Sang Raja memasuki istana dengan terengah-engah. Jiwa-raganya telah terletihkan oleh prasangkanya terhadap kata-kata yang tertulis pada akar itu. Ia mengira kata-kata itu hendak memaksa masuk melalui lubang kecil di telinganya dan menuntut untuk dipahami. Ia berlari sekencang-kencangnya … terus berlari sejauh-jauhnya … mengejar keinginannya yang telah lebih cepat berlari lebih kencang lebih jauh menghindari kata-kata … nafasnya tersengal-sengal … tetapi bawah sadarnya seperti tak perduli terus menuliskan kata-kata itu berulang-ulang di benak pikirannya agar ia baca berkali-kali … Kesadarannya mengingkari … ITU HANYALAH SEKUMPULAN TINTA YANG TERSUSUN DAN KERTAS BELAKA … ATAU SUARA YANG MENGUAP TAK BERBEKAS LALU SIRNA … Bawah sadarnya terus memaksa … kalau begitu mengapa engkau harus takut? Dipahami atau tidak, kata-kata itu hanyalah tinta, kertas atau suara yang sebentar lagi terlupakan. Bukan wujudnya, tetapi alasan dari keberadaannya. Bacalah keras-keras dalam hatimu sendiri agar engkau tahu untuk apa kata-kata itu tersusun atau tersuarakan … Kesadarannya terus berlari menghindar … TAPI SIAPAKAH YANG….? Bawah sadarnya langsung menghadang … jangan bertanya: siapakah yang menuliskan? … siapakah yang menyuarakan? … tapi bertanyalah: untuk apa? Maka engkau akan memperoleh gagasan yang … TIDAK! Kesadarannya menerjang, menguasai dan menekan bawah sadarnya sampai ketingkat yang paling dasar sehingga tak mampu lagi bersuara. Yang boleh terdengar hanyalah suara yang dikehendaki secara sadar … TIDAK ADA SATU GAGASAN PUN YANG AKAN MERUBAH KEHIDUPAN YANG TELAH BERLANGSUNG SELAMA RIBUAN TAHUN … SELURUH PENGHUNI HUTAN RIMBA RAYA TELAH MERASA CUKUP DENGAN APA YANG ADA SELAMA INI … Sang Raja telah memutuskan bahwa ia harus melindungi kehidupan yang menurut pengetahuannya baik-baik saja, dan oleh karenanya tidak perlu ada yang berubah. “PANGGIL JENDRAL SERIGALA HITAM!” titahnya menyasar sekenanya. Dan yang terkena sasaran titahnya itu lari blingsatan mencari Sang Jendral.
Sang Raja duduk mengistirahatkan jiwa-raganya di atas singgasana. Sayup-sayup ia mendengar suara langit berputar-putar semakin tinggi semakin jauh … NAFSU MENJADI DAN KETAKUTAN AKAN TIADA MENUTUPI REALITAS SESUNgguhnya, yang digenggamnya hanyalah yang tampak ada yang sesungguhnya tiada … Sang Raja hanya mendengar suara yang semakin jauh semakin menghilang. “Hhmm… hanya angin yang berhembus,” gumamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar