Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Kamis, 14 Mei 2009

BERSAMA PASANGAN JIWA, MENGALAMI KETUHANAN

Perkawinan adalah bagian dari jalan kepasrahan kepada Allah. Ditetapkan demikian, agar seorang muslim dapat mengalami ketuhanan. Pengalaman ketuhanan ini diperlukan oleh seorang muslim dikarenakan tugas yang diembannya sebagai wakil Tuhan di bumi. Memakmurkan bumi dan menyejahterakan penduduk bumi adalah tugas Tuhan. Dan Dia telah mendelegasikan tugas itu kepada manusia. Tugas itu teramat berat, maka ia perlu memperoleh pengalaman ketuhanan. Setelah pengalaman itu di dapat, barulah ia dapat melaksanakan tugas-tugas Tuhan. Untuk itu, ia harus menikah, agar mendapatkan pengalaman ketuhanan.

Mengalami ketuhanan bukan berarti hendak menjadi Tuhan atau mengaku-aku sebagai Tuhan ataupun melebur kepada Tuhan. Jika manusia adalah kegelapan (Zhulmatun) dan Tuhan adalah terang benderang (Nuur) seperti ditulis dalam kitab Al-Hikam, dapatkah kegelapan menjadi satu dengan terang benderang? Para penulis sufi juga sering berkata, manusia adalah yang tiada, sedangkan Tuhan adalah yang ada. Dapatkah yang tiada menjadi satu dengan yang ada?

Mengalami ketuhanan berarti mengalami pengertian tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya. Dalam bahasa Rosulullah saw disebut Takhallaq bi khuluqillah, berakhlaklah dengan akhlak Allah. Ketika seorang muslim mengucap bismillahirrahmannirrahiim, ia telah berhenti beraku dalam kehendak, perbuatan, dan sifat agar yang tampak pada dirinya hanyalah kehendak, perbuatan dan sifat-sifat arrahman arrahiim. Dari pasangan jiwanya ia belajar tentang arrahman arrahiim dengan merasakan dan mengalami.

Barangkali sudah merupakan fitrah, laki-laki lebih memiliki kekuatan, kepandaian, tegas dalam membuat keputusan dan sifat-sifat keagungan lainnya. Sedangkan wanita lebih memiliki cinta kasih, kelembutan, pemeliharaan dan sifat-sifat keindahan lainnya. Nah, perkawinan menyatukan sifat-sifat keduanya. Sifat-sifat keagungan dan sifat-sifat keindahan menjadi satu sehingga menyebabkan keduanya menjadi sempurna. Suami menyerap sifat-sifat keindahan dari istri. Dan sebaliknya, istri menyerap sifat-sifat keagungan dari suami. Lalu keduanya menjadi tanda sempurna bagi yang maha sempurna, menjadi cermin indah bagi kesempurnaan Tuhan. Begitulah, melalui perkawinan, seorang hamba menyatukan keseluruhan makna yang tercakup dalam seluruh nama-nama-Nya.

Ketika mengalami wahyu yang begitu berat, Rosulullah saw mencari istrinya, "selimuti aku, selimuti aku." Dengan penuh kasih sang istri menyelimutinya, memeluknya dan menghiburnya. Melalui seorang istri, Rosulullah saw mengalami kasih sayang Tuhannya, lalu ia keluar menebarkan kasih sayang itu di antara umatnya.

Kisah Adam dan Hawa, Muhammad dan Khadijah merupakan kisah sepasang jiwa mengalami ketuhanan. Di dalam, ia merasakan diri sebagai hamba Tuhan. Dan di luar, ia tampak melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan.

3 komentar: