Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Selasa, 02 September 2008

Pergilah Sekolah

“...Allah akan memberikan derajat yang lebih kepada orang-orang yang beriman di antara kamu, dan orang-orang yang berilmu...” (Al-Mujaadilah: 11)

Pernah Ayah punya rencana, yaitu membuka rekening khusus untuk pendidikanmu nanti. Setiap bulan, dari gaji Ayah, akan Ayah sisihkan untuk tabungan pendidikanmu. Di masa yang akan datang, biaya pendidikan akan semakin mahal, tapi engkau harus tetap sekolah. “Kenapa aku harus sekolah, yah?” ah, pasti engkau akan bertanya begitu. Tapi tidak mengapa engkau bertanya seperti itu. Bahkan, engkau memang harus terus bertanya, bertanya dan bertanya. Bertanya tentang apa, tentang mengapa, tentang bagaimana, tentang kapan. Ya! Bertanya tentang apa saja. Silakan anakku, bertanya terus kepada Ayah. Bukan Ayah sang serba tahu, bukan. Juga, bukan Ayah senang mengajari. Ayah hanya ingin engkau punya keberanian untuk bertanya. Engkau harus punya kebiasaan bertanya. Jangan menduga, jangan! Karena banyak menduga itu dosa.

Aku memang Ayahmu. Apa yang aku ketahui lebih banyak daripada apa yang engkau ketahui. Dan tentu, apa-apa yang aku beritahukan kepadamu adalah semata-mata untuk kebaikanmu. Misalnya, aku menyuruhmu: “engkau harus sekolah!” maka sekolah itu memang baik untukmu. Dan selayaknya engkau turuti, tanpa bertanya. Kalau engkau bertanya, apakah engkau mempertanyakan pengaturanku? Apakah engkau meragukan pengetahuanku? Apakah engkau tidak takut kualat telah berani mempertanyakan keputusan orang tuamu? Ah, siapakah aku? Tuhanpun, yang maha mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, yang maha mengetahui apa yang jelas ataupun yang tersembunyi, berkenan ditanya oleh para malaikat-Nya. Siapakah aku yang tergetar keakuanku ketika anakku bertanya?

“Ayah?”,

“ah, eh, iya anakku?”

“Kenapa aku harus sekolah, yah?”

Sekolah itu adalah tempat engkau bertemu dan berkenalan dengan teman-teman baru. Di sana, engkau akan bermain dan belajar bersama. Temanmu itu ada yang berasal dari keluarga kaya, ada yang berasal dari keluarga sederhana, dan ada juga yang berasal dari keluarga miskin. Ada yang baik, ada juga yang jahat. Ada juga yang mau menjadi temanmu, ada juga yang akan memusuhimu. Disana engkau akan belajar bagaimana rasanya dipuji dan disanjung, dan sebaliknya, engkau juga akan belajar bagaimana rasanya dihina, disakiti dan disisihkan. Disana engkau akan belajar bagaimana rasanya mendapatkan, engkau juga akan belajar bagaimana rasanya kehilangan. Engkau belajar menolong dan ditolong. Engkau belajar memberi dan menerima. Engkau belajar membutuhkan dan dibutuhkan.

Dan, disana Ayah tidak ada, anakku. Engkau akan sendiri. Engkau akan belajar menyelesaikan permasalahanmu sendiri. (akupun juga belajar untuk melepaskan anakku berjalan sendiri dalam permasalahannya. Banyak permasalahan yang akan ditutupinya dariku. Awalnya adalah hubungan Ayah dan anak yang saling bergantung, lalu hubungan pertemanan yang kadang bertemu dan kadang berpisah, dan akhirnya masing-masing pihak akan bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri-sendiri.)

Saat engkau memasuki sekolah pertamamu, itulah saat engkau memasuki kehidupanmu sendiri. Engkau akan terus berjalan menapaki jalan-jalan kehidupanmu. Engkau harus melalui jalanmu sendiri, bukan jalan yang pernah dilalui Ayah ataupun Bunda, juga bukan jalan yang pernah dilalui orang lain. Dan Ayah tidak punya hak sedikitpun memilihkan jalan untukmu. Orang lain pun juga begitu, tidak punya hak atas pilihan-pilihan yang engkau buat.

Benar Rosulullah telah bersabda; setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi atau Nashrani. Dalam sabda mulia itu, Ayah tidak melihat pembenaran apapun yang membuat Ayah kuasa menentukan engkau harus kesana atau kesini, atau mengharuskan engkau harus menjadi ini atau itu.

Jadilah engkau anakku, dirimu sendiri yang unik, yang tidak seorangpun menyerupaimu. Kita tidak bisa menjadi orang lain. Begitu juga sebaliknya, orang lainpun tidak bisa menjadi seperti diri kita. Meskipun engkau adalah anakku, engkau tetap bukan Ayah, engkau bukan bayang-bayang Ayah. Dari sekian milyar orang yang tinggal di muka bumi, engkau cuma satu, satu-satunya. Dengan menjadi dirimu sendiri dan merasakan keunikanmu engkau menjadi tanda bagi adanya Tuhan yang Maha Esa yang tiada apa pun menyerupai-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar