Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Jumat, 29 Maret 2013

Al-Waqiah dan Kekayaan (Bag.3)

.بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ...

Sebelum dilanjut ttg sistematika surat Al-Waqiah terkait dg cara mencapai Kekayaan Abadi. , kita review sedikit ya..

Membaca AL-WAQIAH = membaca PETUNJUK menuju KEKAYAAN ABADI

Apakah setelah membaca petunjuk Al-Waqiah kita akan menjadi kaya? Ya, tentu saja! Asalkan memenuhi syarat:
1. MEMAHAMI petunjuk yg diberikan Al-Waqiah.
2. MELAKSANAKAN apa yg sudah dipahami.

MEMAHAMI dan MELAKSANAKAN dlm bahasa Al-Baqarah ayat 285 disebut: سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا -
sami`naa = memahami
atha` naa. = melaksanakan

Jadi sepakat ya..
Bahwa surat AL-WAQIAH BUKAN MANTRA, tetapi petunjuk strategis yg bisa dipahami dan dilaksanakan.

Secara sistematis, Al-Waqiah memulai dari TUJUAN, MOTIVASI mencapai tujuan, PROSES yg harus dilalui, dan terakhir EVALUASI lalu KESIMPULAN agar kita tetap berada dijalur yg benar ke arah tujuan.

---

TUJUAN dicapai melalui PROSES, dan wajar jika dalam proses kita alami JATUH-BANGUN. Yg perlu kita perhatikan adalah:

Orang miskin bisa saja bangkit menjadi kaya, asalkan mereka memiliki kebiasaan orang kaya sejati, yaitu tidak berkata yg sia-sia ataupun perkataan yg mengundang dosa, seperti diisyaratkan Al-Waqiah ayat 25-26.

Itu artinya, orang miskin yg hendak menjadi kaya haruslah mulai menjadi pribadi yg bermanfaat, menyenangkan, jujur dan amanah.

Dan orang kaya bisa saja jatuh miskin oleh karena kesombongan dan hidup bermewahan,
إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُتْرَفِينَ ٤٥
45. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan.
وَكَانُوا يُصِرُّونَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيمِ ٤٦
46. dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar.
وَكَانُوا يَقُولُونَ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ ٤٧
47. dan mereka selalu mengatakan: "Apakah bila Kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, Apakah Sesungguhnya Kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?
أَوَآبَاؤُنَا الأوَّلُونَ ٤٨
48. Apakah bapak-bapak Kami yang terdahulu juga?"

Sombong = tdk bersyukur dan menolak kebenaran. Itulah yg membuat orang kaya jatuh kembali menjadi miskin.

Yg kita inginkan adalah kualitas yg menanjak semakin tinggi, semakin kaya, hingga sampai pada kekayaan abadi pada akhirnya nanti.

Nah kawan,
Mari kita saling mengingatkan, agar dalam MENJALANI PROSES ini kita bisa BERSABAR dan BERSYUKUR sesuai dg kondisi kita.

Kaya ataupun miskin selama masih proses, itu berarti belum berakhir...
Dan bagi siapa saja yg tetap dalam petunjuk اللّهُ akan mendapatkan akhir yg baik.

Rencana اللّهُ pasti lebih baik.
Maka, biarkan semua proses berjalan sesuai rencana-Nya.

---

PROSES mencapai TUJUAN tentu saja menghasilkan KEBERHASILAN dan KEGAGALAN. Oleh karena itu, kita perlu EVALUASI

Dalam proses, keberhasilan bisa saja semakin meningkat atau bahkan berubah menjadi kegagalan, dan sebaliknya, kegagalan bisa saja semakin terpuruk atau bahkan berubah menjadi keberhasilan.

Maka, Al-Waqiah mengajak pembacanya untuk evaluasi diri agar tdk terlena dalam keberhasilan ataupun terpuruk dalam kegagalan.

Coba perhatikan, Al-Waqiah mengajukan pertanyaan" evaluatif sbb:
أَفَرَأَيْتُمْ مَا تُمْنُونَ ٥٨
58. Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.
أَأَنْتُمْ تَخْلُقُونَهُ أَمْ نَحْنُ الْخَالِقُونَ ٥٩
59. kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya?
أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَحْرُثُونَ ٦٣
63. Maka Terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam.
أَأَنْتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزَّارِعُونَ ٦٤
64. kamukah yang menumbuhkannya atau kamikah yang menumbuhkannya?
أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ ٦٨
68. Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.
أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ ٦٩
69. kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya?
أَفَرَأَيْتُمُ النَّارَ الَّتِي تُورُونَ ٧١
71. Maka Terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan dengan menggosok-gosokkan kayu.
أَأَنْتُمْ أَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَا أَمْ نَحْنُ الْمُنْشِئُونَ ٧٢
72. kamukah yang menjadikan kayu itu atau kamikah yang menjadikannya?

Jika demikian,
Pantaskah kita sombong atas keberhasilan? Pantaskah kita berputus asa atas kegagalan?

Setelah mengajukan pertanyaan evaluatif, Al-Waqiah mengajak pembacanya mulai ACTION lagi, karena evaluasi yg diajukan bukan evaluasi akhir tapi evaluasi di tengah proses.

Maka, action setelah evaluasi haruslah lebih terarah sesuai pedoman aksi

فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ ٧٤
74. Maka bertasbihlah dengan menyebut nama Rabbmu yang Maha besar.

BERTASBIH = bukan sekedar memutar dan menghitung biji tasbeh
BERTASBIH = mensucikan اللّهُ bagaimana caranya? Apakah hanya dg melisankan kalimat subhanallah berulang kali?

Selain manusia, ALAM SEMESTA  ini juga bertasbih.

Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) shalat dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS. An-Nuur:41)

Kata tasbih berasal dari akar kata
سَ ب ح
Yg berarti bergerak, beredar, berenang

Yuk kita bandingkan dg kata 'yasbahuun' yg di artikan beredar, silakan buka Al-Quran dan cek teks arabnya ya

"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Qs. 21:33)

Matahari dan bulan bertasbih = beredar di dalam garis edarnya

Alam semesta, contohnya: burung, telah mengetahui cara tasbihnya masing“ dan bagaimana dg manusia?

Setelah ayat" evaluatif, Al-Waqiah memberikan arahan:

فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ ٧٤
74. Maka bertasbihlah dengan menyebut nama Rabbmu yang Maha besar.

Arahan tersebut bisa dipahami:
BERTASBIHLAH dg NAMA RABBmu = berbuat sibuklah (ACTION) dg ajaran Rabbmu..

Bagaimanakah?
Al-Waqiah ayat 75-82 akan menjelaskan ttg PEDOMAN AKSI

Bersambung ya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar