Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Jumat, 27 Juni 2014

Jangan Sampai Jiwa Menguap, Lalu Tubuh pun Mengering dan Rapuh.

Inilah gunanya menulis, mengikat pemikiran  yang telah dirangsang oleh berbagai sumber informasi. Di kemudian hari, barangkali kita akan membutuhkannya. Pemikiran ibarat buruan. Jika telah tertangkap namun tidak segera diikat, ia akan kabur seketika, lenyap. “Ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya. Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Alangkah bodohnya jika kamu mendapatkan kijang (binatang buruan) namun kamu tidak mengikatnya hingga akhirnya binatang buruan itu lepas di tengah-tengah manusia.” Demikian Petuah Imam Syafi’i.

Manusia dinilai dari pemikirannya. Jika pemikirannya telah lenyap, maka di manakah manusia itu berada? Mungkin ia pernah ada, kemudian lenyap entah kemana. Jejak-jejak pemikirannya telah berhenti di suatu tempat. Mulai tahun 2013 sampai pertengahan tahun ini, keberadaan saya pun mulai terseok-seok. Perlahan-lahan menguap. Sebelum tubuh ini mengering dan rapuh karena jiwa perlahan menguap, saya coba kembali ada dan mengada, dengan kembali menulis di blog ini untuk mengikat jejak-jejak pemikiran saya. Adanya blog ini tidak membuat saya repot-repot memberikan pengakuan bahwa saya ada, silakan baca-baca saja sendiri, silakan menapaki jejak-jejak yang saya tinggalkan.

Menulis merupakan upaya identifikasi diri. Untuk melanjutkan identifikasi diri, saya pun harus kembali membaca tulisan saya yang pernah ada di sini. Dan saya menemukan ini, satu pertanyaan dan satu tanggapan di kolom komentar yang belum saya jawab.


selengkapnya dapat dilihat di sini

Tanggapan merupakan reaksi akibat penerimaan stimulus, dimana stimulus adalah berita, pengetahuan, informasi, sebelum diproses atau diterima oleh indranya. Tanggapan atas tulisan saya bisa saja berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya tergantung dari stimulus yang diterimanya. Apapun tanggapan orang yang ditujukan kepada kita, baiknya diterima saja. Tanggapan positive atau negative dapat digunakan untuk perbaikan kedepan.   

Yang perlu saya tanggapi adalah pertanyaan, karena itu merupakan salah satu kebutuhan manusiawi yang wajib dipenuhi. Dalam hal ini saya perlu meminta maaf, karena lama sekali baru bisa menjawab. Baru hari ini saya mengetahui ada kebutuhan yang ditujukan kepada saya, kebutuhan yang harus dipenuhi. Mengapa harus?

Memang tidak semua pertanyaan harus dijawab. Pertanyaan retoris tidak memerlukan jawaban. Karena jawaban atau maksud si penanya sudah terkandung dalam pertanyaan tersebut. Sedangkan pertanyaan ini memerlukan jawaban. Pertanyaan yang muncul akibat buah pemikiran yang saya petik dan saya sajikan dalam sebuah tulisan. Begini pertanyaannya:

Klo semua khalifah, rakyatnya siapa dong?

Kembali ke pernyataan, manusia dinilai dari pemikirannya. Nah, pertanyaan merupakan bagian dari proses sebuah pemikiran. Jika pertanyaan itu diabaikan, maka pemikiran pun berhenti berproses. Lalu bagaimana manusia bisa dinilai, sementara nafas masih di kandung badan?

Sepanjang hidupnya, manusia terus berkembang. Maka, penilaian atas seseorang tidak boleh berhenti, sampai batas yang ditentukan Tuhan, yaitu ajal. Untuk itu, kebutuhan bertanya dan menjawab harus diberikan ruang pemenuhan sebesar-besarnya.

Bagi saya, pertanyaan itu memaksa saya untuk terus berproses merumuskan diri, memberikan motivasi, memberikan arah perumusan diri, mendiagnosa hasil rumusan sementara, membantu saya melihat sejauh mana proses ini berjalan, memberikan evaluasi karena bisa jadi saya telah salah arah. Karena itu, saya perlu menjawabnya, dan jawabannya nanti pada tulisan berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar