mana seorang muslim harus tetap saling bertemu antar sesamanya, sesama manusia.

Sholat tidak menjadikan muslim terasing dari dunianya dan dari semua penghuni dunia lainnya. Dia telah sampai ke langit dan dia harus segera turun kembali ke bumi. Awalnya adalah Allahu Akbar dan akhirnya adalah salam. Setelah berjumpa Tuhannya, dia menebarkan kesejahteraan di tengah-tengah masyarakatnya.

Muslim sesungguhnya adalah muslim yang benar sholatnya, sehingga benar pula tutur kata dan perbuatannya. Di bawah pengelolaannya, bumi menjadi damai dan sejahtera. Tidak ada lagi penjarahan harta benda dan harga diri. Tidak ada lagi pembunuhan jiwa dan karkter.

"Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar." (QS. 29:45). "sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat yang mereka itu tetap mengerjakan sholatnya." ((QS. 70:19-23).

Sholat merupakan tiang agama, jika seorang muslim menegakkannya dengan benar maka benar pula syiar-syiar agama yang lainnya seperti puasa, zakat, dan haji. Karena semua syiar-syiar agama bertemakan penyerahan diri kepada ketetapan-ketetapan Allah. Syiar-syiar agama itu harus dilakukan sebagaimana Allah tetapkan melalui nabi-Nya, tiada pembangkangan dan juga pengkhianatan. dan keseluruhan tema penyerahan diri terkumpul dalam penegakkan sholat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar