Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Minggu, 26 April 2009

PERILAKU DZIKIR: Kholiq-Makhluq-Akhlaq (habis)

DZIKRON KATSIIRON: Proses Pembentukan Akhlaq Melalui Internalisasi Pengetahuan

Sejauh perjalanan saya mencari makna dzikir, saya mendapati dari QS 2:152 sebuah hubungan pertautan yang sangat erat antara Kholiq dan Makhluq. Dalam hubungan tersebut terjalin komunikasi terus-menerus diantara keduanya. Biasanya, komunikasi yang dilakukan secara intens dimaksudkan untuk mewujudkan satu tujuan tertentu. Nah, tujuan apakah yang ingin dicapai dengan terjalinnya pertautan dan komunikasi terus-menerus antara Allah sebagai Sang Kholiq dan manusia sebagai makhluk-Nya?

Saya mengira, tujuan itu berkaitan dengan rencana Allah ketika Dia menjawab keberatan para malaikat mengenai penciptaan manusia sebagai wakil-Nya di bumi. "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: " Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang wakil di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan menyucikan Engkau." Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. 2:30)

Apakah yang tidak diketahui oleh malaikat dari rencana Allah menciptakan manusia sebagai wakil-Nya di bumi? Kelak manusia memiliki sarana komunikasi yang sangat intens dengan Kholiqnya. Keduanya, yaitu Kholiq dan Makhluq, saling berhubungan menghasilkan sebuah pertautan yang sangat erat. Untuk itu, Allah berkata: "Berdzikirlah kepada-Ku, niscaya Aku akan berdzikir kepadamu." (QS. 2:152).

Dari ayat tersebut, saya memahami sebuah makna tersirat: seolah-olah Dia berkata: ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu, namun ketahuilah bahwa Akulah yang ingat kepadamu terlebih dulu sehingga kamu bisa mengingat-Ku. Bagaimanakah kamu bisa mengingat-Ku jika Aku tidak mengingatmu? maka bersyukurlah, jangan kamu ingkari.

Hubungan ingat-mengingat itulah yang disebut berdzikir. Perilaku berdzikir memunculkan pertautan yang sangat erat antara keduanya. Dengan berdzikir, Allah tidak hendak melepaskan hamba-Nya sendirian menunaikan amanat penghambaan dan kekhalifahan. Dia mengetahui bahwa tugas itu begitu berat dan sulit, semua makhluq-Nya yang lain menolak mengemban tugas itu kecuali makhluq yang satu ini yang dikenal suka berbuat zholim dan bertindak bodoh, yaitu manusia (QS. 33:72).

Hubungan itu dimulai ketika Dia mengajarkan kepada manusia seluruh nama-Nya beserta obyek-obyek, realita-realita dan kualitas-kualitas yang merujuk pada seluruh nama-Nya itu. Manusia itu tidak hanya diajarkan pengetahuan tentang nama-nama tetapi juga diajarkan hubungan referensial antara nama dan obyek yang dinamai. Keseluruhan pengetahuan yang diajarkan-Nya kepada manusia itu disodorkan kepada malaikat dan Dia berkata: "Jelaskan kepada-Ku seluruh pengetahuan ini jika kalian benar." (QS. 2:31)

Para malaikat tidak mampu menjelaskan. Hanya manusia yang menerima pengajaran-Nya yang mampu menjelaskan. Kemudian manusia itu menjelaskan seluruh obyek-obyek, realita-realita dan kualitas-kualitas yang keseluruhannya merujuk kepada seluruh nama-Nya. (Qs. 2:33)

Pada proses selanjutnya, Sang kholiq meberi perintah kepada makhluq-Nya itu untuk terus-menerus menginternalisasikan pengetahuan yang diajarkan-Nya melalui dzikir yang dilakukan berulang-ulang. Dzikir yang dilakukannya mencakup semua makna dzikir dan dilakukan berulang-ulang, baik secara kuantitas (sebanyak-banyaknya) maupun secara kualitas (sedalam-dalamnya). (QS. 33:41).

Sampai di sini, kita bisa memaknai dzikir sebagai pertautan yang terus-menerus antara Kholiq dan Makhluq (QS. 2:152). Pertautan itu merupakan proses internalisasi pengetahuan ke dalam diri makhluq yang kemudian berdampak pada perilaku harian yang disebut Akhlaq. Pada akhirnya dzikir mengantarkan Makhluq kepada Akhlaq sang Kholiq. Pada saat makhluq berakhlaq Kholiq, pada saat itulah ia telah berfungsi sebagai hamba-Nya sekaligus juga wakil-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar