Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Sabtu, 28 Mei 2011

KEMAMPUAN TEKNIS PEMBACA AL QURAN: WAWASAN SEJARAH


Abu Bakar berkata: “Langit yang mana aku bernaung, bumi yang mana aku berpijak, kalau aku menafsirkan Kitabullah tanpa ilmu”. Perkataan Abu Bakar itu menunjukkan bahwa seorang pembaca Alquran haruslah memiliki ilmu sebagai kemampuan teknis yang dibutuhkan untuk memahami bacaannya. Pada pembahasan lalu, telah dikemukakan dua kemampuan teknis, yaitu penguasaan bahasa Arab dan wawasan ayat (ayat dipahami dengan ayat lainnya). Kemampuan teknis lainnya adalah wawasan sejarah.

"(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam) nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya." (QS. An Nuur [24] ayat 1)

Sebagai Bayyinat, Al Quran tidak saja dijelaskan oleh ayat-ayatnya sendiri dalam Al Quran, tetapi juga Al Quran dijelaskan pula oleh catatan sejarah/peristiwa yang terjadi di luar Al Quran sebagai data pendukung. Catatan sejarah itu dapat bersumber dari sejarah kehidupan Muhammad Rasulullah saw.

Rasulullah s.a.w. bersabda,

أَلَا إِنِّي أُوتِيْتُ الْقُرْآنَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ

“Ketahuilah, aku diberi al-Quran dan sesuatu yang serupa dengannya (al-Quran) bersamanya (yaitu as-Sunnah).” (HR. Ahmad dari Al-Miqdam bin Ma’di Kariba al-Kindi).

Ketika Aisyah ditanya bagaimana kepribadian (akhlak) Rasulullah s.a.w. , beliau menjawab:

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ

Maksudnya: Akhlak Rasulullah s.a.w. refleksi dari keseluruhan syari’at Alllah yang terdapat di dalam al-Quran (HR. Muslim ).

Allah berfirman,

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al Ahzaab [33] ayat 21)

Jika Al Quran diposisikan sebagai konsep kehidupan manusia, keseluruhan hidup Muhammad Rasulullah saw dapat diposisikan sebagai contoh nyata penerapan konsep tersebut. Tidak mungkin, kita ingin menerapkan konsep Al Quran tetapi kita mengabaikan contoh nyata penerapan konsep tersebut yang telah dipentaskan oleh Muhammad Rasulullah saw.

kehidupan para Sahabat dan generasi setelahnya dapat pula dirujuk sebagai data sejarah dalam memahami Al Quran. Begitu juga dengan catatan-catatan sejarah lainnya yang menjelaskan bahwa Al Quran adalah berita yang benar dan dapat dibuktikan kebenarannya.

"Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (QS. Ali Imraan [3] ayat 137)

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (QS. An Nahl [16] ayat 36)

"Katakanlah: "Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa." (QS. Al Quran [27] ayat 69)

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Ankabuut [29] ayat 19-20)

Buku adalah jendela dunia, maka engkau dapat menjelajahi dunia masa kini, dan bahkan dunia masa silam dengan membaca buku-buku sejarah.

Sabtu, 21 Mei 2011

KEMAMPUAN TEKNIS PEMBACA AL QURAN: WAWASAN AYAT


Penguasaan bahasa Al Quran saja tidak mencukupi bagimu untuk memahami ajaran-ajaran Al Quran. Engkau juga harus memiliki wawasan ayat Al Quran yang lengkap. Membaca Al Quran berarti meniti pemahaman dari satu ayat kepada ayat lainnya. Ayat yang satu menunjuk kepada ayat lainnya. Ayat yang satu menjelaskan ayat lainnya. Tidak cukup bagimu hanya berpedoman satu ayat saja dan mengabaikan ayat lainnya. Al Quran diturunkan dalam satu paket lengkap: petunjuk, dan pejelasannya. Bukan penjelasan sederhana, tetapi penjelasan yang paling baik.

"Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya." (QS. Al Furqaan (25) ayat 33)

Sebagai gambaran, betapa bagusnya penuturan Al Quran, sejarah mencatat, bahwa An Nadhar bin Al Harits pernah berupaya menandingi Al Quran dalam menuturkan berita-berita tentang umat masa lalu. Dalam upaya itu, An Nadhar pergi ke Hirah. Di sana dia mempelajari kisah para raja Persi, perkataan Rustum dan Asfandiyar. Jika Muhammad Rasulullah SAW mengadakan suatu pertemuan untuk mengingatkan kepada Allah dan menyampaikan peringatan tentang siksa-Nya, maka An Nadhar menguntit di belakang beliau, lalu berkata, “Demi Allah, penuturan Muhammad tidak sebagus apa yang kututurkan.” Lalu dia berkisah tentang raja-raja Persi, Rustum, dan Asfandiyar. Setelah itu dia berkata, “Dengan modal apa penuturan Muhammad bisa lebih baik daripada penuturanku?”

Ayat berikut ini lebih menjelaskan, betapa ayat-ayat Al Quran telah disajikan secara rinci agar dapat dipahami oleh siapapun yang mau membacanya, tetapi dengan syarat, seorang pembaca Al Quran harus telah menguasai ayat-ayat secara lengkap sehingga ia mampu mengambil satu kesimpulan.

"Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)". (QS. Fushshilat [41] ayat 1-5)

Dapat engkau pahami dari ayat tersebut di atas, bahwa untuk dapat mendengarkan/membaca ajaran Al Quran, engkau harus menguasai bahasa Arab sebagai bahasa Al Quran, dan engkau juga harus menguasai wawasan ayat secara lengkap.

Mengenai ayat tersebut di atas, sejarah mencatat begini:
Ibnu Ishaq menuturkan, aku diberitahu Yazid bin Ziyad, dari Muhammad bin Ka’b Al Qurazhi, dia berkata, “Suatu hari Uthbah bin Rabi’ah yang termasuk pemuka Quraisy, berada di tengah-tengah sekumpulan orang-orang Quraisy. Sementara pada waktu yangsama Muhammad Rasulullah saw sedang duduk di Masjidil Haram, sendirian. Utbah berkata, “Wahai orang-orang Quraisy, bagaimana jika kuhampiri Muhammad, berembug dengannya dan kutawari satu dua hal, siapa tahu dia mau menerima sebagian di antaranya, lalu kita berikan kepadanya apa yang dia maui dan dia tidak mengganggu kita lagi?”

Hal ini terjadi setalah Hamzah masuk Islam dan mereka melihat pengikut Muhammad Rasulullah saw semakin lama semakin banyak.

“Bagus itu wahai Abul Walid. Hampirilah dan ajaklah ia berembug,” kata mereka.

Maka Utbah menghampiri beliau dan duduk di hadapan beliau, lalu berkata, “Wahai anak saudaraku, engkau termasuk golongan kami. Dari segi keluarga dan keturunan, aku juga tahu kedudukanmu. Engkau telah membawa satu urusan yang besar kepada kaummu, yang dengan urusan itu engkau memecah belah persatuan mereka, membodohkan harapan-harapan mereka, mencela sesembahan dan agama mereka dan mengingkari siapapun yang termasuk golongan leluhur mereka. Sekarang dengarkanlah, aku akan menawarkan beberapa hal kepadamu dan engkau bisa memeriksanya, siapa tahu engkau mau menerima sebagian di anataranya.”

Beliau bersabda: “Katakanlah wahai Abul Walid, biar kudengarkan.”

“Wahai anak saudaraku, jika engkau menginginkan harta kekayaan sebagai pengganti dari apa yang engkau bawa ini, maka kami siap menghimpun harta kami untuk diserahkan kepadamu, sehingga engkau menjadi orang yang paling kaya di antara kami. Jika engkau menginginkan kedudukan, maka kami akan mengangkatmu sebagai pemimpin kami, dan kami tidak akan menyisakannya bagi orang selain dirimu. Jika engkau menginginkan kerajaan, maka kami akan mengangkatmu sebagai raja kami. Jika engkau tertimpa penyakit yang tidak bisa engkau obati sendiri, maka kami carikan obat bagimu dan kami juga siap mengeluarkan biaya hingga engkau sembuh. Terlalu mudah bagi pelayan kami mencari seseorang yang bisa mengobati.”

Tatkala Utbah selesai bicara dan Rasulullah saw mendengarkannya, maka beliau bertanya, “Apakah engkau sudah selesai bicara wahai Abul Walid?”
“Ya,” jawab Utbah uang juga biasa dipanggil Abul Walid.
“Sekarang ganti dengarkan ucapanku!”
“Akan kulakukan.”

Beliau bersabda, “Bismillahirrahmanirrahim… “lalu beliau membaca QS. Fushshilat ayat 1-5

"Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)". (QS. Fushshilat [41] ayat 1-5)

Beliau terus membaca. Dengan bertumpu kepada kedua tangannya yang diletakkan di belakang punggungnya. Utbah mendengarkan dan menyimak bacaan beliau, hingga sampai ayat sajdah, lalu beliau sujud. Kemudian beliau bersabda, “Wahai Abul Walid, engkau telah mendengarkan apa yang baru saja engkau dengarkan. Setelah itu terserah padamu.”

Utbah bangkit lalu menghampiri rekan-rekannya, yang saling berbisik, “Kami berani sumpah demi Allah, raut muka Abul Walid berbeda dengan raut mukanya saat perginya tadi.”

“Apa yang tadi terjadi denganmu wahai Abul Walid?” tanya mereka setelah dia bergabung dengan mereka.
“Tadi aku mendengarkann suatu perkataan, yang demi Allah tidak pernah kudengarkan yang seperti itu sama sekali. Demi Allah, itu bukan syair, bukan ucapan sihir dan tenung. Wahai semua Quraisy, turutilah aku dan serahkanlah masalah ini kepadaku. Biarkanlah orang ini dengan urusannya dan hindarilah dia. Demi Allah, perkataannya yang kudengarkan tadi benar-benar menjadi berita besar. Jika bangsa Arab mau menerimanya, maka dengan kehadirannya kalian tidak membutuhkan bangsa lain. Jika dia dapat menguasai bangsa Arab, maka kerajaannya akan menjadi kerajaan kalian pula dan kemuliaannya menjadi kemuliaan kalian. Jadilah kalian orang yang paling berbahagia karenanya.”

“Demi Allah, dengan lidahnya dia telah menyihirmu wahai Abul Walid.” Kata mereka.
“Ini pendapatku tentang dirinya. Terserahlah apa pendapat kalian,” katanya.

Selanjutnya sejarah juga mencatat, bahwa apa yang disampaikan tentang berita besar yang dibawa oleh Muhammad Rasulullah saw kelak akan terbukti, dan memang sejarah sempat mencatat bukti-buktinya. Yang perlu engkau ketahui dari catatan di atas adalah, Utbah bin Rabi’ah tidak mempunyai hambatan bahasa dalam memahami teks Al Quran yang dibacakan oleh Muhammad Rasulullah saw, begitu juga dengan masyarakat Mekah pada saat itu. Hanya saja ada penghambat lain, yaitu faktor mentalitas seperti yang telah dibahas sebelum ini.

Jumat, 20 Mei 2011

KEMAMPUAN TEKNIS PEMBACA ALQURAN: BAHASA ARAB


Kemampuan teknis ini mencakup kemampuan internal dan kemampuan eksternal yang harus dimiliki oleh siapa saja yang hendak belajar Al Quran. Merujuk kepada QS. 2:185, bahwa Al Quran adalah bacaan yang dibaca untuk diketahui/diperoleh petunjuk/ajarannya (Al Quran Hudan li An Naas), maka engkau harus memiliki kemampuan bahasa yang meliputi kosa-kata, teori kata, dan teori kalimat bahasa Arab, mengingat bahasa yang digunakan Al Quran adalah bahasa Arab. Di samping itu juga, Al Quran adalah sekumpulan ajaran yang saling menjelaskan agar dapat dipahami maksud dan tujuannya (Al Quran Bayyinaat min Al Huda). Itu berarti engkau diminta menguasai wawasan ayat dan juga wawasan sejarah. Penguasaan atas kemampuan itu akan akan teruji, apakah Al Quran yang engkau bacakan itu akan menjadi alat untuk membedakan/memisahkan satu sama lainnya (Al Furqan) sebagaimana telah dijelaskan sebelum ini.

1. Kemampuan Bahasa Arab

Mau tidak mau, seorang pembaca Al Quran harus memiliki kemampuan bahasa Arab karena bahasa yang digunakan Al Quran adalah bahasa Arab.

"Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya)." (QS. Az Zukhruf [43] ayat 3)

"Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Qur'an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah." (QS. Ar Ra’du [13] ayat 37)

"Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa `Ajam, sedang Al Qur'an adalah dalam bahasa Arab yang terang. (QS. An Nahl [16] ayat 103)

"Dan jikalau Kami jadikan Al Qur'an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?". Apakah (patut Al Qur'an) dalam bahasa asing, sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh". (QS. Fushshilat [41] ayat 44)

Para ulama telah mengungkapkan tentang pentingnya bahasa Arab dalam menafsirkan dan memahami al-Qur’an. Di antaranya adalah Imam Malik bin Anas, beliau berkata :

“Tidaklah didatangkan seseorang yang tidak mengetahui bahasa Arab lalu ia menafsirkan Kitabulloh (al-Qur’an), melainkan ia akan aku jadikan sebagai hukuman.” (Al-Burhan fii ‘Uluumil Qur’an, az-Zarkasyi, II/160 dan beliau menisbatkannya kepada Syu’abil Iman, karya Imam al-Baihaqi.)

Bahkan sebagian ulama seperti Imam asy-Syathibi telah menjelaskan bahwa setiap makna yang terambil dan bersumber dari al-Qur’an semuanya pasti sesuai dengan bahasa Arab. Beliau menyatakan, “Jadi, semua makna yang di-istimbat-kan (diambil hukumnya) dari al-Qur’an, akan tetapi tidak sejalan dengan bahasa Arab, maka makna tersebut sama sekali tidak termasuk di antara ilmu-ilmu al-Qur’an, bukan termasuk makna yang terambil darinya dan tidak pula dapat diambil faedahnya. Barangsiapa yang mengaku-aku akan hal itu, maka ia telah batil dalam pengakuannya itu.” (Al-Muwafaqoot, Imam asy-Syathibi, IV/224 – 225)

As-Suyuthi mengatakan, “Tidak diragukan lagi bahwa bahasa Arab adalah termasuk bagian dari agama, karena ia adalah termasuk masalah yang hukumnya fardhu kifayah, dan dengannya akan diketahui makna lafadz-lafadz al-Qur’an dan Sunnah.” (Al Muzhir fii Uluumil Lughoh, jilid 2, hal. 302).

Mujahid pernah mengatakan :

“Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir untuk berbicara tentang Kitabulloh apabila dia tidak mengetahui bahasa Arab.” (Al-Burhaan fii ‘Uluumil Qur’an, az-Zarkasyi, I/292).

Ketika Imam as-Suyuthi menjelaskan tentang syarat-syarat menjadi penafsir al-Qur’an, beliau menjelaskan bahwa di antara syarat yang harus dipenuhi adalah menguasai beberapa cabang ilmu tentang bahasa Arab. Beliau menyebutkan bahwa cabang bahasa Arab yang harus dikuasainya adalah bahasa Arab, Nahwu, Tashirif, Isytiqoq, al-Bayan, al-Ma’ani, al-Badi’. (Al-Itqoon fii ‘Uluumil Qur’an, as-Suyuthi, II/510).

Senin, 16 Mei 2011

TUJUAN BELAJAR ALQURAN


Al Quran surah Al Baqarah ayat 185, telah memberi batasan pengertian dan fungsi Al Quran, yaitu: Al Quran, Bayyinaat, dan Al Furqaan. Selanjutnya kita harus mengetahui tujuan belajar Al Quran, agar dengan Al Quran yang senantiasa dibaca, kita akan ikut aktif menata kehidupan semesta.

"Sesungguhnya Al Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam." (QS. Al Waaqi’ah [56] ayat 77-80)

"Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas." (QS. Asy Syu’araa’ [26] ayat 192-195)

Jika QS. 2:185 memberimu batasan pengertian dan fungsi Al Quran, maka QS. 26:192-195 memberimu tujuan belajar Al Quran, yaitu agar engkau menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. Jadi, apabila membaca Al Quran dianggap sebagai ibadah, maka ia bukanlah ibadah individual tetapi ibadah sosial. Nah, engkau belajar Al Quran bukan hanya untuk kebaikan dirimu sendiri, tetapi juga untuk kebaikan semesta.

Tujuan belajar Al Quran untuk ikut menata kehidupan semesta, dipertegas oleh ayat berikut:

"Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." (QS. Al Maaidah [5] ayat 16)

"Al Quran ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman." (QS. Ali Imran [3] ayat 138-139)

Sabtu, 07 Mei 2011

PENGERTIAN DAN FUNGSI ALQURAN

Menurut pendapat yang paling kuat, “Qur’an” berarti “bacaan”, asal kata qara’a. Kata Al Quran itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca). Di dalam Al Quran sendiri ada pemakaian kata “Qur’an” dalam arti demikian sebagaimana tersebut dalam surah Al Qiyamah [75] ayat 17-18:
"Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. 018. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu." (QS. Al Qiyamah [75] ayat 17-18).

Dan semua ulama sepakat memberikan definisi Al Quran, yaitu: Kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan/diwahyukan kepada Muhammad Rasulullah dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.
Tidak ada persoalan dalam pengertian yang telah engkau ketahui secara umum sebagaimana dijelaskan sebelum ini. Hanya saja yang perlu dipertajam pengertiannya adalah fungsi Al Quran sebagai mu’jizat, dan kini mu’jizat itu ada ditanganmu. Bayangkan, jika tongkat Nabi Musa ada dalam genggamanmu, lalu apa yang akan engkau lakukan? Kini, mu’jizat Nabi Muhammad ada dalam genggamanmu, lalu apa yang akan engkau lakukan? Apakah ketika Al Quran ada ditanganmu, ia tidak lagi berfungsi apa-apa? Benar, engkau bukanlah seorang Rasul, tetapi engkau adalah penerus tugas kerasulan. Oleh karenanya engkau membutuhkan apa yang dibutuhkan oleh seorang Rasul dalam berdakwah menyampaikan ajaran Tuhannya.

Agar Al Quran yang ada ditanganmu bermakna, engkau harus mengenalinya dengan benar dan lengkap, apakah Al Quran itu?
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS. Al Baqarah [2] ayat 185)

Ayat tersebut di atas, didukung oleh QS. 75:17-18, memberikan definisi Al Quran dalam pengertian khusus sebagai berikut: 1) sesuatu yang dibaca untuk diketahui/diperoleh petunjuk/ajara nnya (Al Quran Hudan li An Naas), 2) Al Quran adalah sekumpulan ajaran yang saling menjelaskan agar dapat dipahami maksud dan tujuannya (Al Quran Bayyinaat min Al Huda), 3) Al Quran adalah alat untuk membedakan/memisahkan satu sama lainnya (Al Furqan).

