Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Rabu, 04 Maret 2009

Siapkah Kita Menerima Rezeki-Nya?

Suatu sore, seorang karyawan di bagian pelayanan datang bertanya:
Pak, koq gaji saya tidak naik-naik ya?
Kamu mau gaji kamu naik lebihh besar lagi?
Ya mau lah pak?
Apakah kamu sudah siap?
Maksudnya pak?
Coba dengarkan baik-baik...

Saya ambil posisi serius dari sebelumnya. Ini masalah besar yang harus saya jelaskan. Bukan hanya soal gaji saja, tetapi juga soal kehidupan yang lebih kompleks dari sekedar berapa gaji yang diterima?

Begini,
Seberapa banyak yang kamu terima tergantung dari seberapa banyak kesiapan kamu untuk menerimanya. Jika kamu hanya menyediakan kedua belah tangan, dapatkan kamu menerima beras sebanyak 1 ton? Tidak! dengan kedua belah tangan, kamu hanya dapat menerima dua genggam beras saja.

Sebagai muslim, kita menuadari bahwa Allah swt maha kaya. Milik-Nya adalah langit - bumi dan apa yang terserak diantara keduanya. Kabar baiknya, Dia bukanlah sosok yang bakhil. Dia tidak meminta syarat untuk memberi dan tidak meminta ganti setelah memberi. Dia hanya melihat kesiapan kita sebelum memberi, agar pemberian tetap menjadi anugerah, bukan musibah.

Shadr Ad-Din Al-Qunawi berkata: "berlimpah dan berkurangnya bagian dari karunia Allah swt, dzatiyyah dan asma'iyyah, kembali pada sempurna dan tidak sempurnanya kesiapan penerima."

Jadi, sekali lagi, apakah kamu telah menyiapkan diri menerima gaji lebih besar?
Apa yang harus saya siapkan pak?

Pertama, tinggalkan dosa, baik itu dosa lahir atau dosa batin. Kedua, lakukan ketaatan, baik itu ketaatan lahir atau ketaatanm batin.

Sang karyawan diam....tanya urusan gaji koq larinya keurusan dosa?

Maksudnya pak?

Rosul saw bersabda: "Sesungguhnya seorang hamba mengharamkan rezeki dengan dosa yang dilakukannya." (At-Turmidzi, Ibn Hambal). Hati itu ibarat botol kecap. Semakin banyak kamu memasukkan air, semakin banyak pula kecap yang keluar. Jika kamu terus mengingat gaji maka ingatanmu kepada Allah akan tersingkir. Dan itu adalah dosa batin! Hapus dosa itu dengan memasrahkan batinmu dengan terus mengingat bahwa tidak Tuhan selain Allah. Selanjutnya di hati kamu akan tersebut: Allah, akan terdengar: Allah. Kemanakah soal gaji? musnah, tiada, tergantikan oleh Allah. Persis sama seperti kebinasaan Musa dan kehancuran gunung ketika Musa ingin melihat Allah.

Ingatlah Allah telah berfirman:"Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk." (Qs. Hud: 114). Dan Rosul saw telah bersabda: "Iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, karena (perbuatan baik) menghapus perbuatan buruk." (At-Turmudzi, Ibnu Hambal, Ad-Darimi).

Hapus dan gantikan dosa dengan ketaatan! Jika kamu terus mengingat Allah, kamu telah melakukan ketaatan batin. Jika kamu memasrahkan keadaan kamu, bahwa Allah, saat ini, telah menempatkan kamu sebagai karyawan, dengan melakukan kewajiban-kewajiban sebagaimana harusnya seorang karyawan, kamu telah melakukan ketaatan lahir. Apakah kamu pasrah Allah telah memilih kamu sebagai karyawan? kalau kamu menjawab: ya! kamu tidak akan bolos kerja atau malas bekerja. Pasrah = ya udah jalanin aja... Menentang = sekali-kali protes dan berontak.

Ketaatan yang kamu lakukan terus menerus, baik sebagai hamba Allah (hablumminallah) maupun sebagai karyawan (hablumminannas) akan menyucikan kamu dari dosa-dosa. Dengarkan Rosul saw bersabda: "Biasakanlah selalu dalam keadaan suci niscaya diluaskan rezeki bagimu."

Yang paling T.O.P.B.G.T. adalah kamu melakukan Ihsan, yaitu kamu melakukan kewajiban-kewajiban kerja melebihi dari standar yang dituntut darimu. Misalkan, status kamu saat ini adalah senior service, tapi kamu bekerja melebihi fungsi dan tugas senior service, kamu mampu melakukan pekerjaan Supervisor, maka gaji yang layak untukmu adalah gaji seorang Supervisor.

Nah, apakah kamu sudah siap menerima gaji lebih besar?

Karyawan itu menjawab dengan senyum getir.....mau naik gaji koq repot amat ya?

----
Sumber bacaan:
Shadr Ad-Din Al-Qunawi, Pancaran Spiritual, penerjemah: Iwan Kurniawan, Jakarta: Lentera, Cet.3, 2001

2 komentar:

  1. subhanallah, bagus tulisanya mas.
    minta ijin nge-link & share

    BalasHapus
  2. subhanallah, bagus tulisanya mas.
    Minta ijin nge-link & share.

    BalasHapus