Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Minggu, 15 Maret 2009

Mengapa Kita Pantas Menjadi Wakil Tuhan? (2)

Hal kedua yang membuat manusia menjadi istimewa adalah Allah meniupkan ruh ke dalam diri manusia dari ruh-Nya sendiri. Allah swt berfirman: "Dan ingatlah, ketika Tuhanmu bergirman kepada para malaikat, "sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan di dalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud." (QS. 15:28-29).

Bagian ini menarik dan penting dibicarakan. Manusia dalam pandangan Aristoteles adalah zoon logon echon, maksudnya: makhluk yang memiliki ruh, tetapi bukan makhluk rohani murni. Manusia memiliki jasmani yang membungkus kerohaniannya. Jadi, manusia adalah makhluk rohani-jasmani. Jadi sebenarnya, dalam diri manusia yang satu terdapat dua manusia, yaitu manusia rohani dan manusia jasmani.

Keduanya, yaitu manusia rohani dan manusia jasmani atau bisa juga disebut manusia spiritual dan manusia material berada didalam satu diri, yaitu manusia. Kita tidak bisa hanya mementingkan sisi material yang ada dalam diri kita, yang karenanya kita terus menjadi material oriented. Atau sebaliknya, kita juga tidak bisa mengabaikan sisi jasmani, sehingga kita hanya selalu berhubungan dengan dunia rohani dengan berperilaku asketisme.

Melalui pengetahuan, manusia mempunyai jalan untuk berhubungan dengan alam semesta, termasuk dengan sesama manusia di dalamnya. Dan dengan adanya ruh, manusia mempunyai jalan untuk berhubungan dengan Tuhan. Dengan memahami kedua potensi istimewa tersebut, kita dapat menerima alasan mengapa manusia terpilih sebagai pemelihara, pengatur dan bertanggung jawab atas segala urusan-urusan bumi.

Berkaitan dengan upaya mengenal diri, kini dapatlah kita menjawab pertanyaan-pertanyaan yang pernah kita ajukan, yaitu tentang siapa kita, mengapa kita ada di bumi.

Begini,
Kita adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Dengan keistimewaan itu, kita diberi amanat mengatur peradaban bumi, menjaga keseimbangan hidup, dan menyelesaikan problem-problem kemanusiaan.

Allah menciptakan setiap orang sebagai penanggung jawab bumi dalam batas dan ruang lingkupnya masing-masing. Tidak bisa setiap orang menjadi penguasa, tapi setiap orang bisa ikut bertanggung jawab dalam pengelolaan bumi sesuai dengan perannya masing-masing. Rosul saw bersabda: Setiap orang adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungan-jawab atas kepemimpinannya. Karena itu, setiap orang mempunyai peran untuk ikut andil mengatasi problema-problema kemanusiaan. Paling tidak, menagtasi problema kemanusiaannya sendiri. Dan untuk itu semua, setiap orang akan dimintai pertanggung-jawaban atas perannya masing-masing. Allah berfirman: Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak dikembalikan kepada Kami?" (QS. 23:115). "Tidaklah Engkau menciptakan semuanya dengan sia-sia." (QS. 3:191).

Berat! memang. Bahkan setiap makhluk menolak amanat ini. Mereka khawatir akan berkhianat (QS. 33:72) Dan kita, manusia, menerimanya. Sudahkah kita menunaikan amanat itu Pertanyaan lebih tepatnya: Sudahkah kita menjadi khalifah-Nya? Sudahkah kita menjadi wakil-Nya dalam menyelesaikan segala macam permasalahan bumi ini? Pada kenyataannya, kita masih melihat banyak orang kelaparan, menderita sakit tak terobati, terjerat hutang tak ada habisnya, kemiskinan, kebodohan , dan problem kemanusiaan lainnya.

Apakah ada yang salah? jelas ada yang salah. Berita tentang kekhalifahan langsung kita terima dari teks yang kita yakini asli dari Tuhan dan kita yakini pula suci dari kesalahan dan kebohongan. Dari teks tersebut kita memperoleh janji: "Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dikalanganmu dan orang-orang yang melakukan kebaikan bahwa Dia akan benar-benar mengangkat mereka sebagai khalifah di bumi, seperti sebelumnya Dia pernah mengangkat khalifah, dan bahwa Dia benar-benar akan memantapkan agama mereka yang telah diridhoi-Nya untuk mereka dan bahwa Dia benar-benar akan mengganti ketakutan mereka sebelumnya dengan ketenangan....." (QS. 24:55)

Demikian janji Allah. Dengan adanya penanggung jawab bumisegala permasalahan bumi dan segala problema kemanusiaan seharusnya terselesaikan. Tapi itu dapat terwujud setelah kita memenuhi persyaratan yang diajukan-Nya dalam lanjutan ayat diatas, yaitu:"...hendaknya mereka tetap mengabdi kepada-Ku dan tidak menyekutukan Aku dengan apa pun."

Kedua syarat yang diajukan Tuhan, yaitu: (1) tetap mengabdi kepada-Nya, dan (2) tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, mau tidak mau harus dipenuhi agar kita mendapatkan kesuksesan sebagai pengelola bumi.

1 komentar:

  1. Pantaskah Kita?

    Khalifahtullah fil ardh biasa diartikan dengan wakil (pengganti) Allah - "Pengganti" Khaliq di muka bumi. Gelar itu katanya diberikan kepada makhluq yang bernama manusia. Lalu bagaimana makhluq - manusia itu bisa menjadi Wakil Khaliq? diantara tak terhingga makhluq Allah di tujuh petala bumi dan tujuh lapis langit, dipilihlah manusia untuk mengemban amanah itu.

    Tentunya, manusia sebagai makhluq memiliki keistimewaan, berbeda dengan makhluq Allah yang lain. Apakah itu? Karena manusia dibekali dengan akal - tempat melekatnya akhlaq. Rasulullah SAW pernah bersabda, "tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlaq." Dia pun pernah mengajarkan, "berakhlaqlah kalian dengan akhlaq Allah."

    KHALIQ - AKHLAQ - MAKHLUQ

    Pada akhlaq yang mulia Khaliq dimuliakan.
    Pada akhlaq yang mulia Makhluq menjadi mulia, lebih mulia dari malaikat.
    Jika akhlaq rusak, maka manusia lebih rendah derajatnya dibanding makhluq terhina yang pernah melata di muka bumi ini.

    Semoga kita semua diberi hidayah untuk meniru akhlaq Rasulullah SAW sebagai suri tauladan.
    Aisyah pernah ditanya, "apakah akhlaq Rasulullah SAW?" lugas Aisyah menjawab, "Al - Qur'an."

    Jika demikian, sudah pantaskah kita menyandang gelar khalifahtullah fil ardh ???

    Wallahu'alam

    BalasHapus