MENCARI GURU
Setiap orang yang berguru ataupun yang sedang mencari guru disebut murid. Kata murid dalam kajian morfologi bahasa Arab adalah isim fa’il yang berarti orang yang menginginkan, berasal dari akar kata arooda-yuriidu yang berarti ingin atau menginginkan.
Seseorang disebut murid, karena dia menginginkan sesuatu dan selalu berupaya mencarinya sampai dapat. Karena itu, seorang murid harus tahu dan mengerti apa yang dia inginkan, sehingga timbul semangat untuk memperolehnya, tahu bagaimana mendapatkannya, dimana memperolehnya, dan siap yang dapat memenuhi keinginannya itu.
Seorang murid yang tidak tahu apa yang menjadi keinginannya, akan tersesat di jalan pencariannya, dan itu akan membuatnya kelelahan, meskipun suatu saat dia akan sampai juga pada keinginannya (mungkin juga tidak). Tidak tahu apa yang diinginkannya membuatnya berputar-putar karena dia juga tidak tahu harus kemana mencarinya. Bisa saja dia berada di tangan orang yang tidak tahu apa yang dia inginkan, atau orang yang pura-pura punya, atau orang yang pura-pura tahu.
Meminta sesuatu harus kepada yang mempunyai sesuatu itu. Jika tidak punya maka jangan diminta. Faaqidusyai’ laa yu’thi, kata orang Arab. Artinya : Orang yang tidak punya tidak dapat memberi. Jadi, jika ingin belajar matematika, maka harus kepada orang yang tahu tentang matematika. Tidak hanya tahu, orang itu juga harus bisa menunjukkan apa itu matematika. Orang yang tahu harus bisa menunjukkan. Jika tahu tetapi tidak bisa menunjukkan, namanya tukang tipu alias tidak tahu tetapi mengaku tahu.
Mencari guru berarti mencari orang yang tahu apa yang menjadi keinginan. Guru akan muncul jika murid ada. Dengan kata lain, ada murid ada guru, tidak ada murid tidak ada guru. Apa ada guru yang tidak punya murid ? Penjelasan dituturkan karena ada pertanyaan. Penjelasaan yang diberikan tanpa ada pertanyaan akan terus hambar, kurang berkesan, bisa jadi seperti orang yang makan setelah kenyang. Seperti pemberian tanpa ada permintaan, di terima tetapi kurang berkesan.
Mencari guru sejati artinya mencari orang yang tahu apa yang menjadi keinginan, bahkan sebelum keinginan itu disampaikan. Menjelaskan sebelum pertanyaan itu ditanyakan. Memberi sebelum permintaan diajukan. Guru yang seperti itu memang susah dicari, sulit dikenali sosoknya sebagai guru. Tampaknya bukan guru tapi guru. Tampaknya tidak menjelaskan tetepi menjelaskan. Tampaknya tidak memberi tapi memberi. Tampaknya tidak berkitab tetapi berkitab. Kitabnya pun tidak hanya satu, tetapi banyak berserakan di sekelilingnya. Langit dan bumi beserta isinya merupakan kitabnya, termasuk di dalam dirinya pun termuat kitab-kitab, kitab yang tidak ada lagi keraguan di dalamnya, dzaalikal kitaabu laa raiba fiihi. Setiap orang tidak akan menyalahi apa yang diterangkan dalam kitab itu, apapun agama dan kepercayaannya. Siapa yang dapat menolak bahwa air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat rendah ?
Guru yang seperti itu sulit dijumpai karena dia tidak pernah mengaku sebagian guru. Seorang polisi tidak perlu mengaku polisi. Seperti juga maling tidak perlu mengaku maling. Gerak-geriknya sudah menunjukkan bahwa dia polisi atau maling. Orang mengaku-aku karena khawatir tidak diaku.. Orang mengaku guru karena takut di tidak dianggap sebagi guru, Takut kata-katanya tidak didengar, takut tidak punya pengikut. Guru yang benar-benar guru tidak perlu pengakuan, tidak perlu pendengar dan tidak perlu pengikut. Orang-orang saja rela berkorban mengikutinya.
Mencari guru sejati memang tidak mudah, tetapi juga tidak sulit. Hanya dibutuhkan keinginan sejati, yaitu murid sejati. Hanya murid sejati yang mampu menemukan guru sejati, karena guru sejati tadinya juga murid sejati. Bukankah Al Qur’an telah mengisyaratkan bahwa yang baik akan bertemu yang baik, yang buruk akan bertemu dengan yang buruk ? Begitu pula halnya murid sejati akan bertemu dengan guru sejati.
Ada banyak guru di dunia ini dan lebih banyak lagi yang mengaku-aku guru. Murid sejati harus mampu mengenali guru beserta tingkatan-tingkatannya. Ada empat tingkatan guru, yaitu guru ujud, guru pituduh, guru sejati dan guru sejatinya sejati. Guru ujud adalah guru yang mengajarkan tentang pendapat umum yang berlaku di kalangan umum. Guru pituduh adalah guru petunjuk. Fungsinya adalah memberi petunjuk kepada muridnya tentang makna hidup dan kehidupan. Guru sejati adalah guru yang mampu mengajarkan muridnya untuk memahami sekaligus mempraktekkan sendiri pemahamannya itu tentang makna hidup dan kehidupan. Guru sejatinya sejati adalah guru tertinggi. Guru yang mencintai karena dia telah dicintai, bukan oleh sesamanya, tetapi oleh Sang Cinta itu sendiri. Dan hanya murid sejatilah yang mampu menemukan guru seperti itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar