Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Kamis, 30 Oktober 2008

Aduh Bunda... Tolonglah!

ADUH BUNDA...TOLONGLAH!

Persekongkolan! Jelas ini adalah konspirasi terjahat yang pernah dilakukan oleh dua perempuan: Bunda dan nenekmu. Tega-teganya mereka berdua pergi seharian meninggalkan kita berdua. Kini tinggal engkau dan aku. Engkau adalah manusia awal-awal dan aku adalah manusia pertengahan. Engkau belum pernah melakukan banyak hal maka engkau senang sekali mencoba semua hal dan semua hal itu bagimu menyenangkan. Sedangkan aku sudah pernah melakukan banyak hal dan kalaupun banyak hal itu aku ulangi lagi belum tentu menyenangkan bagiku. Kesimpulannya: sepanjang hari berduaan denganmu bisa melelahkan juga. Tapi bukan itu masalah sebenarnya. Masalah sebenarnya adalah....engkau belum berak sepanjang hari ini. Bagaimana kalau tiba-tiba perutmu mules, dan....perutut..perutut..perutut, dan....oalah Bunda, kenapa dikau belum pulang-pulang juga.

Sebenarnya, buang hajat adalah kegiatan manusiawi, maka harus disikapi secara manusiawi pula. Hanya saja akibat-akibat sampingan yang ditimbulkan oleh aktifitas buang hajat itu bisa saja menjadi tidak manusiawi. Misalnya, orang bisa saja lari tunggang langgang (bayangkan fragmen ini terjadi dilingkungan padat rumah di kawasan Jakarta Barat) dan menabrak apa saja yang merintangi jalannya, kemudian mengedor-gedor pintu kamar mandi umum, mengusir paksa penghuni terdahulu. Caci maki, bentakan kasar bisa saja terucap manakala lahar di dalam perut sudah menggelegak sedemikian parah dan siap dimuntahkan. Bahkan sebelum kamar mandi umum itu dibangun secara urunan dan sebelum poster-poster yang mengajarkan cara buang hajat yang baik ditempel oleh para sukarelawan kelurahan, orang yang perutnya siap meletus bisa saja “hajatan” disembarang tempat, disitulah sifat kemanusiaan hilang karena mulai bermunculan poster bertuliskan: dilarang berak disini kecuali anjing! Jelas poster itu bukan ditujukan kepada anjing.

Buang hajat menjadi tidak manusiawi manakala mengintimidasi orang sekitarnya yang memang rentan, baik secara fisik maupun psikis, terhadap akibat-akibat sampingan yang ditimbulkan oleh aktifitas itu, seperti rasa jijik dan mual yang tak terkira-kira. Karena itulah Rosulullah SAW melarang buang hajat disembarang tempat, seperti di wilayah publik dan (lebih khusus lagi) dibawah pohon. Kenapa di bawah pohon, secara khusus, mejadi tempat terlarang untuk “hajatan”? karena di situlah tempat permulaan, pertengahan, dan pengakhiran berjalannya satu bagian dari episode-episode kehidupan. Episode Ayah Bundamu juga bermula dari situ, bukan untuk apa-apa, hanya sekedar untuk menyerap nuansa: cinta yang berakar kuat akan meneduhkan sekitar.

Dan aku adalah termasuk kelompok orang yang tidak tahan dengan aroma dan pemandangan “hajatan” yang digelar oleh orang lain, bahkan oleh engkau sendiri, anakku. Lalu bagamana aku akan sanggup berada antara engkau dan hajat besarmu?

Waktu pertama kali hajat besarmu memang belum terasa apa-apa, karena asupanmu hanyalah ASI. Tapi setelah satu tahun lebih usiamu, semakin beraneka rupa yang engkau masukan ke dalam perutmu semakin beraneka rupa pula yang keluar dari perutmu.

Jadi, saat-saat berdua denganmu adalah saat-saat kecemasan yang meneror. Sampai akhirnya......assalamu’alaikum, Bunda datang, pas pada waktunya!

Benar anakku, Tuhan tidak akan membebankan seseorang dengan beban yang tiada sanggup dia memikulnya. Pada saat situasi menjadi kritis, daya dan harapan mentok sudah, pikiran membuntu, saat itulah Tuhan bertindak, tepat pada waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar