Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Kamis, 07 Agustus 2008

ENGKAU TERLAHIR DARI RAHIM

Suatu shubuh, aku dibangunkan suara Mas Larto, kakak iparku, dengan tergesa-gesa,
“No, Mba Neng udah lahiran, namanya siapa?”
Rupanya nagih janji, kalau anaknya nanti lahir aku harus sumbang nama, siapa tahu nama yang kuberikan terdengar bagus dan artinya pas.
“Laki atau perempuan?”
“Perempuan.”
“Yasmin Nabila.”
“Panggilannya apa?”
“Mimin.”
“Hah? Kok Mimin sih?”
“Ya udah terserah panggilannya apa aja.”
Sahutku malas-malasan, ngantuk.
Yasmin adalah nama bunga melambangkan feminitas, sedangkan Nabila berarti cerdas. Kira-kira namanya berarti begini: perempuan yang menambah harum dengan kecerdasannya. Alhamdulillah, kecerdasannya mulai terlihat dari nilai-nilai raport di kelas-kelas awal sekolah dasar: angka delapan dan sembilan berebutan tempat, sedangkan angka sepuluh tetap milik gurunya.
Beberapa tahun kemudian, lahir adiknya, perempuan, kembali aku didaulat untuk memberi nama. Kutulis disecarik kertas: Billah Tazkiyah Nafsa. Penting kutulis, supaya nanti tidak salah tertulis di akta kekelahiran. Ada yang bilang namanya terlalu berat. Memang, maknanya juga dalam. Billah: bersama, oleh, dengan Allah. Tazkiyah: penyucian. Nafsa: jiwa.
Ah, apalah arti sebuah nama, demikian seorang penyair berucap, tetapi kita berkeyakinan bahwa nama adalah doa. Ada satu harapan ketika kita memberikan nama kepada seorang anak. Harapannya adalah semoga ia sesuai dengan namanya. Maka sudah semestinya setiap anak diberikan nama yang baik. Billah Tazkiyah Nafsa adalah sebuah doa untuk keponakanku yang nomor dua: semoga Allah menyucikan jiwanya.
Saat ibu bidan mengabarkan bahwa engkau mulai meretas kehidupan di rahim Bunda, Ayah mulai berembug dengan Bunda menginventarisir nama-nama indah sebagai doa yang akan selalu dipanjatkan dalam bahasa lisan dan tulisan.
“Kasih dia nama ARJUNA.” Kata Bunda.
“Artinya?”
“ARJUNA berasal dari kata ARJU LANA yang berarti harapan kita. Kita berharap anak kita nanti menjadi anak yang sholeh, pintar, berbakti kepada kedua orangtua (juga agama, bangsa dan negara) kalau besar jadi pengusaha sukses, kaya raya.”
“Waduh! Namanya panjang bener. Bahasa arabnya apa ya?”
Aku pernah melihat seorang anak kecil berseragam merah putih, tergopoh-gopoh menyeret tas kopernya yang beroda, berwarna biru laut, bergambar Sponge Bob cs. Lelaki kecil itu berkaca mata minus agak tebal. Tampaknya, tas koper kecil beroda itu berat sekali. Apa isinya? Buku-buku dan peralatan sekolah? Apa memang sebanyak itu? Dulu, waktu aku sekolah SD, teman-temanku hanya membawa sebuah buku tulis yang diselipkan separuh diikat pinggang belakang. Sekarang, anak-anak sekolah terpaksa biasa memanggul bawaan sekolah yang seabrek-ebrek. Apakah isinya bukan harapan-harapan ibu bapaknya yang dibebankan kepada anak-anak itu?
Setiap orang tua pasti menaruh harapan pada kehidupan anaknya. Mereka berharap kejayaan hidup dapat dilanjutkan oleh sang anak, bahkan sang anak harus bisa lebih berjaya daripada mereka. Bagi yang belum sempat mengecap kekayaan hidup, mereka berharap sang anak mampu mengangkat mereka dari lubang-lubang kemiskinan, menyokong kehidupan hari tua mereka. Harapan membuat sang anak menjadi sebuah aset yang harus dikelola benar agar menghasilkan untuk mereka.
Bunda, apakah kita juga adalah mereka yang mengikatkan bandul-bandul harapan dikaki-kaki anak kita? Tidak, Bunda. Biarkan sang buah hati berlari kencang kearah mana saja yang ia suka, memandang apa saja yang ia pilih,menggenggam apa saja yang ia inginkan. Buah hati kita adalah seorang yang bukan kita. Ia adalah milik dari dirinya sendiri, dengan masa depannya sendiri, dengan cerita hidupnya sendiri.
Bunda, kita adalah hamparan ketika kaki-kakinya masih lemah menapak, juga sandaran bagi punggungnya yang belum kuat tegak sendiri. Begitu dia dewasa, kita tidak bisa lagi menuntunnya memilihkan jalan-jalan yang harus dia lalui. Diawal kehidupannya nanti, mungkin tubuhnya adalah milik kita, bisa saja kita kontrol makanan dan minuman apa saja yang dia asup, tapi nanti dikehidupan selanjutnya, kita tidak tahu apa saja yang dia masukkan kedalam tubuhnya. Rumah ini bukan penjara bagi tubuhnya apalagi jiwanya.
Jangan ARJUNA Bunda, nama itu terlalu berat. Bukan untuk dia, tapi berat untuk kita. Sangupkah kita, disepanjang hidupnya, kita menyematkan begitu banyak harapan kita padanya? Harapan yang mungkin akan mengawang-awang dalam kenangan. Boleh kita berharap, tapi bukan untuk kita, melainkan untuk dia. Doa yang kita panjatkan adalah semata-semata untuknya.
“Jadi siapa dong namanya?”
“Kamil Aqluna Sultan.”
“Kalau perempuan?”
“Aura Aqluna Rahim.”
Mengapa Aura Aqluna Rahim, bukan nama yang lain? Begini, ketika kita berkata: Allah itu Esa, maka tiada yang lain selain Allah, termasuk kita sendiri. Kita hanyalah tanda bagi keberadaan Allah. Kita melihat seseorang, berikut dengan segala tingkah lakunya, berarti kita sedang melihat tanda yang akan mengantarkan kita kepada Allah. Kepada diri sendiri pun kita menyadari bahwa kita adalah tanda yang akan mengantarkan orang lain kepada Allah. Jadi, yang ada hanyalah Allah, selain-Nya hanyalah tanda-tanda-Nya.
Begitu pula dengan Aura Aqluna Rahim, ia menjadi tanda bagi keberadaan Allah. Itu berarti, ketika kita melihatnya maka yang teringat adalah Allah yang telah menciptakannya, ketika kita melihat tingkah lakunya maka yang teringat adalah Allah yang telah membimbingnya.
Aura Aqluna Rahim akan menjadi seperti kebanyakan anak cucu Adam lainnya yang bisa saja salah dan menjengkelkan atau bisa juga benar dan menyenangkan. Tetapi karena ia hanyalah sekedar tanda keberadaan Allah, maka semoga yang muncul dari kita adalah sabar dan syukur ketika merespon tingkah lakunya.
Juga, bukan tanpa maksud dinamakan Aura Aqluna Rahim. Namanya mengingatkan kita bahwa akal pikiran kita diliputi oleh ALLAH ARRAHIM, sehingga seharusnya tingkah laku kita, yang merupakan cerminan dari akal pikiran, menjadi tanda bagi keberadaan Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Menjadi tanda bagi Allah yang maha pengasih dan penyayang membuat kita menjadi pengasih dan penyayang bagi setiap ciptaan Allah, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan alam semesta. Oleh karena alam semesta ini dipelihara Allah dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya, maka Dia menghendaki kita sebagai khalifah-Nya supaya mengelola bumi ini dengan rahman dan rahim pula.
Itulah mengapa pesan pertama yang disampaikan oleh Al-qur’an adalahh Bismillahirrahmanirrahim dan kalimat itu pula yang dianjurkan Nabi SAW untuk dibaca sebagai awal setiap gerak dan arah. Dengan demikian, Islam sebagai agama rahmat bagi semesta alam dapat mewujud.
Anakku, sebagian yang Ayah tuliskan di atas diambil dari buku saku suvenir acara aqiqahan dirimu. Buku saku itu Ayah tulis agar orang-orang sekitar: keluarga, saudara, kerabat, dan masyarakat mengetahui maksud dari doa kami yang terkandung dalam namamu. Agar mereka juga berdoa dengan doa yang sama dan ikut menyediakan lingkungan tempat doa itu bersemai.
Melalui nama itu, kami ingin selalu berdialog denganmu, sebagai orang tua dan sahabat. Atau, disetiap saat engkau menuliskan namamu, kami ingin engkau mendengar bisikan kami: Aura, ikatan diantara kita adalah ALLAH ARRAHIM maka tetaplah engkau menyayangi kami sebagaimana kami tetap menyayangimu dan berdoalah selalu semoga ALLAH ARRAHIM senantiasa merahmati hidup kami sebagaimana kami merawat hidupmu diwaktu kecil. Dan karena pancaran kasih sayang ALLAH ARRAHIM itulah maka tidaklah pernah harta, pangkat dan jabatan memisahkan kita, dan biarlah segala sesuatu yang berada diatas debu tetaplah menjadi debu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar