Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Rabu, 22 Juni 2011

RAMADHAN ADALAH SAAT YANG TEPAT UNTUK BELAJAR AL QURAN

Dalam upaya menata kehidupan semesta, marilah kita membaca Al Quran sebagai sebuah gagasan yang disampaikan secara sistematis oleh Tuhan yang menjadi Pencipta, Pemelihara & Pembimbing kehidupan semesta. Gagasan itu tidak sekedar disampaikan tapi diajarkan dengan konsep pembelajaran yang jelas dan terukur. Tujuannya adalah agar gagasan itu dapat diwujudkan, bukan sekedar menjadi wacana atau sekedar bahan kajian, apalagi mantra.

Oleh karenanya, sangat menarik bila kita memperhatikan pilihan kalimat dalam pendahuluan Al Quran (Al Fatihah) bahwa Allah merangkai kalimat بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ dengan kalimat الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . Makna yang bisa dicerna dari keterkaitan keduanya adalah: Mulai dan jalani proses kehidupan ini dengan gagasan Allah oleh karena Dia adalah Pencipta, Pemelihara & Pembimbing kehidupan semesta. Allah adalah Arrahman Arrahim. Kita membaca di surah Ar Rahman ayat 1-2 bahwa Ar Rahman adalah yang mengajarkan Al Quran. Rasulullah saw pernah berdoa untuk Ibnu Abbas: اللَّهُمَّ عَلِّمْهُ الْكِتَابَ "Ya Allah, ajarkanlah padanya Al Quran" (HR. Bukhari). Begitupula Adam, ia menjadi efektif sebagai penanggung jawab bumi (khalifah) setelah Allah mengajarkan gagasan-Nya kepadanya. Proses pembelajaran yang dialami Adam dapat kita baca di surah Al Baqarah mulai ayat 30 sampai ayat 39.

Jadi, Allah mewahyukan gagasan-Nya (Al Quran) sekaligus juga mengajarkannya kepada manusia adalah sebagai upaya pemeliharaan kehidupan semesta. Mereka yang mampu menyerap gagasan yang ditawarkan Allah disebut orang-orang yang bertaqwa (QS. Al Baqarah [2] ayat 2). Bisa dikatakan bahwa Taqwa adalah gelar yang diperoleh oleh orang yang sukses mempelajari dan menerapkan gagasan Al Quran dalam kehidupan. Contoh praktiknya bisa kita baca di Surah Al Baqarah ayat 177:

لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّآئِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُواْ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاء والضَّرَّاء وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَـئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Untuk mencapai gelar Taqwa, Allah telah menyiapkan mekanisme pembelajaran termasuk pemilihan waktu pembelajaran. Malam adalah saat terbaik untuk meresapkan gagasan Al Quran ke dalam hati sanubari (QS. Al Muzammil [73] ayat 1-20). Suasana malam hari terkait erat dengan kondisi internal-eksternal si pembelajar Al Quran yang mampu menghadirkan konsentrasi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bacalah Al Qur'an, selama perhatian hatimu terpusat padanya. Apabila kalian bimbang, maka berhentilah." (HR. Muslim).

Oleh karena pemilihan waktu belajar Al Quran memperhatikan kebutuhan terhadap konsentrasi, datanglah bulan Ramadhan memberi kesempatan penuh kepada umat pembaca Al Quran untuk lebih dapat menghadirkan konsentrasi tersebut. Dengan puasa sebagai instrumen utamanya, konsentrasi belajar Al Quran diwujudkan dalam bentuk Self and Social Control.

Kita diwajibkan berpuasa di bulan Ramadhan. Alasan utamanya karena pada bulan itu Al Quran diwahyukan sebagai petunjuk yang dapat diikuti oleh seluruh manusia berikut dengan penjelasan-penjelasan tentang petunjuk tersebut, juga sebagai pembeda atau pemisah antara kelompok Haq (yang mengikuti petunjuk) dan kelompok Batil (yang menolak petunjuk) (QS. Al Baqarah [2] ayat 183-185). Itu berarti Ramadhan memang dimaksudkan sebagai bulan pembinaan Al Quran secara intensif dengan kontrol lebih ketat yang dilakukan diri sendiri, juga oleh lingkungan sosial.

Beginilah Kendali diri di bulan Ramadhan yang dicontohkan Rasulullah saw seperti yang dikabarkan Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut (dermawan) dalam segala kebaikan. Dan kelembutan Beliau yang paling baik adalah saat bulan Ramadhan ketika Jibril alaihissalam datang menemui Beliau. Dan Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur'an) hingga Al Qur'an selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Apabila Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau, maka Beliau adalah orang yang paling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berhembus. (HR. Bukhari).

Pada bulan Ramadhan, Kontrol diri, begitu juga dengan kontrol sosial, menjadi lebih ketat dibandingkan dengan bulan lainnya sehingga peluang berbuat kebaikan lebih terbuka lebar daripada peluang berbuat kejahatan. Oleh karenanya kita mendapati, pembelajaran Al Quran lebih semarak dari biasanya. Rasulullah saw bersabda:

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِيْ مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

“Jika malam pertama Ramadhan datang, maka setan-setan, dan jin-jin durhaka dibelenggu; pintu-pintu neraka ditutup. Maka tak ada satu pintu pun yang terbuka; pintu-pintu surga dibuka. Maka tak ada suatu pintu pun yang ditutup; Seorang pemanggil memanggil,”Wahai pencari kebaikan, menghadaplah; wahai pencari kejelekan, berhentilah”. Allah memiliki hamba-hamba yang dimerdekakan dari neraka. Demikian itu pada setiap malam”. [HR. At-Tirmidziy dan Ibnu Majah )

Setan, dari golongan jin atau manusia, berperan memalingkan manusia dari ajaran Allah. Oleh karenanya, kita memohon perlindungan Allah dari tipu daya setan saat mempelajari Al Quran (QS. An Nahl [16] ayat 98). Dan saat kita enggan belajar Al Quran, saat itulah setan mulai berupaya terus menerus menjauhkan kita dari belajar Al Quran (QS. Az Zukhruf [43] ayat 36-37). Nah, dengan kendali diri dan control social yang lebih ketat di bulan Ramadhan, membuat ruang gerak setan semakin sempit.

Puasa Ramadhan juga melatih kesabaran. Sikap sabar sangat dibutuhkan oleh orang yang sedang belajar Al Quran. Allah berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنزِيلاً ﴿٢٣﴾ فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ آثِماً أَوْ كَفُوراً ﴿٢٤)

023. Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur'an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. 024. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka. (QS. Al Insaan [76] ayat 23-24).

Membaca Al Quran adalah sebuah proses menemukan gagasan demi gagasan yang harus diwujudkan (sami’na wa atha’na). Namun dalam upaya mewujudkannya, pembaca Al Quran diminta bersabar sampai tiba waktu dan kondisi yang tepat untuk mewujudkannya. Contoh, kita membaca Al Quran di bulan Muharam lalu mendapati gagasan tentang pembinaan puasa Ramadhan. Apakah kita langsung mewujudkan gagasan tersebut? Tentu tidak, sampai kita memasuki bulan Ramadhan. Yang bisa dilakukan hanyalah merindukan dan mempersiapkan diri sampai datangnya bulan Ramadhan. Begitu pula dengan gagasan Allah lainnya, seperti: shalat, zakat, haji, jihad perang, khilafah, dll.

Begitulah Ramadhan dengan puasa sebagai instrument utamanya, ia menghadirkan kesempatan dan konsentrasi penuh untuk belajar Al Quran secara maksimal. Hasilnya adalah: لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ “agar kamu bertaqwa.” Untuk apa? Untuk dapat membaca Al Quran sebagai gagasan bagaimana menata kehidupan semesta (QS. Al Baqarah [2] ayat 2). Nah, bagi mereka yang tidak mampu membaca Al Quran secara bermakna untuk menemukan gagasan Ilahi di dalamnya, itu berarti mereka telah gagal melalui bulan pembinaan Ramadhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar