Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Selasa, 28 April 2009

MEMBACA SYAHADAT: SIMBOL PENYERAHAN LAHIR-BATIN

Muslim adalah orang yang berkata: aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah. Perkataan itu bukanlah sekedar kata-kata yang terucap begitu saja sehingga menjadi kata yang tak berarti, baik bagi yang mengucapkannya maupun bagi yang mendengarkannya. Tapi kata-kata itu terucap atas dasar pengetahuan-kesadaran-dan cinta.

Penyebutan seseorang dengan identitas muslim bukan akibat dari pengucapan dua kalimat syahadat itu, tapi akibat dari pengetahuan-kesadaran-dan cinta yang membuatnya terdorong untuk mengucapkannya. Apa yang diucapkannya hanyalah bentuk lahir dari pengetahuan-kesadaran-dan cinta yang tertanam di hatinya terhadap realitas ketuhanan dan kenabian.

Pengetahuan tentang Tuhan yang diperoleh muslim dari seorang yang sengaja diutus Tuhan untuk mengajarkan pengetahuan itu, menumbuhkan kesadaran dalam dirinya. Sadar akan posisi dirinya di tengah-tengah alam semesta. Jika alam semesta tengah bergerak dengan teratur menurut hukum yang ditetapkan untuknya (Qs. 64:1), maka ia juga menyadari bahwa ia juga bergerak berdasarkan hukum yang ditetapkan untuknya pula. Timbul kesadaran bahwa alam semesta, ia dan kita bergerak berdasarkan satu ketetapan tertentu menuju ke satu tujuan. Dari situ, timbullah cinta. Aktifitasnya adalah merindukan. Rindu akan satu tujuan yang dituju oleh semua bagian alam semesta, yaitu Tuhan.

Pengetahuan-kesadaran-dan cinta itulah yang membentuk kita menjadi muslim. Simbolnya adalah pengakuan terhadap keesaan Allah dan kenabian Muhammad saw.

Makna menjadi muslim adalah menjadi orang yang tunduk dalam kepasrahan. Pasrah lahir-batin, rohani-jasmani. Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah adalah simbol kepasrahan rohani. Sedangkan kesaksian bahwa Muhammad saw adalah utusan Allah adalah simbol kepasrahan jasmani.

Tuhan adalah semua kecenderungan atau kegandrungan hati. Hati kita memiliki kecenderungan terhadap kekuatan, kekuasaan, kekayaan, kepandaian, kecantikan dan sebagainya. Jika semua itu atau sebagiannya tidak dimiliki maka hati cenderung ingin memilikinya. Apabila hati kita cenderung terhadap kekuasaan, maka kita selalu ingin meraih kekuasaan, sekecil apapun, atau paling tidak kita ingin dekat dengan penguasa.

Setelah kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, semua kecenderungan hati itu menjadi hilang. Tidak ada kecenderungan selain Allah. Satu-satunya kecenderungan hati hanyalah Allah. Apabila hati menginginkan kekayaan maka itu berarti hati menginginkan Allah yang maha kaya. Apabila hati menginginkan keindahan maka hati menginginkan Allah yang maha indah, dan seterusnya. Lantas hati menjadi pasrah kepada Allah karena Allah memiliki semua yang diinginkan hati. Hati yang pasrah senantiasa berdzikir kepada Allah. Oleh karenanya, hati menjadi tenang (Qs. 13:28). Karena ia mengetahui, menyadari dan mencintai kecenderungan sejatinya yaitu Allah.

Al-Qur'an banyak menyebut hati dengan istilah Qalbu. Makna dasarnya adalah: membalik, kembali, pergi maju-mundur, berubah, naik-turun, mengalami perubahan. Singkatnya, hati adalah tempatnya keresahan. Hati menjadi resah dan gelisah karena meginginkan ini-itu. Setelah menyatakan kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, hati menjadi tenang, karena tidak ada lagi ini-itu, yang ada hanyalah Allah.

Mulai dari sini kita bisa berkata bahwa satu-satunya pekerjaan hati adalah senantiasa tetap berdzikir kepada Allah. Kepasrahan hati adalah menyerahkan semua kecenderungannya kepada Allah, tiada yang lain selain Dia. Pada saat itulah hati menjadi tenang dan merasa dalam keadaan baik-baik saja.

Setelah muslim menjadi tenang, selanjutnya apa? apakah muslim diciptakan hanya untuk menjadi tenang dan merasa baik-baik saja? Apakah menjadi muslim hanya untuk berkata: Sudahlah tenang saja, tetap khusuk dalam lautan cinta kasih ilahi, biarkan mereka memperebutkan dunia, karena sesungguhnya mereka tidak tahu seperti apa dunia itu. Begitukah? Lalu siapa yang menjadi wakil-Nya?

Selain pasrah hati, muslim juga harus pasrah lahir. Karena itu, kesaksian pertama terangkai dengan kesaksian kedua, yaitu kesaksian tentang kenabian Muhammad saw. Sebagai simbol penyerahan diri, kedua kalimat kesaksian itu harus dinyatakan sekaligus secara berurutan. Tidak boleh menyatakan yang pertama saja atau yang kedua saja, harus kedua-duanya secara berurutan.

Kesaksian pertama adalah komitmen muslim untuk menjadi hamba Allah dengan sesungguhnya. Dan kesaksian kedua adalah komitmen muslim untuk menjadi wakil Allah dengan sesungguhnya.

Kesaksian pertama membuat muslim menjadi tenang. Sedangkan kesaksian kedua menggerakkan muslim untuk bertindak menenangkan orang-orang dan menyebarkan rasa tenang itu kepada semesta. Dengan begitu, barulah muslim bisa mendengar Dia berfirman: "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas dan diridhai-Nya. Kemudian berbaurlah dengan hamba-hamba-Ku, setelah itu barulah bisa memasuki surga-Ku." (Qs. 89:27-30).

Kini kita bisa berkata bahwa membaca syahadat adalah memasuki alam kesadaran sebagai hamba Allah dan wakil-Nya, kemudian dengan kesadaran itu bergerak membangun kehidupan surgawi bersama hamba-hamba-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar