Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Kamis, 07 Agustus 2008

SPIRITUAL PARENTING: Membangun Karakter, Mengungguli Kehidupan

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur terpanjatkan hanya kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang menciptakan segala sesuatu kemudian sibuk mengurusnya setiap hari. Salam serta shalawat senantiasa tercurahkan untuk Baginda Rosulullah SAW yang telah memberikan teladan bagaimana menjadi hamba yang mengabdi kepada Tuhan yang kekuasaan-Nya tak terbatas, pengetahuan-Nya meliputi, Dzat yang Maha Esa tiada duanya.
Kali ini kami harus mengucapkan terima kasih kepada banyak orang. Saking banyaknya, nama-nama mereka tidak dapat disebutkan satu persatu di sini. Diantara mereka ada yang kami kenal dan lebih banyak lagi yang tidak kami kenal. Mereka semua memiliki andil dalam menyelesaikan buku ini.
Orang bijak berkata, apa yang kita lakukan hari ini tidak terlepas dari apa yang kita lakukan kemarin, tapi dalam melakukan sesuatu kita tidak sendiri, banyak yang ikut andil dalam mewujudkan perbuatan kita. Kadang kita menjadi sebab bagi orang lain dan kadang pula kita menjadi akibat dari orang lain.
Apa yang dituliskan oleh para penulis merupakan buah dari pengalaman, baik itu berupa pengalaman bernalar maupun pengalaman berbuat. Pengalaman tidak terbentuk dengan sendirinya, ia merupakan hasil interaksi dengan pengalaman yang lain. Kita tidak bebas sendirian. Kita terikat dengan orang lain bahkan dengan semesta alam. Kita merupakan bagian dari cerita kehidupan yang terus bergulir episode demi episode, episode suka atau pun episode duka.
Seperti kedebong pisang hanyut terbawa aliran sungai, kami tidak berdaya mengikuti arus kehidupan, bukan kehidupan orang per orang tetapi kehidupan semesta. Pengalaman hanyut itulah yang membuahkan buku ini.
Sebagaimana layaknya buah, ia dapat dinikmati oleh siapa saja yang suka, oleh karenanya menimbulkan kepuasan yang menyegarkan. Bagi yang tidak suka, buah ini juga dapat dinikmati tapi harus dengan satu alasan: untuk menyembuhkan.
Alasan utama yang begitu kuat mendorong kami merampungkan buku ini adalah untuk membangun karakter tiga orang agar mampu mengatasi gelombang pasang surut kehidupan. Ketiga orang itu adalah kami berdua sebagai orang tua dan anak kami sebagai seorang anak. Sebagai orang tua, kami harus berisi agar kami bisa berbagi dengan anak kami. Apa yang bisa kami berikan jika kami hanyalah botol kosong? Maka untuk berisi, kami harus mengosongkan diri dan membiarkan untuk menerima apa yang dapat disampaikan oleh kehidupan di luar diri. Mengosongkan diri lalu membiarkan untuk menerima berarti mendengar, melihat dan membaca tanpa prasangka.
Allah menciptakan alam semesta ini, termasuk kita didalamnya, sebagai tanda-tanda yang mengantarkan kepada-Nya. Tanda-tanda itu tidak diam melainkan sibuk berbicara, menasehati, mengajarkan, memberi kabar gembira, memberi peringatan, tetapi tidak mesti dengan kata-kata. Ketika kita mengosongkan diri maka kita telah siap menerima curahan rahmat dan bimbingan-Nya agar kita tidak terombang-ambing lalu tenggelam, dikalahkan oleh kehidupan, yang ternyata kebanyakan isinya hanyalah ilusi yang sering dianggap nyata.
Merasa telah menjadi penuh dan cukup dengan pengalaman bernalar dan berbuat yang oleh karenanya kita sudah merasa benar, hanyalah membangun dinding beton yang menghalangi datangnya kebenaran lain yang boleh jadi membuat kebenaran yang telah kita yakini menjadi rapuh. Allah berfirman: “Mengabdilah kepada Tuhanmu sampai datang Al-yakiin.” Al-yakiin itu adalah kebenaran hakiki, yaitu kematian. Selama kita masih hidup, apakah kita yakin kebenaran itu telah penuh sehingga kita membatasi diri dari yang lain?
Kebenaran bisa datang dari mana saja, bahkan dari kejahatan sekalipun. Seringkali kita mampu melihat kebenaran ketika sekeliling kita menjadi gelap gulita, ketika kita merasa tidak lagi berdaya.
Maka buku ini mengajak para pembaca untuk mengisi kehidupan dengan kekosongan agar hikmah bisa lebih terserap, lalu setelah terisi kita bisa berbagi dengan sekitar, terutama keluarga kita sendiri. Akan tetapi, sekali lagi, sebelum Anda terisi, bersediakah Anda terlebih dahulu menjadi kosong? Jika bersedia, kami ucapkan selamat membaca.

Lebak, 20 Juli 2008
Penulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar