Total Pengunjung

AYO MEMBACA ALQURAN SECARA BERMAKNA UNTUK MENATA KEHIDUPAN SEMESTA !!

Sabtu, 01 November 2008

Kenalilah Dirimu

Tidak ada masalah saat menjadi hamba Tuhan, karena yang ada hanyalah hening dalam kesendirian menikmati rahmat Tuhan yang begitu meliputi. Kita menjadi asyik dalam mihrab kita sendiri. Tapi, saat menjadi wakil Tuhan, kita mendapati begitu banyak masalah yang menanti penyelesaian. Saat itu, kita tidak sendiri, tapi ada di tengah orang-orang banyak. Bersama mereka, kita mendapati begitu banyak kebutuhan, keinginan dan kepentingan yang menuntut dipenuhi. Di tengah-tengah mereka, dimana kita ? siapa kita ? Apa peran kita ? Nah, saat itulah kita membutuhkan pengetahuan tentang diri kita sendiri.

Perkenalkan nama saya Fulan, lahir di Jakarta, berdomisili di Jl………, begitu ? Bukan, itu mah mengenal isi KTP. Mengenal diri sendiri bukan berarti mengenal isi KTP. Meskipun itu juga penting untuk urusan-urusan administrasi supaya tidak terkena razia yustisi.

Untuk hidup dan bergaul dalam kehidupan ini, tidak cukup hanya bermodalkan KTP dan hafal isinya. Buktinya, masih banyak orang bingung hidup ini buat apa ? Mau kemana ? Apa yang paling penting dalam hidup ini ? Kenapa ada orang yang sangat mencintai hidupnya atau sangat membencinya atau juga tidak peduli dengannya ?

Nah, mengenal diri berarti menemukan jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang eksistensi diri, seperti : adakah aku ? Kalau ada, darimana dan mau kemana aku ?

Itu berarti, mengenal diri adalah upaya melihat jauh ke dalam diri sendiri, diri sebagai manusia.

Manusia yang bukan seorang manusia di satu tempat dengan identitas dan warna kulit tertentu, melainkan diri sebagai manusia secara universal, menyeluruh.

Mengenal diri berarti juga mengenal hakikat diri kemanusiaannya, maksud dan tujuan penciptaannya, menemukan di mana posisinya di antara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan lainnya yang bukan manusia.

Siapakah kita ? Dia antara makhluk Tuhan yang tersebar di alam semesta ini, kita adalah manusia, makhluk yang yang diciptakan untuk mengurusi bumi, kita adalah penanggung jawab bumi.

Ingatlah ketika Tuhan berkata kepada para Malaikat :


Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di muka Bumi,”Mereka bertanya : mengapa Engkau hendak menjadikan seorang Khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?” Tuhan berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. 2:30)

Dan, Dia benar-benar telah menciptakan Adam dan menjadikannya khalifah di bumi. Khalifah di bumi bisa kita pahami sebagai penanggung jawab segala macam urusan yang ada di bumi, yaitu membangun peradaban, menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan hidup dan mengatasi problem-problem kemanusiaan seperi kemiskinan, pendidikan, keadilan, kesetaraan dan sebagainya,

Saat itu, Malaikat menyangsikan kemampuan manusia. Bagaimana mungkin manusia mampu menjaga harmonisasi alam semesta, sementara mereka suka berbuat kerusakan dan saling menumpahkan darah sesama mereka ? Mereka berkelahi meskipun mereka tidak saling mengenal. Allah tidak menyangkal dan juga tidak membenarkan kesangsian para malaikat. Dia hanya berkata, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Ada apa sebenarnya? Allah memiliki makhluk-makhluk yang senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan-Nya, tapi Dia hendak menciptakan makhluk lain, dan malah, memberinya tugas besar, bahkan para malaikat diperintahkan bersujud kepadanya ? Ada apa ? Tentu ada karunia Allah yang membuat manusia berada dan menjadi istimewa dari pada yang lain-lainnya, dan karunia itu pasti istimewa.

Ada dua hal yang membuat manusia menjadi istimewa dari makhluk lainnya, yaitu : pertama, Allah mengajarkan kepada manusia pengetahuan tentang seluruh nama-nama. Manusia ketika itu adalah Nabi Adam alaihis salam. Yang perlu dipahami disini adalah, bila kita menyebut nama Adam, maka berarti yang kita maksudkan adalah Adam sebagai manusia yang juga mewakili kemanusiaan kita, bukan Adam sebagi pribadi tersendiri yang berbeda dengan manusia lainnya

Kepantasan Adam menjadi khalifah antara lain adalah karena ia beroleh pengetahuan tentang nama-nama seluruhnya. Malaikat tidak nama-nama kecuali yang diajarkan Allah kepada mereka . Oleh karena itu, Malaikat tidak mengetahui perbuatan selain perbuatan-perbuatan baik, seperti memuji dan bertasbih. Begitu juga dengan setan, amal perbuatannya berseberangan dengan malaikat. Sedangkan manusia mengenal semua nama-nama, baik yang positif (nama-nama yang dikenal malaikat) maupun negatif (nama-nama yang dikenal setan). Dengan mengetahui seluruh nama-nama itu, manusia mengenal perbuatan-perbuatan malaikat dan perbuatan-perbuatan setan.

