Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Senin, 18 Mei 2009

DIMANAKAH ENGKAU, WAHAI JIWAKU? (1)

Beberapa teman bertanya dengan nada sama, bagaimana menemukan pasangan jiwa? pertanyaan-pertanyaan itu mengingatkanku pada putri kecilku. 1 Mei lalu ia genap berusia dua tahun, tidak lama lagi ia akan beranjak menjadi seorang gadis. Duhai... akankah ia menderita memanggil-manggil pasangan jiwanya? Jiwaku... dimanakah engkau? ia gelisah... terus mencari. Ia gelisah... terus menanti. Duhai... ada di manakah aku saat itu? apakah aku penghalang baginya saat ia ingin kembali kepada asalnya? ataukah aku kawan seiring sejalan mengantarkannya kembali?

Pada sabtu pekan lalu, di dalam kereta Rangkas Jaya menuju Rangkasbitung, saat kereta masih lengang, istriku bercerita tentang anak kakaknya, masih usia SD kelas 6 sudah menerima surat-surat cinta. Umminya marah besar. Ia buang surat-surat merah muda itu, larang membalas dan larang bertemu. Kemarahan yang wajar bagi kebanyakan orang tua. Istriku pun cemas bagaimana seandainya nanti hal itu terjadi pada putrinya, apa yang harus dilakukan?

"Ayah, bagaimana kalau hal itu terjadi pada Aura?" Putri kecilku bernama Aura Aqluna Rahim.

"Bunda, barangkali kita juga akan mengambil surat-surat itu. Bila perlu membakarnya di hadapannya, sekedar untuk menunjukkan bahwa surat-suratan bersampul merah muda atau biru, pertemuan lain jenis bukan muhrim, dan berpacaran adalah hubungan terlarang dalam Islam.

Setelah menjawab begitu, aku diam sejenak sambil mengalihkan pandangan keluar jendela, memperhatikan kerumunan orang-orang. mereka berdiri rapat-rapat, saling berdekatan, tapi tidak saling mengenal. Menggantungkan pembicaraan seperti itu menjadi cara yang menyenangkan untuk memancing obrolan-obrolan lebih dalam bersamanya. Tapi ia sudah terlalu pandai mengenali caraku, karena itu ia diam menunggu. Ia sudah mengira, pasti ada kelanjutannya.

"Tetapi Bunda, apakah kita dapat membakar gambar-gambar indah yang mulai terukir di hatinya? mencabut bunga-bunga cinta yang mulai bersemi di taman hatinya? Dapatkah kita melarang hatinya menyimpan kata-kata cinta? dapatkah kita melarang hatinya untuk merindu dan mencinta? Kemarahan yang kita berikan hanya membuat nyaman diri kita sendiri, karena telah merasa melindunginya dari pergaulan yang merusak. tapi sesudah itu, apakah juga membuat dirinya merasa nyaman? Api cinta sudah dinyalakan, maka dadanya akan terus bergemuruh. Meski tanpa restu, ia akan terus mencari sendiri. Atau ia akan mematikan api cinta itu sama sekali. Duhai bunda...bagaimanakah rasanya menjadi dewasa tanpa cinta? menjadi manusia tanpa cinta?"

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanyanya sudah tidak sabar lagi dengan gayaku yang tidak to the point. Istriku sayang... hasratku yang lain adalah menjadi larut bersamamu dalam obrolan-obrolan yang dalam.

"Bunda sayang... ingat ga kenapa kita memberinya nama Aura Aqluna Rahim? Nama itu adalah doa dan Allah akan mengabulkan doa itu melalui perbuatan-perbuatan kita sendiri. Dengan nama itu kita berharap bahwa ia akan selalu disapa, "Aura, ikatan di antara kita adalah cinta kasih, bukan yang lain." maka sudah seharusnya ia diperlakukan dengan cinta kasih. Sisa makanannya yang jatuh berantakan, atau piring makannya yang jatuh pecah berkeping-keping, atau air minumnya yang tertumpah di mana-mana, bisa dibereskan, dibersihkan dan dikeringkan seketika. Tapi kalau hatinya yang pecah berkeping-keping, dapatkah kita merekatkannya kembali menjadi utuh seperti semula?"

"Mendidiknya dengan cinta kasih berarti mengajarkan cinta kasih kepadanya dengan cara menemukan dan mengalami. Mendidiknya dengan cinta kasih berarti menyiapkannya menjadi seorang yangg memiliki cinta kasih, lalu dengan cinta kasih itu pula ia akan memperlakukan orang lain sebagaimana ia diperlakukan. Mendidiknya dengan cinta kasih berarti menyiapkannya untuk dapat kembali kepada seseorang yang menjadi tanah asalnya yang kelak menjadi pasangan jiwanya.

Rangkas Jaya sudah hampir satu jam berlari jauh meninggalkan beberapa stasiun. Ia berlari tergesa-gesa mendatangi malam, yang bagaikan seorang ibu, membentangkan tangannya agar ia dapat beristirahat dalam dekapan penuh cinta kasih.

Ya, setiap anak akan selalu pulang kembali kepada ibunya, lalu berada dalam pelukannya, dan mendengarkan harmoni jiwa yang menenangkan. Begitu pula istriku, seperti saat ini, saat ia menyandarkan kelelahannya di dadaku. Baginya, aku adalah seorang ibu tempatnya berasal dan tempatnya kembali.

Kucium ujung kepalanya dan kuresapi dalam-dalam kelelahannya.

Ya Rabb...
ia begitu lelah memelihara dan menyiapkan dirinya untuk mendapatkan ganjaran terbaik-Mu.
Ya Rabb...
Dalam kelelahannya, ia merasa cemas, dapatkah ia memelihara dan menyiapkan putri kecilnya untuk mendapatkan ganjaran terbaik-Mu?

Kucium ujung kepalanya dan kudapati hamparan sajadah terbentang menampung puji syukurku.

Terima kasih ya Rabb...
Dengan kehadirannya, seolah-olah Engkau mendatangiku dan berkata: "lindungi, kasihi, dengarkan keluhan-keluhannya, penuhi kebutuhannya, niscaya Aku akan berlaku sama kepadamu."
Terima kasih ya Rabb...
Dengan kehadirannya, Engkau lengkapi ibadahku.

Bersambung...

1 komentar:

  1. putih dan hitamnya anak tergantung apa yang di masukan kedalam perutnya, serta akan di bawa kemana anak kita, tak usah khawatir dan gelisah. kalau kita sudah berusaha senantiasa mengikuti ajaran (alquran)dan uswahnya (sunah2)nya. kepada Allah lah semua urusan kita pasrahkan Amiiiiin.........

    BalasHapus