Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Sabtu, 11 Oktober 2008

Lepaskan Kedua Sandalmu

LEPASKAN KEDUA SANDALMU

Text Box: Maka ketika ia dating ke tempat api itu ia dipanggil: “Hai Musa sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua sandalmu, sesungguhnya kamu berada di lembah suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku.  (QS. Thaaha: 9-14)

Setiap sesuatu itu punya kedudukan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kedudukan itu anugerah. Oleh karenanya tidak bisa dipertukarkan atau diperjual-belikan. Keberadaannya tidak terpengaruh oleh waktu, keadaan, ataupun tempat. Posisinya tidak bisa di geser ataupun dirubah, kecuali oleh yang menganugerahi kedudukan tersebut.

Batu kerikil tidak bisa merebut kedudukan batu mulia seperti intan permata. Meski batu kerikil bersatu hingga jumlahnya mencapai ribuan banyaknya, tetap saja harganya tidak bisa melebihi sebutir intan. Lain halnya dengan intan, walaupun dicampakkan ke dalam lumpur yang paling dalam, intan tetaplah intan. Harga intan tidak bertambah meskipun bersama orang-orang mulia dan juga tidak berkurang meskipun bersama-sama orang hina. Kemuliaannya adalah anugerah, diberi nama apapun dia tetap mulia.

Siapa yang memahami bahwa harga dirinya adalah anugerah, sedikitpun tidak pernah khawatir bahwa harga dirinya akan dirampas oleh yang lain. Dia tidak pernah berangan-angan kemuliaannya bertambah ataupun takut berkurang. Dia tidak berbesar hati karena ada yang kurang darinya ataupun berkecil hati karena ada yang lebih darinya. Hidupnya menjadi merdeka, tidak memiliki atau dimiliki, karens harga dirinya bukan hasil kesepakatan, tetapi sebuah anugerah dari yang maha mulia. Maka yang berhak menambah dan mengurangi hanyalah Dia yang menganugerahkan.

“Lepaskan kedua sandalmu wahai Musa, karena kamu berada di tempat yang suci.” Demikian yang Maha Mulia menetapkan harga sebuah sandal. Karena itu, sandal tidak akan bisa naik ke kepala, meskipun bentuknya dipercantik, terukir dengan sulaman-sulaman benang emas.

Firman Tuhan menetapkan bahwa kesucian dan kekotoran tidak akan pernah bersatu. Kemuliaan dan kehinaan tidak akan pernah bercampur baur. Yang hina tetap hina dan yang mulia tetap mulia, meskipun banyak yang ingin mencampur-adukkan antara keduanya.

Musa hendak bertemu Tuhannya, maka semua kerendahan dan kehinaan yang ada pada dirinya haruslah ia tinggalkan. Tuhan yang Maha Suci hanya bisa ditemui oleh hamba yang telah berusaha mensucikan dirinya. Dan jika Tuhan berkehendak ditemui oleh hamba, maka Dia akan mensucikan hamba tersebut. Ketika itu, Musa tidak tahu harus bagaimana, maka Tuhan berkata : “Lepaskan kedua sandalmu, wahai Musa !”

Sandal adalah simbol kerendahan dan kehinaan. Betapa pun bagus bentuknya dan mahal harganya, sandal tetap di bawah, dipakai untuk menginjak-injak yng kotor. Karena itulah, siapa saja yang ingin masuk rumah peribadatan maka ia harus melepaskan sandalnya di luar. Melepaskan sandal di luar dimaksudkan sebagai lepas dan tanggalnya semua sifat kotor dan hina. Masjid adalah tempat di mana kegiatan-kegiatan suci dilakukan dan perkataan-perkataan baik diucapkan. Dan hal ini tidak bisa dilakukan oleh orang-orang yang masih terdapat sisa kotor dan hina pada dirinya. Botol yang berisi kecap hanya akan mengeluarkan kecap dan madu hanya meneteskan madu.

Jika hendak berjumpa dengan Tuhan, maka berusahalah meninggalkan sifat-sifat kotor dan hina, seperti iri hati, dengki, ujub, sum’ah. Sombong, dll. Setelah semua itu , barulah lisannya dapat memuji kesucian dan gerak-geriknya menjadi bukti kesucian Tuhan. Bagaimana mungkin seorang muslim bisa memanggil-manggil nama Allah jika mulutnya kotor dan bau penuh dengan daging-daging saudaranya yang terselip di antara gigi-giginya. Bergosip sama artinya dengan melahap daging saudaranya

Meninggalkan sandal di pintu masjid belumlah cukup menjadikan kata-katamu sebagai puji dan gerak–gerikmu sebagai bukti adanya Tuhan yang maha suci. Sandal di kaki hanyalah simbol dari sandal di hati.

Meninggalkan sandal diluar tetapi hati masih dipenuhi sandal-sandal kotor, lalu bagaimana mungkin dapat menghadap Tuhan.

Selama menanggalkan sandal di pintu masjid hanyalah latihan agar terbiasa menanggalkan sandal-sandal hati. Dengan begitu Tuhan akan berkenan ditemui. Muslim menemukan Tuhan di mana saja dia berada. Karena itu, tempat-tempat suci menjadi tidak berbatas. Setiap tempat adalah milik Tuhan, tapi kadang kita berburuk sangka hingga tempat Tuhan menjadi terbatasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar