Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Sabtu, 04 April 2009

Berhenti Sejenak...(3)

CAHAYA PERJALANAN

Baiklah, kita telah sepakat melanjutkan perjalanan...Tapi nanti dulu, perlu disadari bahwa perjalanan ini akan sangat panjang sekali, mungkin akan sepanjang cerita kehidupan kita. Dan kita akan sering keluar masuk ke wilayah-wilayah gelap yang alan membuat kita jerih untuk melanjutkan perjalanan. Banyak bisikan yang datang dari berbagai sisi membuat kita terombang-ambing dalam kebimbangan, apakah ini jalan yang lurus? atau barang kali kita telah menyimpang jauh dari tujuan? Mereka berbisik: jangan berjalan terlalu jauh nanti kamu tersesat. Bisikan itu membuat nyali kita ciut dan pada akhirnya membuat kita tidak beranjak kemana-mana, tidak ke sini dan tidak juga ke sana.

Biarlah kita meniru Ibrahim as yang terus berjalan menemukan kebenaran tanpa takut tersesat. Ia berkata: inilah Tuhanku! Padahal bukan dan ternyata memang bukan. Beberapa kali ia berkata: inilah Tuhanku! dan beberapa kali pula ia salah, bahwa Tuhan bukan seperti yang disangkanya. Tekadnya mencari kebenaran membuatnya tidak takut tersesat. Yang dibutuhkan hanyalah percaya bahwa Tuhan akan membimbingnya kepada-Nya sampai akhirnya ia benar-benar menemukan, bahwa tiada Tuhan selain Allah.

Maka, begitulah seharusnya kita ketika mencari kebenaran. Jangan menjadi pengecut! Jadilah pemberani seperti Nabi Ibrahim as. Beliau terus-menerus mencari meski harus memasuki wilayah-wilayah yang dianggap oleh banyak orang sebagai wilayah gelap. Bahkan, seluruh kehidupan kita ini adalah kegelapan. Maka, berhenti atau meneruskan perjalanan, tetap saja kita berada di wilayah gelap. Jikalau kita memilih berhenti berjalan, bisikan-bisikan itu akan tetap datang: apakah hanya untuk ini kamu diciptakan?

Memasuki wilayah gelap tidak cukup bermodalkan keberanian semata, kita membutuhkan cahaya. Tapa cahaya, saya khawatir kita mengenali sesuatu tidak apa adanya, seperti sebuah kisah tentang orang-orang yang mengenali seekor gajah di tempat gelap. Akhirnya, seekor gajah yang utuh apa adanya didefinisikan tidak apa adanya. Mereka berteriak dengan seyakin-yakinnya: Gajah ini panjang seperti ular! padahal mereka hanya mengenali gajah dari sisi belalainya saja. Maka, kita memerlukan cahaya yang terang benderang untuk menemukan jalan yang sesungguhnya, hingga pada akhirnya kita menemukan identitas sebagai muslim yang utuh apa adanya.

Untuk melanjutkan perjalanan ini, saya hanya memiliki sedikit cahaya yang kadang menyala dan kadang meredup. Oleh karena itu, saya memerlukan anda sebagai teman seperjalanan. Cahaya anda akan membuat perjalanan bertambah terang. Apalagi, anda berkenan mengundang teman-teman lainnya bergabung dalam perjalanan ini, cahaya kita akan lebih menyala bertambah terang.

Sesungguhnya, setiap orang telah melakukan pergumulan kehidupannya masing-masing. Apa pun bentuk pergumulan itu, tentu menghasilkan cahaya. Dan apabila kita tetap bersama-sama, maka kita memiliki cahaya yang berlapis-lapis. Dengan demikian kita tidak lagi mempersoalkan, berada dimanakah kita? berada di depan, di tengah, di belakang, atau di pinggir. Karena berada di manapun, kita tetap berada di dalam lingkaran cahaya.

Cahaya apakah itu? Sang guru, Syekh Abdul Qodir Jaelani berkata: cahaya itu adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah. Tentunya yang dimaksud oleh Syekh adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah yang dibaca dan dipahami untuk mengeja ayat-ayat semesta. Tanpa dibaca dan dipahami, ayat-ayat Al-Qur'an dan As-Sunnah hanya menjadi seprti pohon, batu, arca, dan ayat-ayat semesta lainnya yang diagungkan, dipuja dan disembah layaknya Tuhan. Padahal ayat-ayat itu hanyalah tanda-tanda yang digunakan sebagai cahaya untuk menemukan ayat-ayat atau tanda-tanda lainnya, hingga pada akhirnya, kumpulan ayat/tanda itu akan mengantarkan kita, para musafir, kepada tujuan sebenarnya. Dan tanda bukanlah tujuan.

Ada komentar menarik yang dituliskan oleh Dian Novriadi, SAHABAT KLIK saya di FB, dia bilang begini, "CAHAYA itu ILMU dan ILMU itu PENGETAHUAN ,terserah darimana mas mau mencari CAHAYA itu.saya stuju dengan memahami GAJAH ,akan tetapi kita mesti berusaha memahami secara utuh dan LENGKAP. bisa jadi kesadarn itu datang dari NIAT dari dalam diri kita untuk berusaha belajar MENGENAL DIA, ada empat pilihan....MENGENAL dari DZATNYA,SIFATNYA ASMA'NYA aTau AF'AL NYA,kira2 kita mampu untuk mengenal DIA di sisi mana...? ,maka kita mseti mau belajar BELAJAR bila ingin mengenal DIA (menuntut ILMU itu WAJIb bagi laki2 maupun wanita ,dapat atau tidaknya PELAJARAN dalam menuntut ILMU,itu URUSAN YANG MAHA KUASA)"

Nah sekarang, barulah benar-benar kita siap melanjutkan perjalanan menemukan identitas sebagai MUSLIM apa adanya, yaitu seorang manusia yang diciptakan utuh dalam bentuk rohani-jasmani, spiritual-material, duniawi-ukhrowi. Dengan sisi rohaninya, ia menjadi hamba Allah tanpa batasan waktu dan tempat, dan dengan sisi jasmaninya ia menjadi wakil Allah sebagai penanggung jawab bumi (dalam istilah Sachiko Murata) atau pengemban amanah (dalam istilah Laleh Bahtiar), untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

Lanjutkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar