Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Minggu, 05 Oktober 2008

Kafirkah Aku?

KAFIRKAH AKU?

“Katakanlah: “Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku.” (Al-Kaafiruun: 1-6)

Kafir berarti menutupi, enggan untuk mengakui hingga berpaling dari kenyataan yang sebenarnya. Jika orang tidak mengakui bahwa rezeki yang dia nikmati berasal dari kemurahan Allah, dan dia mengaku bahwa rezeki itu didapat dari hasil usahanya sendiri atau didapat dari sebab-sebab selain Allah, maka orang itu telah menjadi kafir. Jika orang tidak mengakui bahwa semua kejadian-kejadian adalah disebabkan oleh Allah, maka dia telah menjadi kafir. Jika orang tidak mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, maka dia telah menjadi kafir. Kenyataan bahwa Allah lah Tuhan yang menentukan dan menyebabkan segalanya terjadi adalah kenyataan yang benar. Apabila kenyataan itu ditutup-tutupi atau tidak diakui maka itulah kekafiran.

Pengakuan berasal dari pengetahuan, dan pengetahuan diperoleh melalui tiga jalan; mata, telinga dan hati. Mata melihat ayat-ayat kauniyah, yaitu tanda-tanda keberadaan Allah yang diperlihatkan oleh alam semesta. Melalui mata, orang memperoleh pengetahuan bahwa alam semesta berlangsung dengan teratur. Sistem alam berjalan dengan pasti. Setiap benda, hidup atau pun mati, mempunyai jalan dan tujuannya masing-masing. Jalan itu dilalui dengan teratur, tanpa penyimpangan dan pasti. Bumi berputar pada porosnya. Matahari beredar di tempat peredarannya. Siklus air senantiasa berputar tetap mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah, dari laut kembali lagi ke laut. Api membakar, es membeku, angin bertiup, panas mengering, hujan membasahi. Semua mengetahui aturan mainnya masing-masing dan benar-benar mematuhi, kecuali manusia.

Telinga mendengar ayat-ayat Qauliyah, yaitu tanda-tanda keberadaan Allah yang diwahyukan kepada para Nabi. Kadang mata menangkap fatamorgana. Begitu juga dengan telinga, tidak sedikit bisikan-bisikan yang menyelinap diam-diam. Maka hati menyaring semua informasi yang diperoleh melalui mata dan telinga. Sebagai saringan, hati menentukan pengetahuan yang diperoleh. Jika saringannya bersih maka pengetahuannya juga bersih. Tapi jika hati terus menerus ternoda hingga menjadi hitam pekat, pengetahuan apa yang bisa diperoleh?

Bagi orang-orang kafir, hati mereka telah tertutup hingga mata tidak dapat melihat dengan benar dan telinga tidak dapat mendengar dengan benar. Dengan demikian, tanda-tanda keberadaan Allah tidak ditemukan, lalu bagaimana hendak mengenali Allah? Kalau tidak bisa mengenali Allah, bagaimana hendak membuat pengakuan: Tidak ada Tuhan selain Allah dan nabi Muhammad itu utusan Allah? Kalaupun bisa mengaku, pengakuannya itu penuh dengan keragu-raguan. Atau juga pengakuannya itu palsu. Pura-pura mengaku supaya diaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar