Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Senin, 30 Maret 2009

Muslim Memilih

Bagi seorang muslim, selalu ada niat yang mendasari perbuatannya. Ia tidak akan bertindak tanpa mengetahui niatnya terlebih dahulu. Ini dikarenakan niat lebih dihargai daripada tindakan. Rosulullah saw bersabda, setiap perbuatan harus disertai dengan niat. Begitu juga ketika muslim membuat pilihan.

Pada pemilu kali ini, seperti anda, saya mempunyai niat memilih caleg baik dari partai baik. Apakah ada caleg dan partai baik? itu menjadi persoalan yang membutuhkan pembahasan di tempat lain. Yang dibahas disini adalah, memilih atau tidak memilih haruslah didasari oleh niat.

Ketika seorang muslim telah berniat memilih, itu berarti ia mengetahui benar: 1) mengapa memilih? dan 2) siapa yang dipilih? Apapun jawabannya, pasti berharga baginya, sehingga ia bersungguh-sungguh mewujudkan niatnya itu. Begitu juga ketika ia telah berniat tidak memilih alias golput.

MENGAPA MEMILIH?

Saya tidak ingin berdebat, manakah yang lebih baik, memilih atau tidak memilih? saya percaya, muslim yang berniat memilih telah melihat masih ada caleg baik dari partai baik yang pantas dipilih, ia khawatir seandainya caleg dan partai yang ia anggap baik itu tidak terpilih. Begitu juga dengan muslim yang berniat tidak memilih, ia telah melihat tidak ada satu pun yang pantas dipilih.

Jadi, masih adakah yang pantas dipilih pada pemilu 2009 ini? ah, pertanyaan semacam itu selalu saja menggoda untuk dijawab. Tapi sungguh, saya benar-benar tidak ingin berdebat tentang baik-buruk, benar-salah, pantas-tidak pantas.

SIAPA MEMILIH SIAPA?

Saya percaya, sebuah pilihan menentukan kualitas pemilihnya. Pilihan yang buruk menunjukkan pengetahuan pemilih tentang pilihannya adalah seburuk yang ia pilih. Kalau begitu, kualitas parlemen yang selalu menjadi langganan berita acara KPK adalah cerminan dari kualitas pemilih pada pemilu 2004 lalu. Bagaimana dengan pemilu 2009? tergantung kualitas pemilih kali ini. Orang yang dengan sadar menerima uang panas dari seorang caleg pasti akan memilih caleg yang juga dengan sadar akan menerima uang panas dar i pihak lain. Begitulah, pemilih korup akan memilih politisi korup. Jika ada politisi busuk, itu karena ada pemilih busuk. Siapakah pemilih busuk itu? bisa siapa saja, asalkan bukan kita, karena kita adalah seorang muslim.

Seorang muslim akan memilih sesama muslim sebagai pemimpin, karena ia telah tunduk dan patuh pada ajaran Allah dan Rosul-Nya. Adakah seorang muslim yang rela dipimpin oleh non muslim? Bagi muslim, tidak ada perbedaan antara pemimpin negara dan pemimpin agama, pemimpin dunia dan pemimpin akhirat. Pemimpinn yang dibutuhkannya adalah pemimpin yang membimbing bagaimana bisa hidup didunia dengan baik agar bisa hidup diakhirat dengan baik pula. Pemimpin seperti itu hanya bisa dipenuhi oleh seorang muslim.

Ah, pertanyaan ini menggoda lagi, bagaimanakah membedakan antara pemimpin yang benar-benar muslim dan pemimpin yang mengaku muslim? Baiklah, barangkali kisah berikut ini bisa membantu menjawab,

Seorang sultan mengadakan perlombaan antara seniman Yunani dan Cina untuk menentukan siapa yang lebih baik. Keduanya diberikan sebuah ruangan untuk memperlihatkan bakatnya. Kedua ruangan itu berhadapan, pintunya terbuka. Orang cina mengambil salah satu, orang Yunani mengambil satunya lagi. Orang Cina meminta ratusan cat. Orang Yunani tidak meminta apa-apa karena telah berencana akan membersihkan dinding dari karat. Keduanya menutup pintu dan bekerja dengan rajin.

Setelah merampungkan pekerjaannya, orang Cina mulai memukul genderang gembira. Sang sultan dayang dan melihat lukisan mereka. Begitu melihatnya, ia tergetar oleh keindahan dan kemegahan seni itu. Lalu, ia pindah ke ruangan yang memamerkan keahlian orang Yunani. Orang Yunani menyingkapkan tirai sehingga pantulan lukisan orang Cina meneganai dinding yang telah dibersihkannya dari karat, sehingga dinding memantulkan karya orang cina. Apa yang dilihat sultan diruangan Cina tampak lebih indah di sini karena alih-alih mencoba meniru pekerjaan Pencipta, orang Yunani dapat memantulkan karya-Nya. Mata sultan sangat terkagum-kagum.

Dari kisah diatas, dan mengingat hati seseorang bagaikan cermin, saya menyimpulkannya begini,
Hanya dengan terus menerus memperbaiki diri kita bisa membedakan hal-hal baik dan hal-hal buruk.
Hanya dengan sungguh-sungguh menjadi muslim kita bisa membedakan antara muslim asli dan muslim palsu.
Nah, bagaimana dengan kesimpulan anda?

1 komentar:

  1. Assalamualaikum

    saya setuju banget pendapat anda, jangan menjadi seseorang yang hanya terdiam terpaku menunggu perubahan. Klo terpaku diam diri bagaimana ada perubahan

    BalasHapus