Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Senin, 13 April 2009

PERILAKU DZIKIR: Kholiq-Makhluq-Akhlaq...(3)

Membaca Mantra, Melindungi Pikiran

Pada waktu-waktu tertentu, saya melakukan perjalanan ke Rangkasbitung, Banten naik kereta api. Ada yang menganggap perjalanan itu sebgai The Train to Hell. Bagaimana tidak? selama perrjalana itu, segala macam penderitaan muncul oleh sebab penumpang yang penuh sesak berjejal-jejal yang seakan-akan turun satu naik seribu. Saking penuhnya, sulit bagi orang yang berdiri menaruh kakinya dan sulit juga bagi orang yang duduk menaruh pantatnya. Pada saat seperti itu, semua penumpang saling berbagi: udara, rasa, dan bau. Belum lagi ditambah dengan ayam, bebek dan barang-barang pasar lainnya yang kut juga berbagi.

Saking padatnya, saya percaya tidak ada yang bisa bergerak bepindah tempat kecuali tiga jenis manusia, yaitu 1) manusia karcis alias kondektur. Karena tugasnya, mereka di bekali semacam ilmu melipat kaki dan melenturkan tubuh. Seruan mereka cuma satu: karcis...karcis...karcis. Di tempat itu, karcis tidak selalu bermakna karcis, buktinya ada penumpang yang memberikan sesuatu yang bukan karcis dan diterima. Pantas kalau begitu, perusahaan kereta api Indonesia selalu tidak punya uang untuk meremajakan armadaya, stasiunnya, atau pintu-pintu perlintasan kereta. Menumpang kereta api di wilayah ini seperti memasuki lorong waktu, kita kembali diajak kemasa silam, masa dimana Indonesia belum merdeka. 2) Manusia asongan. Manusia jenis ini adalah manusia ironi. Disatu sisi mereka dianggap mengganggu kenyamanan menikmati penderitaan, tapi disisi lain, mereka dianggap pahlawan. Pada saat kita terjebak, tidak bsa bergerak, mungkin terasa akan mati kehausan, mereka muncul, entah bagaimana caranya, dengan menawarkan beraneka macam minuman dingin. Manusia asongan lainnya, yang mungkin tidak ada yang akan menganggapnya pahlawan pada saat itu adalah manusia yang mengangsong karung mengumpulkan gelas dan botol plastik. Bayangkan, dengan berpakaian kotor dan berkarung gembel mereka menerobos begitu saja! dan jenis yang terakhir adalah 3) Manusia copet. Aha! inilah kelompok manusia 'pemberani dan kreatif'. Tidak seperti perampok atau penjahat lainnya, mereka beraksi disiang bolong ditengah keramaian, diantara orang-orang sadar, dan tidak menyakiti korbannya. Mereka beraksi dan tiba-tiba ada yang kehilangan. Selanjtnya, kitalah yang memutuskan apakah kita akan menyakiti diri dengan mengeluh, mengutuk dsb, ataukah bersikap ikhlas? Saya memang memuji mereka dan mencela diri kita sendiri. Mereka pemberani sedangkan kita penakut. Mereka beraksi dan kita cuma diam, cuek dan tidak peduli. Baru kemudian kita ramai-ramai mengutuk dan berkomentar macam-macam setelah jatuh korban dan mereka telah berlalu.

Kembali kepada The Train to Hell, perjalanan menuju neraka. Bagi saya, neraka adalah simbol penderitaan. Dan memang perjalanan ini menyajikan penderitaan terlengkap, dan puncaknya ketika hujan turun. Tidak ada pintu, tidak ada jendela. Hujan menyerbu masuk sementara para penumpang tidak bisa lagi menghindar lebih ke dalam. Alhasil, keadaan menjadi basah, dingin sekaligus juga panas dan gerah. Pada saat itu juga, mayoritas penumpang sungguh tidak percaya kepada fatwa MUI yang mengharamkan merokok di tempat umum. Jadilah perjalanan ini benar-benar menuju ke neraka.

Benarkah demikian?

Sesungguhnya, biarpun kereta itu mogok selama 1-2 jam, keadaan menderita seperti yang saya gambarkan belum tentu dirasakan oleh semua penumpang. Saya percaya, ada banyak penumpang yang tetap merasa tenang, damai dan sejahtera meskipun berada di tempat yang selayaknya menderita.

Seringkali, digerbong yang penuh sesak itu, pandanga mata saya selalu saja berhasil menangkap pesona keindahan dari ciptaan Tuhan yang maha indah: gadis cantik yang tetap saja manis meski belum sempat tersenyum. Pada saat seperti itu, neraka dipikiran saya berubah menjadi surga, meskipun keadaan disekitar saya tetap bising, padat dan melelahkan. Pikiran saya yang sudah terpaku kepada gadis cantik itulah yang meniadakan kondisi menjengkelkan yang secara obyektif terus terjadi.

Ketika saya sedang memikirkan gadis cantik itu, termasuk juga memikirkan bagaimana caranya agar saya berhasil mendekat, datang dengan tergesa-gesa pikiran saya yang lain, yaitu tentang gadis yang sudah tidak gadis lagi tetapi masih saja cantik yang menanti di rumah. Di dalam pikiran saya, gadis yang sudah tidak gadis itu bertanya: "aa pulang jam berapa?" Belum sempat saya jawab, pikiran lain datang lagi yaitu tentang gadis lain yang masih polos wajah, pikiran hati, dan usianya. Gadis polos itu sibuk bertanya-tanya: "ayah mana? ayah mana?"

Ketiga pikiran tentang tiga gadis itu terus berebut tempat menguasai ruang-ruang di pikiran saya Jadi, mana sempat saya memikirkan segala bentuk penderitaan yang muncul di gerbong kereta itu. Ketiga pikiran itu membawa saya ke gerbong lain yang tiada lagi lalu lalang manusia dan bahasaya. Gerbong itu hanya berisikan tiga orang gadis yang berebut tempat dipikiran saya. Tetapi, itu sama-sama melelahkan, sama-sama menimbulkan penderitaan, karena tetap saja perjalanan terasa panjang dan lama sekali. Penderitaan yang saya alami bukan disebabkan oleh kondisi yang terjadi di luar diri tetapi oleh kondisi yang terjadi di dalam diri. Dan tetap saja kedua kondisi itu sama-sama melelahkan.

Bagaimana ini?

Alhamdulillah saya seorang muslim. Oleh karenanya saya bisa mendengar Dia berkata: "ingatlah kepadaKu, Aku akan mengingatmu." (QS. ?:?). Dengan memberimu rasa tenang dan damai (Qs. 13:28). Sebagai seorang muslim, saya harus percaya, tunduk, dan patuh terhadap perkataan-Nya. Maka, langsung saja saya hadirkan pikiran saya yang ke-4 yaitu memikirkan-Nya terus-menerus. Dan seketika itu juga ketiga pikiran saya tadi mundur teratur. Tetapi ketiganya tidak pergi begitu saja. Mereka menunggu, ketika pikiran ke-4 lali, mereka kembali berebut masuk. Maka saya berusaha menjaga agar pikiran ke-4 itu tetap hadir dan memenuhi seluruh ruang pikiran saya.

Apa yang kita pikirkan tentang-Nya? nama-nama-Nya? jaran-ajaran-Nya? atau merenungi ciptaan-ciptaan-Nya? Dalam kondisi yang melelahkan, terus terag saya tidak sanggup memikirkan ajaran-ajaran-Nya atau merenngi ciptaan-ciptaan-Nya. Untuk itu saya harus mengeluarkan energi yang cukup besar, sementara pada saat yang sama saya membutuhkan energi yang cukup mampu membuat saya bertahan dalam 'perjalanan menuju ke neraka' ini.

Kondisi seperti itu membuat saya memilih memikirkan-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya di dalam pikiran saya. Saya menjadikan nama-nama-Nya sebagai mantra yang saya baca berulang-ulang seiring dngan pengaturan keluar-masuk nafas. Dengan begitu, saya menjadi manusia cuek terhadap alam sekitar. Saya memasuki alam saya sendiri yang bukan alam manusia-manusia di gerbong kereta itu, juga bukan alam gadis-gadis itu. Dengan begitu, pikiran saya tidak lagi peduli dengan pesan-pesan yang disampaikan mata, telinga atau indra-indra lainnya. Mata ini memang senang sekali mencari obyek keindahan, tetapi maaf, pikiran ini sedang sibuk dengan sesuatu, dan tidak ada ruang lagi untuk sesuatu yang lain.

Dengan menyebut nama-nama-Nya, saya melindungi pikiran dari serbuan berbagai macam pikiran selain-Nya, dan dari situlah saya beroleh ketenangan. Tetai tentu saja, ini baru permulaan. Menjadi tenang bukanlah tujuan penciptaan. Seorang muslim menyadari bahwa ia diciptakan sebagai wakil Allah, salah satu tugasnya adalah menenangkan manusia lainnya, seluruhnya. Namun untuk itu, ia harus mendapatkan ketenangan terlebih dahulu baru bisa menenangkan oran lain. Menjadi tenang untuk menenangka.

1 komentar:

  1. Segala puji hanyalah milik ALLAH SWT semata, sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada kekasih ALLAH....manusia berakhlak mulia...orang yang kita tunggu dan nanti-nantikan syafa'atnya kelak di Yaumul Qiyamah.

    Sebuah situs yang sangat menarik. Semoga ilmu yang Anda tuliskan bermanfaat untuk umat manusia, dan terutama bagi Anda sendiri kelak di hari perhitungan, sebagai suatu amalan.

    Kita semua patut mendukung : membaca, mempelajari, untuk selanjutnya mengamalkan seluruh ajaran Syariah Islam dalam berbagai media yang sekarang ini ada, termasuk situs ini.

    Sebagai wujud silaturahmi, dan hubungan mu'amalah agar cita-cita kita untuk ber-Syiar Islam sesuai dengan maqom kita masing-masing terwujud, kami mengundang untuk turut mendukung pula usaha Syiar kami dalam bidang perekonomian yang Islami di blog kami :

    http://sakamadani.blog.ekonomisyariah.net/

    Sebuah sanjungan dan suatu wujud dukungan apabila kita dapat ber-SINERGI sesuai maqom kita masing-masing.

    Div. LITBANG
    Saka Madani

    BalasHapus