Dengan pengetahuan tersebut, manusia mempunyai dasar kemampuan untuk menjaga keharmonisan alam semesta. Alam semesta dibangun dengan struktur yang berpasangan. Manusia mengerti, bagaimana memahami struktur-struktur yang berpasangan itu. Manusia mengerti, bagaimana harus memperlakukan siang dan malam yang datang silih berganti. Manusia mengerti, bagaimana harus menyikapi kondisi baik-buruk atau hitam-putih kehidupan.

Di bumi, manusia menghadapi situasi dan kondisi kehidupan yang selalu berpasangan, seperti : suka-duka, manis-pahit, bahagia-menderita, kenyang-lapar, besar-kecil, siang-malam dan sebagainya. Tanpa pengetahuan nama-nama seluruhnya, manusia akan kebingungan dengan situasi yang kadang senang kadang susah. Manusia belajar tentang hal-hal baik tapi tak jarang dia melihat kenyataan yang buruk. Untuk itu, manusia beroleh pengetahuan nama-nama yang lengkap mencakup semua pasangan-pasangan itu.

Malaikat hanya beroleh sebagian nama-nama, begitupula dengan setan. Karenanya mereka hanya memandang baik diri meeka sendiri, dari sudut pandang mereka sendiri, selainnya tidak sebaik mereka. Setan berkata; aku lebih baik dari padanya. Dan Malaikat berkata; aku selalu bertasbih dengan memujimu sedangkan mereka selalu menumpahkan darah dan membuat kerusakan. Sedangkan manusia diajarkan pengetahuan yang lengkap dan menyeluruh.

Pengetahuan mempengaruhi perilaku. Maka, beda pengetahuan berarti beda perilaku. Kita bergerak mencari makanan kalau kita lapar, kucing pun demikian. Kita tidur kalau mengantuk, anjing juga. Untuk meneruskan keturunan kita memerlukan lawan jenis, kerbau juga. Kita berlari menjauh bila melihat sesuatu yang menakutkan, monyet juga. Lalu apa yang membedakan kita dengan binatang ?

Pengetahuan ! Soal membutuhkan makanan, tidur dan kawin tidak ada perbedaan antara kita dan binatang dari dulu sampai sekarang. Tapi soal bagaimana dan kenapa harus makan, tidur dan kawin, itulah yang membuat perbedaan.

Dari dulu, cara makan, tidur dan kawinnya semua binatang, ya begitu-begitu saja, tidak ada yang berubah, karena pengetahuan binatang tentang itu semua juga tidak pernah berubah apalagi bertambah. Sedangkan manusia, di karenakan pengetahuannya bertambah, maka cara mereka makan, tidur dan kawin pun berubah. Entah berubah makin baik atau makin buruk, tergantung dari pengetahuan yang diperoleh, baik atau buruk.

Nah, tugas kekhalifahan menuntut pengetahuan yang lengkap. Maka nabi Adam a.s diberikan pengetahuan selengkap-lengkapnya, dan pengetahuan yang menjadi dasar bagi berkembangnya pengetahuan lainnya adalah pengetahuan nama-nama. Al Qur’an mengabarkan bahwa,


Dia telah mengajarkan Adam pengetahuan tentang nama-nama seluruhnya.” (QS.2:31).

Hal kedua yang membuat manusia menjadi istimewa adalah, Allah meniupkan ruh ke dalam diri manusia dari ruh-Nya sendiri.



Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering yang berasal dari Lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan di dalamnya ruh-Ku, maka unduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS. 15:28-29)

Bagian ini menarik dan penting kita bicarakan. Manusia dalam pandangan Aristoteles adalah zoon logon echon, maksudnya : makhluk yang memiliki ruh, tetapi bukan makhluk rohani murni. Manusia memiliki jasmani yang membungkus kerohaniannya. Jadi, manusia adalah makhluk rohani-jasmani.

Jadi sebenarnya, dalam diri manusia yang satu terdapat dua manusia, yaitu manusia rohani dan manusia jasmani. Lihat saja dalam kosa-kata bahasa Arab. Padanan kata manusia yang sering digunakan adalah Insaan. Kata tersebut adalah bentuk mutsanna atau dual dengan tambahan alif dan nun di akhirnya. Secara harfiah, Insaan dapat kita artikan dengan dua manusia, dua dalam satu, yaitu manusia rohani dan jasmani.

Keduanya, yaitu manusia rohani dan manusia jasmani atau bisa juga disebut dengan manusia spiritual dan manusia material berada di dalam satu diri, yaitu manusia. Kita tidak bisa hanya mementingkan sisi material yang ada di dalam diri kita, yang karenanya kita terus menjadi material oriented. Atau sebaliknya kita juga tidak bisa mengabaikan sisi jasmani, sehingga kita hanya selalu berhubungan dengan dunia rohani dengan berperilaku asketisme.

Melalui pengetahuan, manusia mempunyai jalan untuk berhubungan dengan alam semesta, termasuk dengan sesama manusia di dalamnya. Dan dengan adanya ruh, manusia mempunyai jalan untuk berhubungan dengan Tuhan. Dengan memahami kedua potensi istimewa itu, kita dapat menerima alasan kenapa manusia terpilih sebagai pemelihara, pengatur dan bertanggung jawab atas segala urusan-urusan bumi.

Berkaitan denga upaya mengenal diri, kini dapatlah kita menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah kita ajukan pada awal tulisan bagian ini, yaitu tentang siapa kita, kenapa kita ada di muka bumi ini.

Begini,

Kita adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Dengan keistimewaan itu, kita diberi amanat mengatur peradaban bumi, menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan hidup dan menyelesaikan problem-problem kemanusiaan.

Allah menciptakan setiap orang sebagai penanggung jawab bumi, dalam batas dan ruang lingkupnya masing-masing. Tidak bisa setiap orang menjadi penguasa, tapi setiap orang bisa ikut bertanggung jawab dalam pengelolaan bumi sesuai dengan perannya masing-masing. Nabi berkata : Setiap orang adalah Pemimpin. Karena itu, setiap orang mempunyai peran untuk ikut andil mengatasi problema-problema kemanusiaan. Paling tidak, mengatasi problema kemanusiaannya sendiri. Dan untuk itu semua, setiap orang akan dimintai pertanggung-jawaban atas perannya masing-masing.


Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak dikembalikan kepada kami ? (QS. 23:115).


Tidaklah Engkau menciptakan semuanya dengan sia-sia” (QS. 3 : 191)

Berat ! Memang. Bahkan setiap makhluk menolak amanat ini. Mereka khawatir akan berkhianat (QS. 33:72) Dan kita, manusia, menerimanya. Suadahkah kita menunaikan amanat itu ? Pertanyaan yang lebih lebih tepatnya : Sudahkah kita menjadi khalifah-Nya? Sudahkah kita menjadi wakil-Nya dalam menyelesaikan segala macam permasalahan bumi ini ? Faktanya, kita masih melihat banyak orang kelaparan, menderita sakit tak terobati, terjerat hutang tak ada habisnya, kemiskinan, kebodohan dan problem kemanusiaan lainnya.

Apakah ada yang salah ? jelas ada yang salah. Berita tentang kekhalifahan langsung kita terima dari teks yang kita yakini asli dari Tuhan dan kita yakini pula suci dari kesalahan dan kebohongan. Dari teks tersebut, kita memperoleh janji bahwa,


"Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di kalanganmu dan orang-orang yang melakukan kebaikan bahwa Dia akan benar-benar mengangkat mereka sebagai khalifah di bumi, seperti sebelumnya Dia pernah mengangkat khalifah, dan bahwa Dia benar-benar akan memantapkan agama mereka yang telah diridhoi-Nya untuk mereka dan bahwa Dia benar-benar akan mengganti ketakutan mereka sebelumnya dengan ketenangan…”(QS. 24:55)

D emikian janji Allah. Dengan adanya penanggung jawab bumi segala permasalahan bumi dan segala problema kemanusiaan akan terselesaikan. Tapi itu dapat terwujud setelah kita memenuhi persyaratan yang diajukan-Nya dalam lanjutan ayat diatas, yaitu “…hendaknya mereka tetap mengabdi kepada-Ku dan tiak menyekutukan Aku dengan apa pun.”

Kedua syarat yang diajukan Tuhan di atas, mau tidak mau harus dipenuhi agar kita memperoleh kesadaran bahwa kita di tempatkan di bumi sebagai pengelola bumi. Dan sebagai pengelola bumi kita harus sukses demi kesejahteraan makhluk seluruhnya.

Banyak orang yang belum sadar bahwa dia diciptakan bukan hanya untuk mensejahterakan dirinya sendiri, tapi juga orang lain. Dan dia bisa mengurusi orang lain setelah dirinya sendiri terurusi dengan baik. Kita tidak bisa memberantas kebodohan, kemiskinan, dan segala bentuk ketidakberdayaan sosial, kalau kita sendiri bodoh, miskin dan tidak berdaya. Kita tidak bisa memberi makan orang lain kalau kita sendiri tak punya makanan atau tak tahu cara mendapatkan makanan. Untuk bisa mengurus diri sendiri dengan baik, kita harus tetap menjaga hubungan dengan Tuhan, yaitu dengan tetap mengabdi kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, maka Dia akan mengurus semua kebutuhan kita. Tuhan berkata : “Ingatlah Aku maka Aku akan mengingatmu.”