Al Quran Hudan li An Naas

Dalam batasan ini, Al Quran adalah sesuatu yang dapat engkau baca (QS. 75:17-18) agar engkau memahami sesuatu dari bacaan tersebut (QS. 12:2) sehingga menimbulkan pengajaran bagimu (QS. 20:113). Kemudian engkau membacakannya kepada orang lain agar mereka mendengar kabar gembira atau peringatan bagi mereka (QS. 17:105-106) lalu mereka dapat berkata, bahwa mereka telah mendengar bacaan yang menakjubkan yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar (QS. 72:1-2)


"Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa bacaan berbahasa Arab, agar kamu dapat memahami sesuatu darinya." (QS. Yusuf [12] ayat 2) "Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qur'an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Qur'an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka." (QS. Thaahaa [20] ayat 113) "Dan Kami turunkan (Al Qur'an itu dengan sebenar-benarnya dan Al Qur'an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian." (QS. Al Israa’ [17] ayat 105-106) "Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur'an), lalu mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur'an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Tuhan kami," (QS. Jin [72] ayat 1-2)

Al Quran Bayyinaat Min Al Huda.

Sebagai kitab petunjuk kehidupan yang diturunkan oleh Allah: Pembimbing kehidupan semesta, ajaran Al Quran harus dapat dipahami dengan benar dan jelas. Sebagai kitab ajaran kehidupan, Al Quran tidak bersifat rahasia atau samar-samar yang dapat menimbulkan salah pengertian. Dalam batasan ini, Al Quran adalah sekumpulan ajaran yang saling menjelaskan agar dapat dipahami maksud dan tujuannya dengan jelas.

"Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat Kami kepada kaum yang yakin." (QS. Al Baqarah [2] ayat 118) "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila`nati Allah dan dila`nati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat mela`nati," (QS. Al Baqarah [2] ayat 159) "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." (QS. Ali Imran [3] ayat 118)

Jadi semua petunjuk kehidupan sudah dijelaskan dalam Al Quran oleh Allah: pembimbing kehidupan semesta. Engkau hanya perlu membacanya dengan benar, lalu engkau mendapat banyak petunjuk, lalu engkau sikapi petunjuk-petunjuknya. Itu berarti engkau mengetahui maksud dari apa yang engkau baca (QS. 2:121).

Ah, barangkali engkau akan bertanya: lalu apakah yang menyebabkan para pembaca Al Quran berbeda-beda pendapat tentang maksud Al Quran? Dan oleh sebab perbedaan itu mereka saling berpecah belah? Duhai, perpecahan dikalangan pembaca Al Quran bukanlah disebabkan oleh ajaran Al Quran yang masing samar-sama, tetapi disebabkan oleh rasa saling benci dan dengki di antara mereka. Perhatikan ayat berikut ini:

"Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus." (QS. Al Baqarah [2] ayat 213)

Ayat-ayat Al Quran sudah saling menjelaskan satu sama lainnya, tinggal bagaimana seorang pembaca Al Quran menyiapkan diri agar mampu membacanya dengan benar. Nah, keseluruhan tulisan ini adalah upaya menyiapkanmu untuk dapat membaca Al Quran sebagaimana mestinya, karena itu ada baiknya engkau membaca kembali dari awal pembahasan tulisan ini, sampai akhirnya nanti.

Al Furqan.

Banyak ayat yang menjelaskan bahwa Al Quran diturunkan sebagai Al Furqan.

"Alif laam miim. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil. Sebelum (Al Qur'an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa)." (QS. Ali Imraan [3) ayat 1-4) "Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam," (QS. Al Furqaan [25] ayat 1)


Bahkan, di masa Muhammad Rasulullah pernah terjadi hari Al Furqan, yaitu pada hari yang sama dengan turunnya Al Quran.

"Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Yaitu di hari) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada di bawah kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), pastilah kamu tidak sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu, akan tetapi (Allah mempertemukan dua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui," (QS. Al Anfaal [8] ayat 42) "Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) sebagai keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk." (QS. Al Baqarah [2] ayat 53)

Mengapa Al Quran disebut juga Al Furqaan? Karena, ketika Al Quran dibacakan, ia mampu antara: baik dan buruk, benar dan salah, terang dan gelap, golongan Allah dan golongan setan, pendukung kehidupan Jannah dan pendukung kehidupan Nar.

"Sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil," (QS. Ath Thaariq (86) ayat 13)

Bisa juga dikatakan bahwa Al Furqaan adalah potensi/kemampuan yang Allah berikan kepada orang-orang yang bertaqwa. Mengapa hanya diberikan kepada orang-orang yang bertaqwa? Karena hanya orang-orang yang bertaqwalah yang mampu membaca Al Quran sebagai petunjuk kehidupan. Oleh karenanya, dengan petunjuk Al Quran, mereka mampu membedakan antara yang hak dan yang batil. Pahami keterkaitan ayat-ayat berikut ini:

"Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa," (QS. Al Baqarah [2] ayat 2) "sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil," (QS. Ath Thaariq (86) ayat 13) "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." (QS. Al Anfaal [8] ayat 29)

MENTALITAS PEMBACA ALQURAN


Banyak orang membaca Al Quran, tetapi hanya sedikit sekali yang bersikap hidup menurut ajaran Al Quran. Hal itu dikarenakan, mereka membaca Al Quran tidak dengan benar. Apakah mereka salah mengucapkan huruf? Apakah mereka tidak menerapkan hukum tajwid ketika membaca Al Quran? Tidak! Sesungguhnya kebanyakan mereka fasih sekali membaca Al Quran, tetapi masih terbata-bata dalam pengamalannya. Lantas, seperti apakah cara membaca Al Quran yang benar sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Ar Rahman yang mengajarkanmu Al Quran?

"Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al Baqarah [2] ayat 121)

Nah, bagaimanakah engkau dapat bersikap iman kepada ajaran Al Quran ataupun bersikap kufur kepadanya jika engkau tidak memahami apa yang engkau baca? Maka untuk dapat menentukan sikap iman atau kufur kepada Al Quran, engkau harus membacanya dengan benar, yaitu dengan mengetahui arti setiap huruf Al Quran yang engkau baca.

Pertanyaan selanjutnya, apakah setelah engkau mampu membacanya dengan benar, lantas engkau dapat langsung menyatakan sikap iman kepada ajaran Al Quran begitu saja? Tidak! Sesungguhnya, musuh-musuh Muhammad Rasulullah sangat memahami bahasa Arab yang digunakan sebagai bahasa Al Quran, tetapi mereka tetap menolak ajaran Al Quran. Kalau begitu, apakah yang menghalangi mereka memahami pesan-pesan Al Quran? Jawaban singkatnya, mereka membaca Al Quran dengan mentalitas orang-orang musyrik!

"Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui, sesungguhnya Al Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam." (QS. Al Waaqiah [56] ayat 75-80)

Tidakkah engkau perhatikan ayat tersebut, bahwa Allah telah bersumpah dengan sumpah yang besar. Itu berarti, perkara yang akan disampaikan-Nya bukanlah perkara sederhana. Ini adalah perkara besar, serius, dan sangat menentukan arah perjalanan kehidupan semesta, bahwa Al Quran yang engkau baca itu adalah bacaan yang sangat mulia dan terpelihara. Bahwa Al Quran itu tidak akan tersentuh kecuali oleh orang-orang yang telah disucikan. Itu berarti jika engkau tidak termasuk orang-orang yang disucikan, maka Al Quran tidak akan berpengaruh/bermanfaat apa-apa bagimu.

Tentu engkau bertanya, siapakah orang-orang yang telah disucikan? Disucikan oleh siapa? Di sucikan dari apa? Dengan kata lain engkau bertanya, siapakah orang-orang yang masih terselubungi oleh kotoran/najis? Bagaimanakah membersihkan kotoran/najis itu?

Pertanyaan itu sangat wajar diajukan oleh orang-orang yang sedang belajar Al Quran. Oleh karena engkau belum disucikan atau belum terbebas dari najis, engkau tidak akan dapat menyentuh makna Al Quran meskipun engkau telah lelah bolak-balik membaca Al Quran, dan sudah begitu banyak guru Al Quran yang telah engkau datangi, dan sudah begitu panjang waktu yang telah engkau habiskan.


"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. At Taubah [9] ayat 28)

Dari ayat di atas dapat engkau pahami, bahwa najis yang membuatmu tidak tersucikan adalah sikap hidup musyrik. Maka pantaslah jika orang-orang Arab pada masa permulaan Muhammad Rasulullah tidak mampu beriman kepada ajaran Al Quran, dikarenakan sikap hidup musyrik masih menyelimuti mereka. Salah satu sikap hidup musyrik adalah, engkau takut menjadi miskin, oleh karenanya boleh jadi engkau akan melakukan kerusakan ekonomi: mengambil hak milik orang lain secara ilegal, melakukan kerusakan sosial: menahan kedermawanan karena takut kekurangan harta, dan melakukan kerusakan moral: praktek korupsi, suap, dan pelacuran jasmani ataupun pelacuran intelektual demi mendapatkan harta. Dalam kondisi kemusyrikan itu, bagaimana engkau dapat terbimbing oleh ajaran Al Quran untuk menata kehidupan dan kemanusiaan. Al Quran bermaksud memperbaiki kehidupan, sedangkan engkau dengan sikap hidup musyrik malah merusak kehidupan.

Sikap hidup musyrik lainnya adalah, engkau merusak lingkungan hidup daratan dan lautan, sementara Al Quran hendak membimbingmu menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)". (QS. Ar Ruum [30] ayat 41-42)

Sikap hidup musyrik lainnya adalah engkau hidup berpecah belah dalam berbagai macam golongan dan kelompok, masing-masing golongan/kelompok saling berbangga diri, sementara Al Quran hendak mengajarkanmu hidup persatuan.

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (QS. Ar Ruum [30] ayat 30-32)

Begitulah sikap hidup yang dipentaskan oleh orang-orang musyrik, maka bagaimanakah mereka dapat memahami makna Al Quran untuk kemudian di amalkan? Satu-satunya cara agar engkau hidup serasi dengan Al Quran adalah engkau lepaskan sikap hidup musyrik selepas-lepasnya.

Dengan membebaskan diri dari sikap hidup musyrik, engkau menjadi hamba yang tunduk patuh kepada Allah selaku Pembimbing kehidupan semesta. Selanjutnya akan terlihat dengan jelas, bahwa Allah dengan ajaran-Nya sedang menyucikanmu jiwa-raga.

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur." (QS. Al Maaidah [5] ayat 6)

Jadi pahamilah olehmu, bahwa ritual peribadatan yang engkau jalankan adalah simbol pembebasan dari sikap hidup musyrik dalam upaya penyucian dirimu, jiwa dan raga, agar engkau siap menerima keseluruhan syariat Allah yang diajarkan dalam Al Quran. Hingga pada akhirnya, engkau menikmati kesempurnaan Dienul Islam, yaitu terintegrasinya konsep hidup berdasarkan Al Quran dengan perilaku hidup yang engkau pentaskan dalam keseharian.

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al maaidah [5] ayat 3)

Sampai di sini, apa yang telah engkau pahami? Bahwa engkau harus belajar Al Quran dengan sikap mental yang lepas dari kemusyrikan. Jika engkau masih larut dalam sistem kehidupan musyrik, maka proses belajar Al Quran menjadi sia-sia.

"Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (QS. Al An’aam [6] ayat 88)

"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. 066. Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan." (QS. Az Zumar [39] ayat 65-67)

Sikap mental lainnya yang harus engkau miliki sebagai seorang pembelajar Al Quran adalah: bergembira dan bersemangat dengan Al Quran! Itu berarti tidak ada tekanan atau keterpaksaan dalam proses pembelajaran Al Quran.

"Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali". (QS. Ar Ra’du [13] ayat 36)

Hal pokok yang harus engkau pahami adalah tidak ada paksaan dalam menjalankan ajaran Allah. Hanya saja, ketika engkau telah memutuskan untuk menjadikan Al Quran sebagai pedoman kehidupan, engkau harus ikuti setiap petunjuknya. Tidak ada paksaan dalam proses pengambilan keputusan, namun ketika keputusan itu telah dibuat, engkau harus menerima konsekuensi logisnya.

"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al Baqarah [2] ayat 256)

Jadi, apakah engkau telah benar-benar memutuskan untuk belajar Al Quran demi memperbaiki kehidupan? Maka relakan hatimu, ikuti petunjuk demi petunjuk, dan bergembiralah! Dengan begitu, wawasan dan penghayatanmu terhadap Al Quran akan bertambah setahap demi setahap. Dan selanjutnya, sikap mental yang diminta darimu, sebagaimana yang pernah diminta dari Rasulullah, adalah: ketaatan setelah memahami.

"Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami ta`at". (Mereka berdo`a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (QS. Al Baqarah [2] ayat 285)

Belajar Al Quran bukan hanya soal menambah wawasan ayat, tetapi juga kemauan mengikuti ajaran Al Quran. Belajar Al Quran bukan soal berapa kali engkau khatam membaca Al Quran, ataupun berapa banyak ayat Al Quran yang engkau hapal, tetapi bagaimanakah kondisi kehidupanmu setelah engkau belajar Al Quran. Belajar Al Quran adalah engkau mau mengetahui apa yang dikatakan oleh Al Quran, setelah itu engkau mau mengikutinya.

"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. Al Maaidah [5] ayat 50)

Apakah setelah belajar Al Quran engkau tetap saja tidak mau memperbaiki kondisi kehidupanmu?

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. Al Jaatsiyah [45] ayat 23)

Jumat, 06 Mei 2011

SEGERA CARI TAHU, APA YANG MENDORONGMU BELAJAR ALQURAN!

Barangkali engkau telah melihat latar belakang dan motivasi orang-orang yang belajar

Al Quran. Dengan semangat beragama yang tinggi, mereka antusias sekali belajar Al Quran. Tidak ada keluarga muslim yang anak-anaknya tidak belajar Al Quran di suatu tempat pembelajaran Al Quran, formal maupun non formal. Pada saat anak-anak keluarga muslim lulus SD, mereka sudah mampu membaca membaca Al Quran, bahkan selesai menghapal Juz terakhir Al Quran. Barangkali juga, engkau telah melihat berbagai ritual atau tradisi masyarkat muslim yang mengiringi proses pembelajaran Al Quran bagi anak-anak mereka, mulai dari membuat tumpengan nasi kuning sampai wisuda khataman Al Quran.

“Seleksi alam” terjadi pada proses berikutnya. Bagi kebanyakan masyarakat/keluarga muslim, proses pembelajaran Al Quran akan berakhir bila kemampuan membaca Al Quran telah dicapai. Masyarakat muslim yang semangat beragamanya lebih tinggi setingkat dari masyarakat yang hanya sekedar mampu membaca Al Quran, melengkapi kemampuan mereka dengan hapalan surah-surah pendek yang berguna untuk menjadi imam shalat sepanjang tahun. Lebih tinggi setingkat lagi, ada yang menghapal banyak surah, bahkan lengkap 30 juz Al Quran. Ada juga yang memperdalam teknik membaca Al Quran untuk menghasilkan lagam-lagam bacaan Al Quran yang indah nan merdu. Kemampuan bersenandung Al Quran sangat mendapatkan tempat pada acara-acara masyarakat muslim tahunan, disamping hasrat menjadi juara pada perlombaan-perlombaan membaca Al Quran yang rutin diselenggarakan.

Dan engkau, apa yang melatar belakangi dan mendorong engkau belajar Al Quran? Apakah karena tuntutan formal selaku pelajar atau seorang anak dari keluarga muslim? Ataukah engkau telah menyadari keberadaanmu sebagai hamba Allah? Jika memang penghambaanmu kepada Rabb semesta alam yang membuatmu bergerak belajar Al Quran, maka keinginanmu belajar Al Quran haruslah didorong oleh rasa ingin memperbaiki kehidupanmu sendiri dan juga kehidupan masyarakat sekitarmu.

Bilamana engkau mendapati kehidupanmu bersama mereka telah jauh menyimpang dari ajaran Rabb/Pembimbing kehidupan semesta, kemurnian penghambaan kepada Allah telah ternoda, maka tentu akan membuatmu gundah gulana. Banyak pertanyaan yang muncul dari jiwamu yang resah tak berkesudahan. Engkau akan bertanya-tanya: mengapa? Bagaimana? Bukankah? Engkau ingin berontak, tapi engkau sendiri tidak berdaya. Mereka yang engkau lihat berdaya memperbaiki penghambaan kepada Allah malah asyik laruk tercebur dalam kemusyrikan.

Bukankah sering engkau mendengar banyak tokoh muslim mengatakan bahwa kondisi hari ini tidak ada bedanya dengan kondisi jahiliyah dulu? Nah, pada masa itulah Al Quran dibacakan dan diajarkan. Oleh karena itu, engkau pun harus memiliki rasa-pikir-sikap sebagaimana pernah ditampilkan pada masa itu oleh Muhammad Rasulullah.Seperti Muhammad Rasulullah, yang harus engkau lakukan hari ini adalah membaca situasi kehidupan ini dengan isme/ajaran Allah, bukan dengan isme/ajaran selainnya. "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al Alaq [96] ayat 1-5)

Bukankah engkau ingin memurnikan penghambaanmu kepada Allah? Bukankah engkau ingin kembali kepada jati dirimu yang asli, yaitu menghamba kepada Allah dengan penghambaan yang semurni-murninya? Maka bacalah situasi kehidupan dimana engkau berada dengan isme/ajaran Allah agar engkau mengetahui dengan jelas, betapa jauh kehidupanmu telah menyimpang, dan agar engkau juga mengetahui, bagaimanakah cara kembali. Itulah yang membuatmu harus berlajar dan terus belajar Al Quran. "Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Qur'an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata". (QS. Al Qashash [28] 85)

Ya! Allah lah, dengan ajaran-Nya, yang akan mengembalikanmu kepada jati dirimu yang asli, yaitu tujuan penciptaanmu semula: sebagai Hamba Allah.
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz Dzaariyat [51] ayat 56).

Sampai disini engkau telah memahami, mengapa Allah mewajibkanmu belajar Al Quran. Dan selanjutnya, Allah akan menyiapkan mentalitasmu sebagai pembaca Al Quran agar engkau dapat menyelami lautan makna Al Quran sedalam-dalamnya.

ALQURAN; NIKMAT YANG TERLUPAKAN


Jika engkau seorang yang beragama Islam, maka engkau pasti tidak akan menolak bahwa Alquran adalah Kitab pertama dan utama yang harus dipelajari oleh umat Islam. Tiga pernyataan di bawah ini memberikan gambaran mengapa umat Islam harus belajar Alquran:
1. Ibnu khaldun dalam buku “Muqaddimah”nya, ia menjelaskan akan pentingnya pengajaran Al-Qur’an untuk anak-anak, karena ia merupakan fondasi pengajaran bagi seluruh kurikulum, sebab Al-Qur’an merupakan salah satu “syiar agama” yang menguatkan aqidah dan mengokohkan keimanan.
2. Ibnu Sina dalam buku “As-Siyasah” nya, menasehatkan agar kita mulai mengajar anak dengan pengajaran Al-Qur’an. Seluruh potensi anak, baik jasmani maupun akalnya hendaknya dicurahkan untuk menerima pelajaran Al-Qur’an ini agar anak mendapat bahasa asli dan agar aqidah bisa mengalir dan tertanam kokok dalam kalbunya.
3. Dr. Sayyid Quthub dalam tafsirnya ‘Fi Zhilalil Qur’an” menegaskan bahwa maju dan mundurnya umat Islam sangat tergantung kepada mengerti atau tidaknya umat terhadap kitab sucinya.

Sebaik-baik engkau adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya, begitu kata Muhammad Rasulullah SAW menurut kabar Bukhari. Kabar lain yang diberitakan oleh Imam Ahmad dari Nabi adalah: Hak anak atas orang tuanya ada tiga, yaitu 1) memberi nama yang baik ketika baru lahir, 2) mengajarkan kitab Al-Qur’an ketika sudah bisa berfikir dan 3) menikahkannya ketika sudah dewasa.

Bagi engkau yang menjalankan syariat agama Islam di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya bersyukur kepada Allah bahwa Pemerintah RI tidak melarang, malah mendukung dan mendorong setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam untuk melakukan proses belajar mengajar Alquran. Perhatikan produk hukum berikut ini:
1. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terutama Pasal 30 tentang pendidikan keagamaan.
2. Surat Keputusan Bersama Dua Menteri (Mendagri dan Menag) No. 128 dan No. 44A, 13 Mei 1982 tentang “Usaha peningkatan kemampuan baca tulis huruf Al-Qur’an bagi umat Islam dalam rangka peningkatan, penghayatan dan pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari”.
3. Instruksi Menteri Agama RI Nomor 3 Tahun 1990, tentang pelaksanaan upaya peningkatan kemampuan baca tulis huruf Al-Qur’an.
4. Instruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor 08 Tahun 1991, tentang: upaya mempercepat peningkatan gerakan baca tulis Al-Qur’an di kalangan masyarakat Islam.

Nah, sikap syukur seperti apakah yang akan engkau tunjukkan kepada Allah? "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim (14) ayat 7)

Bersyukur adalah berterima kasih kepada si pemberi atas pemberiannya, dan menunjukkan sikap yang menyenangkan si pemberi karena engkau telah memanfaatkan pemberiannya sesuai dengan nilai manfaatnya. Pemberi merasa senang karena pemberiannya bermanfaat. Oleh karena itu, terlebih dahulu engkau harus mengetahui apakah yang harus engkau syukuri agar engkau dapat menunjukkan sikap syukur yang benar.

Jadi, apakah yang harus engkau syukuri?
"Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni`mat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat) -Ku." (QS. Al Baqarah (2) ayat 151-152)

Ya! Al Quran itulah ni’mat yang harus engkau syukuri. Dan bukankah engkau kini tinggal di sebuah wilayah yang penguasanya membebaskan engkau membaca dan mendengar ayat-ayat Al Quran? Di antara orang-orang ini, di manakah engkau?
Apakah engkau bersama orang-orang yang mengingkari Al Quran? Maka bacalah firman Allah ini: "Mereka itulah orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka kitab, hikmat (pemahaman agama) dan kenabian. Jika orang-orang itu mengingkarinya (yang tiga macam itu), maka sesungguhnya Kami akan menyerahkan kitab, hikmat, dan kenabian kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya." (QS. Al An’aam (6) ayat 89)

Apakah engkau bersama orang-orang yang murtad dari Islam sehingga engkau meninggalkan Al Quran sama sekali? Maka bacalah firman Allah ini: "Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al Maaidah (5) ayat 54)

Duhai, engkau yang telah mewarisi Al Quran, Apakah engkau mengira bahwa engkau adalah orang yang dibutuhkan oleh Islam untuk melestarikan Al Quran?
"Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan) nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu." (QS. Huud (11) ayat 57)

Duhai engkau yang telah mewarisi Al Quran, Apakah yang akan engkau lakukan selanjutnya dengan Al Quran yang ada di tanganmu itu?
"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar." (QS. Fathir [35] ayat 32)"Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka karena kedengkian antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu." (QS. Asy Syura [42] ayat 14)

Apakah engkau akan memilih sikap sebagaimana sikap orang-orang yang mewarisi Kitab Taurat dan Injil? Apakah engkau akan memilih sikap sebagaimana sikap kebanyakan orang-orang yang mewarisi Al Quran, bahwa kebanyakan mereka telah mengabaikan Kitab yang telah diberikan kepada mereka dan dijadikannya isi Kitab itu terpilah-pilah? Mereka hendak memilih sebagian isi Kitab yang mereka senangi dan meninggalkan sebagian yang lain? Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan". (QS. Al Furqaan [25] ayat 30) "Sebagaimana (Kami telah memberi peringatan), Kami telah menurunkan (azab) kepada orang-orang yang membagi-bagi (Kitab Allah), Yaitu orang-orang yang telah menjadikan Al Qur'an itu terbagi-bagi." (QS. Al Hijr [15] ayat 90-91)
"Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?" (QS. Al Maaidah [5] ayat 104)

Untuk bersikap benar terhadap Al Quran, marilah kita buka Al Quran, dan biarkan Allah sendiri yang mengajari kita, bagaimana membaca Kitab-Nya. Sesungguhnya, Tuhanmulah yang akan mengajarkan Al Quran kepadamu. Dialah yang telah menurunkan Al Quran sebagai pedoman menata kehidupan semesta, karena itu, adakah yang lebih mengetahui tentang bagaimana membaca Al Quran selain Allah?

Minggu, 01 Mei 2011

KEPEMIMPINAN ISLAM


KARAKTER KEPEMIMPINAN ISLAM

21 Maret 2011
Sebagai pedoman aksi organisasi Islam, Alquran mengajukn syarat bagi siapa saja yang hendak tampil memimpin organisasi Islam, yaitu memiliki kompetensi dan karakter sebagaimana pernah dicontohkan para pemimpin sukses terdahulu QS.33:21+12:55+2:247+28:26 Pemimpin yang berkompeten dan berkarakter sangat dibutuhkan untuk menjalankan program aksi organisasi Islam, yaitu amar makruf nahi munkar, menghalalkan segala yang baik, mengharamkan segala yg buruk, dan membebaskan beban-beban atau belenggu yang ada pada setiap anggota yang dipimpinnya QS.7:157 AYO MEMBACA ALQURAN SEBAGAI PEDOMAN AKSI MENATA KEHIDUPAN SEMESTA ! @Walid Aqluna, cp:+6283873953591, Madani Institute.

22 Maret 2011
Salah satu karakter Pemimpin Islam adalah Shiddieq: jujur, benar. Maka sudah sepantasnya orang yang memimpin organisasi Islam bersikap jujur terhadap kebenaran ajaran Alquran. Tutur kata dan tata-lakunya senantiasa membenarkan atau tidak mendustakan ajaran Alquran, sehingga program-program organisasi yang dijalankan adalah wujud dari ajaran Alquran menurut sunnah Rasul, bukan kepentingan pribadi atau segolongan orang QS.39:33 Sungguh, pemimpin yang jujur akan mengantarkn pada kehidupan jannah, begitu Rasul saw mengajarkan. AYO TERUS BELAJAR ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MEWUJUDKAN PERSATUAN UMAT ISLAM ! @Walid Aqluna, cp:+6283873953591, MADANI INSTITUTE

23 Maret 2011
Sudah sepantasnya organisasi Islam dipimpin oleh orang yang berkarakter shiddiq karena ia wajib membina anggota-anggotanya menjadi orang-orang yg jujur, benar. Hal itu diperlukan untuk merealisasikn program nyata organisasi Islam: mengajak orang-orang untuk beriman kepada Allah, hari Akhir, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Nabi-Nabi, dan memberikan harta kecintaannya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir, orang-orang yang terdesak kebutuhannya, menghilangkan watak kapitalis, dan melakukan pembinaan shalat, zakat, menepati janji, dan menumbuhkan kesabaran dalam perjuangan. Begitulah kerja nyata orang-orang berkarakter shiddiq yg tergabung dalam organisasi Islam QS.2:177 @Walid Aqluna, MADANI INSTITUTE

24 Maret 2011
Selain berkarakter Shiddiq, orang-orang yang ingin membangun organisasi Islam haruslah berkarakter Amanah, yang berarti: mereka tidak mengkhianati ajaran Allah yang diwahyukan kepada RasulNya, yaitu Alquran QS.8:27+6:50 Maka visi misi, aturan dan program kerja organisasi harus sesuai dengan ajaran Alquran. Apakah pantas organisasi Islam berjalan dengan sistem non Islam? QS.33:36 Maka untuk menjaga organisasi Islam tetap berada dalam sistem Islam, semua anggota harus terlibat dalam proses belajar-mengajar Alquran sebagai sebuah kewajiban individual. Hanya dengan cara tersebut, Islam akan kembali tegak seperti masa kejayaannya QS.3:79+28:85 @Walid Aqluna, MADANI INSTITUTE

25 Maret 2011
Selain Amanah, karakter yg harus dimiliki oleh orang-orang yang terlibat dalam organisasi Islam, terutama pemimpinnya, adalah Tabligh. Amanah harus disampaikan sesuai haknya. Aturan-aturan kehidupan yang telah diajarkan Allah harus ditegakkan sesuai haknya agar tidak ada perselisihan dalam penerapannya. Mereka yang tidak amanah tidak akan bisa tegakkan aturan Allah (tabligh) malah mereka cenderung pada aturan Thaghut. Sungguh, masalah Amanah dan Tabligh adalah hal yang berat, maka organisasi Islam membutuhkan Pemimpin yang kuat dalam karakter dan kompetensi untuk dapat ditaati agar organisasi berjalan sesuai fungsinya QS.4:58-70+2:247-252 @Walid Aqluna, cp:+6283873953591, MADANI INSTITUTE

27 Maret 2011
Orang yang memimpin kelompok Islam sudah seharusnya membenarkan bahwa Alquran harus difungsikan untuk menata kehidupan (SHIDDIQ) itu berarti ia telah menerima ajaran Alquran sebagai AMANAH yang harus disampaikan (TABLIGH) QS.6:50-51 Dalam menyampaikan amanah: menata kehidupan dengan Alquran, ia tidak merasa takut kepada seorangpun kecuali kepada Allah (SYAJAAH) QS.33:39 ia dan orang-orang yang dipimpinnya sesuai ajaran Alquran adalah kelompok terbaik sedangkan orang-orang diluar mereka atau kelompok non Islam tidak akan dapat membuat mudharat bagi mereka kecuali gangguan-gangguan kecil atau sebatas celaan saja QS.3:110-111 AYO WUJUDKAN SATU KEPEMIMPINAN ISLAM UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA @Walid Aqluna, MADANI INSTITUTE

MEMIMPIN DENGAN AL QURAN

29 Maret 2011
Pada hari kiamat nanti, setiap umat akan dikumpulkan bersama pemimpinnya masing-masing QS.17:71 Nah, siapakah pemimpin umat Islam pada hari ini? pada hari umat sedang pecah bergolong-golongan dan setiap golongan membanggakan golongannya masing-masing? QS.30:31-32 seperti hari ini, bercerai-berai. Pada hari kiamat nanti setiap golongan batil akan saling menyalahkan antara sang pemimpin dengan orang yang mengikutinya. Para pengikut akan berkata: seandainya ada kesempatan kembali ke dunia, tentu kami akan berlepas diri dari mereka QS.2:166-167 maka marilah kita terus pelajari Alquran untuk mengenali Sang Pemimpin sejati! QS.32:23-24 @Walid Aqluna, MADANI INSTITUTE

31 Maret 2011
Pemimpin organisasi Islam menerima ajaran Alquran tanpa ragu. Lalu dengan sabar ia bimbing pengikutnya dengan Alquran QS.32:23-24 maka jangan jadikan sebagai pemimpin, orang yang mengingkari ajaran Alquran dan cenderung menerapkan ajaran selain Alquran untuk menata kehidupan. Mereka hanya bersikap main-main dengan ajaran Alquran atau menjadikannya sebagai buah bibir belaka QS.9:23+5:57 Jangan sampai kita nanti menyesal: "Ya Rabb, sungguh kami telah menaati pemimpin kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar. Maka berikan kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan sangat QS.33:67-68 @Walid Aqluna, cp:083873953591 MADANI INSTITUTE. Sebarkn ! Wujudkn Masyarakat Islami !